ABC

WHO Setujui Obat Percobaan Dipakai Atasi Ebola di Afrika Barat

Panel ahli etika medis Badan Kesehatan Dunia PBB (WHO) menyebut, hal yang etis untuk menawarkan obat atau vaksin percobaan, yang belum terbukti khasiatnya sebagai pengobatan atau pencegahan potensial bagi wabah Ebola yang mematikan di Afrika Barat.

Obat percobaan telah disetujui untuk digunakan merawat pasien yang terinfeksi Ebola di Afrika Barat. (Foto: Reuters)
Sejumlah pakar di WHO bertemu untuk mendiskusikan apakah berbagai obat-obatan dan vaksin eksperimen yang tengah dikembangkan untuk Ebola bisa digunakan dalam penanganan wabah tersebut, meski belum sepenuhnya diuji coba atau memiliki lisensi.

Pertemuan tersebut diadakan setelah obat percobaan Ebola yang bernama ZMapp, buatan perusahaan bioteknologi AS “Mapp Biopharmaceutical’, diberikan ke dua pekerja kesehatan Amerika yang terinfeksi Ebola di Liberia.

Dua warga negara AS tersebut kini berada di sebuah rumah sakit di Atlanta, negara bagian Georgia, dan telah menunjukkan tanda-tanda kondisi yang membaik.

Panel ahli tersebut mengungkapkan, pemberian obat Ebola percobaan memerlukan ‘persetujuan, kebebasan memilih, kerahasiaan, penghargaan terhadap pasien, dan penghormatan terhadap martabat serta keterlibatan masyarakat’.

“Serangan Ebola dapat dilawan dengan langkah antisipasi yang tersedia seperti deteksi dini dan isolasi, pelacakan kontak dan pemantauan, serta kepatuhan yang ketat terhadap prosedur kontrol infeksi. Meski demikian, perawatan atau vaksin yang khusus akan menjadi aset yang berharga untuk melawan virus itu,” begitulah pernyataan panel ahli tersebut tertulis.

Pada 12 Agustus, Liberia telah mengkonfirmasi bahwa negaranya akan merawat dua dokter yang terinfeksi Ebola dengan obat ‘ZMapp’. Dua dokter itu adalah dua orang Afrika pertama yang mengkonsumsi obat percobaan tersebut.

Korban meninggal akibat Ebola telah melebihi 1000 jiwa

Menurut WHO, jumlah kematian akibat wabah menular terburuk ini telah naik menjadi 1013 jiwa sejak penyakit ini ditemukan di pedalaman Guinea pada bulan Maret. Peristiwa terbesar, yang menandakan adanya penyebaran, muncul ketika agensi bantuan luar negeri Jepang mulai mengevakuasi staf mereka dari wilayah yang paling terdampak parah.

Delapan pekerja medis asal Tiongkok yang merawat para pasien juga ditempatkan di karantina.

Pemerintah Spanyol mengatakan, pastor berusia 75 tahun asal negaranya yang terserang Ebola di Liberia, telah meninggal dunia.

Pemerintah negeri Matador itu juga menyebut bahwa Miguel Pajares, orang Eropa pertama yang terinfeksi wabah itu, juga akan diberi ZMapp.

Menurut WHO, virus Ebola –salah satu yang paling mematikan bagi manusia – telah menyebar ke 4 negara Afrika, menginfeksi sebanyak 1848 orang, dan menjadikan serangan virus ini sebagai darurat kesehatan internasional.

Meski penyakit ini dapat membunuh sebanyak 90% dari mereka yang terinfeksi, nyatanya Ebola, hingga saat ini, membunuh 60% para penderita yang tertular.

Epidemi di salah satu kawasan termiskin di dunia ini, di mana sistem kesehatan yang semrawut tak berhasil diatasi, telah memicu perdebatan etis mengenai penggunaan obat percobaan terhadap manusia.