Kecerdasan Buatan untuk Diagnosa Penyakit

 

Sumber Foto: DW Indonesia

Sebuah perusahaan pengembang pirantik lunak di Jerman, Medaire sedang mengembangkan kecerdasan buatan di dunia kedokteran di beri nama machine learning.

Machine learning tersebut bisa membantu dokter dalam mendianosa penyakit dengan tingkat akurasi yang tinggi.

Machine Learning bekerja dengan cara  mengolah data dalam jumlah besar yang  dihubungkan oleh sebuah algoritme. Komputer yang dilengkapi inteligensia artifisial ini, misalnya akan bisa mengenali sklerosis multipel atau MS, dan serangan demensia pada otak. Semakin besar dan terperinci datanya, semakin tepat pula hasilnya.

“Setiap bagian proses akan kami otomatisir. Semakin banyak piranti lunak juga akan bisa menganalisa masalah tertentu. Akhirnya seorang ahli radiologi hanya akan memeriksa informasi tertentu. Lainnya dikerjakan piranti lunak,” jelas Andreas Lemke dari perusahaan Medaire

Tes Covid 19 Lewat Pengenalan Suara

Machine learning ini bisa digunakan dalam upaya memerangi COVID-19. Misalnya dalam tes Corona untuk masyarakat luas. Dalam waktu dekat akan ada aplikasi baru, yang dengan bantuannya, tes infeksi bisa dilaksanakan hanya dengan pengenalan suara.

Tes kilat audio itu memang tidak bisa menggantikan tes dengan sampel dari tenggorokan, tapi ketepatannya bisa sampai 90%. Sekarang, data suara dari sebanyak mungkin orang dikumpulkan untuk melatih pirant lunak.

“Lewat kerja paru-paru, misalnya saat batuk atau tertawa, diukur seberapa banyak tekanan dikeluarkan paru-paru. Itu hal-hal yang kami ukur lewat algoritma pengolahan sinyal. Kemudian melatih inteligensia artifisial menggunakan contoh-contoh dari kumpulan data, untuk melihat apakah seseorang positif atau negatif tertular, atau apakah menunjukkan simtom”, papar Lemke

Editor. Mus

Sumber: DW Indonesia

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

S

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sumber Foto: DW Indonesia

Sebuah perusahaan pengembang pirantik lunak di Jerman, Medaire sedang mengembangkan kecerdasan buatan di dunia kedokteran di beri nama machine learning.

Machine learning tersebut bisa membantu dokter dalam mendianosa penyakit dengan tingkat akurasi yang tinggi.

Machine Learning bekerja dengan cara  mengolah data dalam jumlah besar yang  dihubungkan oleh sebuah algoritme. Komputer yang dilengkapi inteligensia artifisial ini, misalnya akan bisa mengenali sklerosis multipel atau MS, dan serangan demensia pada otak. Semakin besar dan terperinci datanya, semakin tepat pula hasilnya.

“Setiap bagian proses akan kami otomatisir. Semakin banyak piranti lunak juga akan bisa menganalisa masalah tertentu. Akhirnya seorang ahli radiologi hanya akan memeriksa informasi tertentu. Lainnya dikerjakan piranti lunak,” jelas Andreas Lemke dari perusahaan Medaire

Tes Covid 19 Lewat Pengenalan Suara

Machine learning ini bisa digunakan dalam upaya memerangi COVID-19. Misalnya dalam tes Corona untuk masyarakat luas. Dalam waktu dekat akan ada aplikasi baru, yang dengan bantuannya, tes infeksi bisa dilaksanakan hanya dengan pengenalan suara.

Tes kilat audio itu memang tidak bisa menggantikan tes dengan sampel dari tenggorokan, tapi ketepatannya bisa sampai 90%. Sekarang, data suara dari sebanyak mungkin orang dikumpulkan untuk melatih pirant lunak.

“Lewat kerja paru-paru, misalnya saat batuk atau tertawa, diukur seberapa banyak tekanan dikeluarkan paru-paru. Itu hal-hal yang kami ukur lewat algoritma pengolahan sinyal. Kemudian melatih inteligensia artifisial menggunakan contoh-contoh dari kumpulan data, untuk melihat apakah seseorang positif atau negatif tertular, atau apakah menunjukkan simtom”, papar Lemke

Editor. Mus

Sumber: DW Indonesia