ABC

Willix Halim Asal Medan, Kini Jadi Petinggi Start Up Global di Sydney

Willix Halim, pemuda asal Medan, Indonesia ini sudah menjadi petinggi start up yang berbasis di Sydney, Australia, freelancer.com. Seperti apa kiprahnya?

Pria kelahiran Medan, Sumatera Utara 27 tahun lalu itu sudah pindah ke Australia sejak usia 16 tahun kemudian melanjutkan kuliah di bidang robotika Universitas Melbourne. Sekitar 4 tahun lalu bergabung dengan freelancer.com kala perusahaan itu sudah berusia sekitar 2 tahun.

"Founder dan CEO-nya Matt (Matta Barrie), saya gabung setelah itu. Awalnya kecil, di Kingstreet Wolfe about 20 people, 4 tahun lalu pas aku joint tumbuh terus, tumbuh terus," ujar Willix kala diwawancara sejumlah jurnalis Indonesia di kantornya di Sydney,  September 2015 lalu. 

Willix Halim di kantornya. (Foto: Hany Koesumawardani)
Willix Halim di kantornya. (Foto: Hany Koesumawardani)

 

Willix bertemu Matt di suatu konferensi. "Sekarang posisi saya Vice President of Growth, tujuannya supaya tanggung jawab untuk pertumbuhan freelancer," imbuhnya.

Situs freelancer.com adalah situs yang mempertemukan perusahaan dan profesional dengan proyek-proyek lepas alias freelance. Di situs ini, perusahaan memposting proyek lepas beserta plafon nilai proyeknya. Nah profesional lepas kemudian menyodorkan proposal portofolio beserta nilai proyeknya. Seperti lelang, perusahaan kemudian memilih profesional lepas terbaik dari portofolio dan nilai proyek yang ditawarkan.

"Freelancer, job kita matchmaking employer dan freelancer. Employer posting job. Kita sebagai platform supaya employer sama freelancer bisa kerjakan project dengan murah," imbuh Willix.

Hingga kini, menurut Willix, 1 bulan situsnya memuat 200 ribu proyek yang akan diperebutkan para freelancer. Nilai proyek itu per tahun mencapai AU$ 1 juta.

"Freelancer project-nya banyak. Nggak bisa pilih negara supaya bisa lebih adil dan fair," papar dia.

Pasar freelancer sendiri, baik pemberi proyek dan pekerja lepasnya, per September 2015, menurut Willix sekitar 16 juta orang. Di Indonesia sendiri, ada 1 juta orang.

"User Indonesia, 1 juta, target naik. Sebelumnya, 2 tahun lalu, 60 ribu doang. Sekarang 1 juta, banyak," jelas dia.

Untuk tiap nilai project yang didapatkan oleh freelancer, pihak freelancer.com mengenakan komisi 3-10%. Makin seorang freelancer loyal, komisi yang dibayarkan makin rendah.

Kini, perusahaan yang didirikan 2009 lalu dan bermula dengan 20 karyawan bisa memberdayakan 470 karyawan. Masing-masing 100 karyawan di Indonesia, 200 karyawan di Filipina dan sisanya tersebar di Kanada dan Inggris.

"Rencananya kami mau buka kantor dan melakukan engineering something there. Mungkin kami mencari sekitar 100 karyawan lagi tahun depan," imbuhnya.

Di kantor pusat freelancer.com yang Sydney, NSW, Australia ini, juga ada karyawan Indonesia. "Karyawan Indonesia dulu 5 orang, sekarang cuma tinggal 2 orang, di mana saya mengangkat mereka dari Melbourne University. Kebanyakan IT," tuturnya.

Selain itu, freelancer.com sudah menjadi perusahaan terbuka dan melantai di bursa saham pada 2 tahun lalu. Sekarang, valuasinya sekitar Rp7 triliun dari nilai awal perusahaan ini sejak 2009 lalu yang hanya sekitar Rp30 miliar.

Sebelum go public 2 tahun lalu, Willix mengatakan banyak perusahaan yang menyatakan minat untuk mengakuisisi freelancer.com. Namun kini, freelancer.com juga mengakuisisi beberapa perusahaan.

"Kita banyak (yang berminat mengakuisisi) sebelum go public. recruit.co mau akuisisi kita AU$500 juta (Rp5 triliun), ada IB yang approach kita. On the mid term kita juga banyak akuisisi company, sekitar 11-12 perusahaan start up yang masih kecil," jelas dia.

Dicecar apakah tidak tergoda dengan tawaran akuisisi dari pihak lain, Willix menjawab, "Kita udah public ya company-nya, kalau mau jual bisa jual langsung. Cuma kita, nunggu yang nge-bid ten times," tuturnya.

Ke depan, Willix yang bertanggung jawab atas pertumbuhan freelancer memiliki visi meraih miliaran pengguna dan menjadikan pencarian pekerjaan online sebagai penghasilan utama.

"Kami mau mikir supaya kami lebih besar, tujuan visi kita ada 1 billion (miliar) users by the end of 2020. Itu goal kita, mikirnya harus banyak supaya company bertumbuh lebih besar lagi," ungkapnya.

Ditanya tentang proyek selanjutnya, Willix mengatakan akan membuat situsnya lebih terjangkau komunitas lokal di tiap negara.

"Buat online job itu cash cow kita istilahnya, karena mayoritas pendapatan kita datang dari sana. Inisiatif kita local job di mana hire freelancer lingkungannya, supaya bisa melakukan sesuatu yang local-local job gitu. Ya lebih mirip ke Go-Jek atau Grab Bike," tuturnya.

Meski sudah menjadi petinggi start up global di Sydney dan memiliki status permanent residence di Australia, Willix menginginkan kembali ke Indonesia suatu saat nanti.

"Saya masih mau kembali, iyalah saya masih cinta Indonesia," tegasnya mantab.

Makin Tren

Profesi pekerja lepas atau freelancer diprediksi akan makin tren di Indonesia beberapa tahun ke depan. Penghasilannya, bisa dibilang cukup wow!

"Well salah satu yang kita bakalan bet on, menurut kita 20 tahun lalu, pas mau kerja bisa 20 tahun. 10 Tahun lalu, kerja 3 tahun pindah-pindah. Era millenium, setahun-dua tahun pindah. Kita predict untuk future bakal bid per project doang gitu. Per project pindah-pindah-pindah, itu freelancer," jelas Willix.

Setidaknya, data tren profesional lepas ini disitir Willix dari freelancer.com sendiri. Per September 2015, anggota freelancer.com di Indonesia sudah mencapai 1 juta, naik dari 2 tahun lalu yang hanya 60 ribu.

"Yang kerja di freelancer.com di Indonesia, yang maintain website freelancer nggak banyak orang ya. Cuma profesional yang gabung di freelancer di Indonesia itu 1 juta orang. Jadi agak besar freelancer kita, suka dengan platformnya. 1 Project mereka bisa dapat sampai Rp3 juta, itu bisa 2-3 hari doang," jelas dia.

Pria kelahiran Medan, Sumatera Utara 27 tahun ini bahkan mengatakan di Indonesia, ada anggota freelancer.com yang berpenghasilan miliaran rupiah setahun.

"Di Indonesia ada freelancer yang penghasilannya AU$300.000 (Rp3 miliar) per tahun. Which is not bad, for one person. Freelancer kita dari Bandung, itu bisa sampai Rp 3 miliar per tahun. Karena website company, nggak masalah employeenya di mana yang penting freelancer-nya banyak dari Indonesia," imbuh Willix.

Bidang-bidang yang ditawarkan di situs freelancer.com ini kebanyakan bidang IT seperti pembuatan website, data entry, ada pula desain produk dan marketing.

"Buat website yang paling top," tutur dia.

Situs freelancer.com adalah situs yang mempertemukan perusahaan dan profesional dengan proyek-proyek lepas alias freelance. Di situs ini, perusahaan memposting proyek lepas beserta plafon nilai proyeknya. Nah profesional lepas kemudian menyodorkan proposal portofolio beserta nilai proyeknya. Seperti lelang, perusahaan kemudian memilih profesional lepas terbaik dari portofolio dan nilai proyek yang ditawarkan.

"Kita apply ke freelancer.com, mereka nge-post project. Jadi misalnya mau buat website, ini 20 dolar, 40 dolar. Employee-nya milih siapa yang paling bagus," lanjutnya.

Tak jarang, para freelancer justru mendapatkan kerja profesional tetap dari portofolionya bekerja via freelancer.com ini.

"Cuma banyak sih kaya cara cara employee lihat talent ini, suka, langsung hire aja. Jadi banyak cara-cara, cuma majority kaya gitu," tuturnya.

Dengan situs ini, para freelancer dan pemilik proyek bisa bekerja lintas negara, lintas benua. Willix mencontohkan untuk proyek lepas paling favorit di situsnya, yakni desain web. Pemilik proyek bisa berasal dari Amerika Serikat, dan profesional lepasnya dari China dan India dan tanpa perlu bertemu muka.

"Nggak bisa pilih negara supaya bisa lebih adil dan fair," papar dia.

Namun, go local juga adalah salah satu perhatiannya. Misal memungkinkan pemilik proyek atau profesional lepas ini memilih proyek di negara yang sama.

"More local salah satu affect kita, gimana supaya bisa local misal di US doang sekitar 50 km, supaya bisa ambil atau apa. Digital udahlah ya, ada inisiatif baru untuk tackle local doang, seperti Go-Jek, di Jakarta doang misalnya. Sekarang lokalnya Sydney doang, soalnya Sydney cukup padat," tutur sarjana bidang robotika dari Universitas Melbourne ini.

Market paling besar

"Jadi freelancer.com itu selalu mikir market, mau buat start up harus selalu lihat marketnya itu sebesar apa. Milih market yang paling besar," ujar Willix.

Kedua, imbuhnya, pilih co-founder selalu. Willix mewanti-wanti agar jangan mulai bisnis sendirian.

"Selalu pilih partner basicnya 2 atau 3 orang, biar susah sama-sama susah dan support each other," imbuh sarjana bidang robotika dari Universitas Melbourne ini.

Untuk partner pendiri, Willix mengatakan maksimal 3 orang yang paling efektif.

"Dua orang oke, kalau tiga, satu orang nggak setuju, dua orang bisa setuju. Jadi nggak stuck gitu untuk decision make-nya. Kalau empat, ada yang nggak berpartisispasi. Tiga itu paling cocok. Kalau empat itu dependen sama orang lain lebih besar," tuturnya.

Ketiga, harus punya passion. "Di freelancer, saya dan CEO kerjanya sampai 14-15 jam per hari. Harus work hard supaya bisa achieve jadi succesfull start up," imbuh pria kelahiran Medan, Sumatera Utara 27 tahun lalu ini.

Untuk bisnis pemula, memang yang paling bagus menurutnya adalah start up di bidang internet. Untuk mengujinya, Willix menyarankan disebarkan melalui sosial media.

"Kalau sekarang internet start up, paling bagus, berapa start up punya billion-an user. Tapi kalau start up itu kan gampang, mau tes, taruh di FB dan Google, trus tiba bisa loncat usernya, jadi modal itu bukan yang utama," jelas dia.

Menekankan bahwa "modal bukan yang utama", Willix menambahkan start up internet itu biayanya murah. Yang penting, bagaimana pengguna bisa menggunakannya berulang-ulang.

"Kalau nggak punya modal juga bisa ke VC, Venture Capital kasih uang, in exchange for some advantage of the company. Dipakai buat bertumbuh company. Tapi kalau start up kebanyakan scrap, maksudnya nggak usah cari uang, jadi modalnya sedikit doang," demikian jelas dia.

Seperti itu juga yang dilakukan oleh freelancer.com. Saat mendirikan freelancer.com, pendiri tidak memulai dari awal melainkan membeli perusahaan kecil dengan modal sekitar Rp30 miliar. Sekarang, nilai valuasi perusahaannya sudah mencapai Rp7 triliun.

"We never know untill you try, jadi kalau punya ide, try aja. Usia 20-40 its your time to try, to experiment, buat aja, coba aja, kalau nggak dicoba siapa yang tahu bisa sukses atau nggak. Sekarang paling gampang, 3 bulan kamu coba, kamu akan tahu if it work and if it doesnt then its okay, you know, you try you have some failing and you reach a good ideas," saran dia.

Tentang tantangan start up Indonesia, menurut Willix adalah kesempatan. Tren yang terjadi di Australia sekarang, bakal berkembang di Indonesia 5 tahun mendatang.

"Kayaknya opportunity ya. Kalau misalnya di Indonesia itu kaya opportunity ya challengenya, karena yang happens di Australia sekarang, bakal happen di Indonesia 5 tahun mendatang. Ada scoope future kaya apa start up di Indonesia, apa yang terjadi di Australia sekarang bakal happens di Indonesia 5 tahun dari sekarang," tuturnya. 

Mengenai masalah budaya, di Australia, tren anak mudanya sekarang adalah mendirikan perusahaan start up. Sedangkan di Indonesia, masih berpikir bekerja pada orang lain.

"Di Indonesia lebih ke "I wanna work for someone", thinking about everything, kalau di sini mah langsung aja," jelas dia.

Dia menilai kini start up di Indonesia cenderung overvalue, nilai perusahaan lebih besar dari pada normalnya. Hal ini karena penetrasi internet di Indonesia masih rendah, berbeda dengan di Australia.

"Start up di Indonesia itu sekarang agak overvalue, jadi nilainya lebih besar dari normalnya, kaya bukalapak.com, kaskus.com, overvalue. Kalau di Australia valuenya lebih kecil. Soalnya kalau di Indonesia, VC ngasih uang mereka lihat Indonesia market, internet penetrationnya masih berapa, 25-50% di masa depan bakal more internet user. Di Aussie sudah hampir 90% (internet penetration)," jelas dia.

Karena penetrasi internet di Australia sudah tinggi, maka kebanyakan start up di Australia kini lebih mengarah ke perusahaan global, bukan hanya dalam jangkauan Australia saja.

"Makanya kebanyakan Australia, start up lebih ke global company. Kalau di Indonesia start up cuma ke Indonesia doang, bukalapak, tokopedia, everyone there.. mereka masih lihat pasar Indonesia, bukan pasar global," tuturnya.

 

Karyawan Happy

Sudah jamak diketahui kantor-kantor perusahaan teknologi seperti Google dan facebook dirancang nyaman agar karyawan betah. Begitu pula kantor freelancer.com di Sydney.

"Basicly semua orang nggak ada sekat, itu produk pengembangan, tempat duduknya CEO yang ada sofa putih," jelas Wilix.

Willix juga menunjukkan game room, ada juga meja pingpong, sansak tinju, meja fussball, ruang gym. 

Di pantry ada aneka minuman kaleng, aneka minuman seduh, buah-buahan hingga snack. Makanan dan minuman itu disediakan gratis bagi seluruh karyawan.

"Basicly the whole level (seluruh lantai), ada pingpong table, fuzball, boxing, gym, semua karyawan freelancer bisa mengakses free gym gratis dan free food, free drink. If you just stay untill the dinner, you just can get meal around the office," tutur Willix.

Semua fasilitas ini, imbuh dia, disediakan supaya para karyawan betah dan bisa bekerja dengan bahagia. Tak tanggung-tanggung, fasilitas yang membuat karyawan bahagia itu menempati separuh ruangan kantor freelancer.com.

"The whole things, so we always have a happy staf, ini ruang konferensi, kami juga punya mission control untuk buat iklan TV atau cetak sendiri, daripada habiskan uang banyak. Jadi give room, half of the office to make everyone happy as long as possible," jelas dia. 

*Dapatkan kesempatan memenangkan boneka beruang Bobbie, khas Australia, yang memiliki harum bunga lavender dengan menceritakan apa yang paling Anda sukai dari Australia. Caranya? Tulis di akun Twitter Anda dengan tag #JendelaAustralia. Ikuti akun @APlusIndonesia untuk mengetahui pemenangnya.