Warga Pedalaman Australia Urus Akta Lahir Lewat Layanan Keliling
Para petugas dari Dinas Pendaftaran Kelahiran, Kematian dan Pernikahan sedang berkeliling untuk menerbitkan akta kelahiran bagi ratusan orang di Wilayah Utara Australia (NT) yang belum memiliki dokumen identitas itu.
Konsultasi dengan masyarakat terpencil mengidentifikasi kurangnya identifikasi formal sebagai penghalang yang signifikan, terutama bagi warga Aborijin, ketika harus mengakses layanan penting.
Akta kelahiran adalah dokumen dasar yang diperlukan untuk membuktikan identitas seseorang, dan untuk mendapatkan kartu Medicare (jaminan kesehatan), paspor, serta untuk mendaftarkan anak-anak di sekolah.
Sejak dinas pendaftaran membuka layanan keliling pada bulan Agustus 2017, lebih dari 500 orang telah menerima dokumen identitas baru atau yang diperbarui.
Deputi Pejabat Akta, Wendy Endenburg, mengatakan bahwa layanan keliling itu juga merupakan kesempatan bagi orang-orang, beberapa di antaranya berusia 70-an dan 80an tahun, untuk mengoreksi nama yang salah, dan mengisi rincian yang kurang.
“Seseorang mungkin menggunakan nama tertentu selama 20 atau bahkan 50 tahun terakhir, tapi mereka tidak terdaftar dengan nama itu di akta kelahiran, jadi kami bisa melakukan perubahan nama,” kata Endenburg.
“Kami melakukan banyak penambahan ayah ke akta kelahiran, benar-benar melakukan banyak koreksi yang bahkan tidak mereka ketahui jika kami tidak berada di sana dan bisa menjelaskannya langsung kepada mereka.”
Keinginan memiliki penanda identitas
Ketika para perempuan dari daerah terpencil terbang ke Darwin untuk melahirkan, mereka sering pulang tanpa mengisi semua dokumen.
Pada hari layanan dokumen keliling di Wurrumiyanga di Kepulauan Tiwi, sebelah utara Darwin, seorang warga bernama Jane Puantjimi berbaris untuk mendapatkan akta kelahiran bagi kedua anaknya yang berusia 14 dan 17 tahun.
“Ini penting agar mereka tidak bermasalah saat mereka dewasa nanti dan mereka ingin mendapatkan kartu identitas baru untuk diri mereka sendiri,” kata Puantjimi.
“Mereka mungkin membutuhkannya saat mereka pergi ke disko, ke klub malam.”
Keadaan itu sudah tidak asing lagi bagi Alastair Portaminni Lynch yang berusia 19 tahun.
Ia merasa sulit mengganti sejumlah kartu identitas yang ia miliki setelah kehilangan dompetnya, dan mengatakan bahwa banyak teman-temannya berada dalam kondisi yang sama.
Dicetak secara gratis dan di tempat, petugas pendaftaran bisa memeriksa ulang database pemerintah yang sudah ada sebagai cek identitas.
Dengan tidak adanya kartu identitas sama sekali, petugas pendaftaran juga bisa menerima surat dari pemimpin komunitas yang mengonfirmasi identitas seseorang.
Ini adalah skema yang masih dalam tahap uji coba, dan Jaksa Agung NT akan segera memutuskan apakah akan membuatnya sebagai prosedur permanen atau tidak.