ABC

WNI di Sydney Ingin Indonesia Tetap Damai

Dalam Pentas Kebersamaan yang digelar di Sydney, sejumlah warga Indonesia di Australia menyatakan deklarasi agar Indonesia tetap damai dan bersatu. Pembacaan Deklarasi ini pun disaksikan langsung oleh Presiden Joko Widodo lewat video jarak jauh.
Pada awalnya ‘Pentas Kebersamaan’ digelar sebagai acara temu warga Indonesia di Sydney dan sekitarnya dengan Presiden Jokowi, sebelum mengumumkan menunda kunjungannya ke Australia, hari Sabtu (5/11).

Acara Pentas Kebersamaan digelar di Sydeny Showground pada hari Minggu (6/11) dengan dihadiri Duta Besar RI untuk Australia, Nadjib Riphat Kesoema, Menteri Perdagangan RI, Enggartiasto Lukita, dan Kepala BKPM, Thomas Lembong.

Sementara Presiden Jokowi menyaksikan bagian awal dari Pentas Kebersamaan melalui video jarak jauh. Ia pun menyampaikan maaf karena tidak jadi bertemu warga Indonesia yang telah berkumpul di Sydney.

“Saya ingin menyampaikan mohon maaf yang sebesar-besarnya, karena tidak bisa bertatap muka secara langsung dengan bapak, ibu, dan saudara-saudara. Karena situasi di negara kita yang tidak memungkinkan saya meninggalkan Tanah Air, meskipun saat ini semuanya sudah dalam posisi yang baik dan normal kembali…,” ujar Presiden Jokowi.

“Nanti, setelah ketemu schedule-nya, saya akan, moga-moga masih dalam bulan ini, tetap ke Australia, Sydney dan bisa bertemu….,” ujarnya yang disambut riuh tepuk tangan warga Indonesia yang menyaksikannya di layar lebar.

Sebelum mengakhiri video jarak jauh tersebut, ratusan warga Indonesia menyampaikan deklarasi, sambil membawa spanduk bertuliskan, “Indonesia Damai, Indonesia Bersatu”.

Ratusan warga yang hadir dalam Pentas Kebersamaan menyatakan pesan bagi Indonesia
Ratusan warga yang hadir dalam Pentas Kebersamaan menyatakan ajakan menjaga damai dan tetap bersatu bagi Indonesia.

Foto: Koleksi Kantor Dubes RI di Canberra.

Dan berikut deklarasi yang dilantunkan bersama-sama kehadapan Presiden.

Saat berbincang dengan Presiden Jokowi, Dubes Nadjib sempat mengatakan kepada presiden bahwa, “inilah wakil-wakil dari 72.000 warga Indonesia yang berada di Indonesia”.

Dalam pembukaan acara ia menyampaikan bahwa warga Indonesia dimanapun tetap bisa mendorong terjaganya keutuhan bangsa.

“Meskipun kita berada di luar negeri, kita tetap bisa membantu dan menjaga persatuan, keutuhan, dan kejayaan nusa dan bangsa. Mari kita bergandengan tangan, saudara-saudaraku… untuk Indonesia yang damai, Indonesia yang bersatu,” kata Dubes Nadjib.

Memanggil mahasiswa pulang

Salah satu pembahasan yang dibicarakaan saat Presiden Jokowi ke Australia adalah soal peningkatan perdagangan kedua negara.

Thomas Lembong, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengatakan kerjasama perdagangan yang akan digagas oleh Indonesia dan Australia akan menjadi bersejarah.

“Perjanjian perdagangan pertama dalam lebih dari 10 tahun terkahir, Australia akan punya posisi khusus… menjadi terobosan pertama dalam program perdagangan dan investasi internasional…,” ujar Thomas.

Menurutnya, lewat perjanjian perdagangan ini, Indonesia akan menjadi terbuka sehingga memiliki keberanian untuk memiliki daya saing.

Sementara itu, Menteri Perdagangan RI, Enggartiasto Lukita mengajak agar mahasiswa Indonesia yang telah selesai mengenyam pendidikannya untuk segera pulang ke Indonesia.

“…Indonesia memanggil… negara masih membutuhkan saudara-saudara… untuk itu, setelah selesai, segeralah pulang,” kata Enggartiasto.

“Pertumbuhan ekonomi [RI] di 2016 adalah salah satu yang terbaik, juga di tahun 2017 lebih optimis dengan tax amnesty. Itulah mengapa negara kita menjadi sorotan dan harapan…,” tambahnya.

“Ilmu yang sudah didapatkan [dari Australia] segera untuk bisa diterapkan, karena negara sangat membutuhkan. Perkembangan kita luar biasa dan kita membutuhkan generasi-generasi muda yang sudah belajar di Australia yang ternyata jumlahnya meningkat tajam.”