ABC

Warga Papua Nugini Didorong Kembangbiakkan Marmot Untuk Sumber Protein

Untuk memenuhi kebutuhan protein, para penduduk desa di pegunungan Papua Nugini didorong untuk mengembangbiakkan tikus Belanda untuk sumber protein. Upaya ini juga dilakukan agar warga tidak memburu hewan-hewan yang keberadaannya sudah terancam punah.

Glenda Giles, salah seorang guru, telah melakukan program pengembangbiakkan tikus Belanda ini di SMA Tekin, di kawasan pegunungan Hindenburg, selama tiga tahun terakhir.

"Hewan ini tidak melompat pembatas pagar, tidak menggali lubang di tanah, bentuknya kecil dan lembut," kata Giles. 

"Mereka adalah herbivora [pemakan tumbuhan], sehingga hanya diberi makan rumput dan daun dan Kau-Kau [sejenis ubi jalar]."

Diharapkan warga tidak lagi berburu hewan yang sudah terancam. Foto: Glenda Giles.
Diharapkan warga tidak lagi berburu hewan yang sudah terancam. Foto: Glenda Giles.

"Satu-satunya bahaya adalah ketika keluarga memiliki marmot kecil, lalu mereka jatuh cinta sehingga akhirnya tidak mau memakan hewan yang sudah dianggap peliharaan tersebut."

Tikus Belanda, yang kerap disebut marmot di Indonesia, dijual dagingnya. Tapi untuk pengembangbiakkan harga yang dijual lebih murah. 

Sally Lloyd, warga yang pernah tinggal di provinsi sebelah barat, sudah membeli beberapa ekor untuk teman-temannya yang tinggal di desa.

PNG Provinsi Barat, telah membeli beberapa untuk teman-temannya di desa-desa di sana.

Warga Papua Nugini mengembangbiakkan marmot kecil untuk dimakan dagingnya. Foto: Sally Lloyd.
Warga Papua Nugini mengembangbiakkan marmot kecil untuk dimakan dagingnya. Foto: Sally Lloyd.

"Orang-orang di sana kekurangan protein, sehingga berakibat pada kekurangan gizi dan masalah lainnya. Jadi ide soal marmot ini benar-benar memperkenalkan sumber protein yang sesuai dengan gaya hidup mereka," katanya.

Banyak warga Papua Nugini telah mengandalkan berburu hewan mamalia dan burung untuk kebutuhan protein mereka.

Nathan Whitmore dari yayasan Wildlife Conservation Society mengatakan beternak tikus Belanda atau marmot kecil ini bisa membantu mengurangi tekanan pada hewan yang keberadaannya rentan, seperti kanguru pohon dan burung cendrawasih.

Tapi Whitmore mengatakan sebuah survei akan tetap dilakukan, untuk melihat apa pengembangbiakkan marmot benar-benar akan membantu keberadaan hewan-hewan asli di Papua.