ABC

Puasa Bukan Tantangan Terberat di Bulan Ramadan Bagi Ibu Bekerja di Australia

Inaz Janif merasakan langsung perjuangan ibu-ibu Muslim di Australia yang mencoba menyeimbangkan ibadah puasa dengan bekerja, serta mengurus rumah tangga selama bulan Ramadan.

Ibu dua anak ini bekerja sebagai guru sekolah menengah di Kota Melbourne dan juga menjadi wakil perempuan dalam Islamic Council of Victoria (ICV).

Menurutnya, kaum ibu yang beruntung mendapatkan dukungan penuh dari suami dan keluarganya, sehingga tentunya lebih mudah menjalankan peran mereka sebagai seorang ibu.

"

"Tapi tidak semua orang memiliki dukungan yang sama," ujar Inaz kepada ABC News.

"

Bagi ibu-ibu Muslim yang membagi waktu antara pekerjaan, membesarkan anak-anak dan berpuasa, fokus pada makna Ramadan yang lebih dalam merupakan tantangan tersendiri.

Mulai dari makan kalori yang cukup saat sahur, hingga menjalani kegiatan sehari-hari yang berat, mungkin cukup menyulitkan.

Untuk memberikan dukungan bagi ibu-ibu Muslim, Inaz melalui lembaga ICV membentuk sebuah grup pertemanan untuk saling mendukung.

Mereka bertemu seminggu sekali bersama anak-anak, termasuk selama Ramadan saat banyak yang berpuasa.

Menurut Inaz, para ibu tidak seharusnya keras pada diri sendiri, terutama jika memang tidak bisa berpuasa atau berpartisipasi dalam Ramadan.

"Mereka harus baik pada diri sendiri karena mengasuh dan membesarkan anak-anak juga dianggap sebagai ibadah," katanya.

"

"Saya sangat kagum dengan apa yang ibu-ibu lakukan. Terkadang mereka tidak dihargai. Padahal mereka ini biasanya merupakan pahlawan bagi keluarganya," ujar Inaz.

"

Tahun ini, lebih dari 800.000 Muslim di Australia menjalankan ibadah Ramadan, dengan berbagai amalan termasuk berpuasa sebulan lama.

Meski puasa disyariatkan bagi seluruh umat Islam sejak usia akil baligh, namun ada pengecualian bagi mereka yang sakit, hamil, haid atau menyusui.

"Saat kita tak makan dan minum, kita punya banyak waktu untuk berefleksi," ujar Inaz Janif.

Ramadan dengan gangguan mental

Bagi kebanyakan orang, Ramadan merupakan kesempatan untuk tumbuh secara spiritual dan menghabiskan waktu bersama orang-orang terkasih.

Tapi bagi mereka yang mengalami masalah kesehatan mental, hal ini bisa menjadi pengasingan.

Center for Muslim Wellbeing (CMW) berupaya meningkatkan kesadaran tentang masalah ini.

Untuk membantu Muslim, termasuk kaum ibu, mereka berbagi cerita yang diposting oleh organisasi Muslim Inggris bernama Young Minds, di mana seorang wanita Muslim membuka diri masalah kesehatan mentalnya selama Ramadan.

"Tidak makan dan begadang sampai dinihari untuk sahur telah memperburuk gejala kesehatan mentalku. Pada akhir bulan saya justru berada dalam kondisi yang jauh lebih buruk," tulis salah satu postingan.

Pengurus CMW, Ayman Islam mengatakan Ramadan dapat memperburuk gejala masalah kesehatan mental bagi sebagian orang.

"Mereka kurang tidur selama bulan suci karena shalat malam dan makan sahur," katanya.

"Juga karena dilarang makan dan minum selama puasa, mereka yang bergantung pada obat sering melupakan resepnya, sehingga menimbulkan efek samping yang serius," tambahnya.

Menurut Ayman, penting untuk diingat bahwa kesehatan mental bukanlah cerminan dari keimanan mereka.

Karena orang sakit mendapat pengecualian puasa, menurut dia, mereka yang mengalami penyakit mental juga dapat dilihat sebagai alasan yang sah untuk tidak berpuasa.

"Prioritaskan tidur dan makanan sehat. Hubungi keluarga, teman atau seseorang jika Anda menghadapi masa sulit," katanya.

'Semakin berpuasa, semakin mudah'

Pendiri proyek kreatif Bukjeh, Aseel Tayah, memiliki usaha sendiri di samping menjadi ibu bagi putrinya yang berusia enam tahun.

Bagi Aseel, puasa tidaklah terlalu sulit namun membutuhkan perencanaan yang baik.

"Semakin lama kita berpuasa, semakin mudah," ujarnya.

Sesuai dengan tradisi Islam, Asell juga menjalankan puasa sunat di luar bulan Ramadan.

"Saya berpuasa setiap Senin dan Kamis dan setiap bulan purnama. Saya berpuasa setengah tahun lamanya," katanya.

Hal ini, katanya, membuat puasa selama bulan Ramadan jauh lebih mudah.

Membuat dekorasi Ramadan

Aspek lain yang menantang dari Ramadan adalah mengelola ekspektasi anak-anak, yang sering membandingkan bulan suci ini dengan hari libur lain seperti perayaan Natal dan Paskah.

Banyak ibu-ibu Muslim mengirim anak-anak mereka ke sekolah di mana liburan ini diintegrasikan ke dalam kegiatan sekolah, yang mungkin sulit dilakukan.

Menurut Aseel Tayah, di rumahnya selalu ada dekorasi Ramadan untuk menciptakan suasana khas bulan suci.

Dia melakukan hal ini, katanya, agar dapat menunjukkan kepada putrinya betapa pentingnya bulan ini sambil mengikuti suasana liburan lainnya.

Menyiapkan menu-menu Ramadan juga merupakan kunci untuk mempermudah segalanya, kata Aseel, dengan berbagai perencanaan dan fokus keluarga pada pola makan yang cermat.

"Saya mengajari putriku bahwa kita tidak perlu membuat pesta di meja makan, karena banyak orang yang tak mampu di luar sana," katanya.

"Kami lebih suka menyumbangkan uang untuk amal, daripada mengisi meja dengan makanan yang tidak akan kami makan selama beberapa hari ke depan," ucap Aseel.

Bulan yang menyenangkan

Bagi Samyaa Raad, ibu lima anak West Hoxton, Sydney, Ramadan kali ini membawa banyak berkah. Dia baru saja melahirkan anak kelimanya.

Bagi wanita berusia 33 tahun ini, Ramadhan adalah bulan yang menyenangkan.

Dia lebih sering sibuk memasak sepanjang hari dan menjalankan tugas-tugas rumah tangga saat berpuasa.

"Menjadi seorang ibu itu pekerjaan sulit setiap hari. Di bulan Ramadhan itu lebih bermanfaat karena kita sadar hal itu akan mendapatkan ganjaran," kata Samyaa.

Seperti kebanyakan Muslim, katanya, baginya bulan Ramadan memberikan kepuasan secara spiritual maupun religius.

"Saya harus akui saya lelah menjalankan semua ini. Saya manusia biasa. Tapi hal itu tidak memberatkan karena saya merasakan kegembiraan di bulan Ramadan," katanya.

Dia merasa bahwa menjadi tanggung jawabnya sebagau seorang ibu memberinya dorongan untuk terus maju.

"Sepertinya kami kaum ibu mendapatkan tambahan semangat untuk terus menjalani semua ini," katanya.


Diproduksi oleh Farid Ibrahim dari artikel ABC News yang selengkapnya dapat dibaca di sini