Warga Iran Protes Pemerintahnya Setelah Mengaku Tembak Pesawat Ukraina
Warga Iran meminta pemimpin senior untuk mengundurkan diri, setelah pemerintah Iran mengaku menembak jatuh pesawat penumpang Ukraina yang menewaskan 176 orang.
Hari kedua unjuk rasa yang digelar Minggu kemarin (12/01) mengeruhkan situasi di ibukota Tehran, di tengah meningkatnya ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat.
Sebuah video yang beredar di Twitter memperlihatkan para pengunjuk rasa meneriakkan slogan anti-Pemerintah, di jalanan dan stasiun kereta bawah tanah.
Video-video lainnya yang beredar menunjukkan unjuk rasa serupa juga digelar di beberapa kota di Iran.
Diantaranya juga menayangkan anggota kepolisian yang menembakkan gas air mata secara sporadis, meski tidak ada tindakan keras yang dilakukan pada demonstran.
Warga Iran menyuarakan kemarahan mereka setelah jatuhnya pesawat miliki maskapai Ukraine International Airlines dan penjelasan dari pejabat senior yang dianggap menyesatkan.
Saat itu pihak otoritas menjelaskan jika pesawat yang jatuh disebabkan oleh kesalahan teknis.
Warga Iran yang turun ke jalan juga menyampaikan duka yang mendalam, setelah diketahui kebanyakan korban adalah pemuda yang sedang studi di luar negeri.
“Bahkan berbicara soal insiden ini membuat jantung saya berdebar dan sedih,” kata Zahra Razeghi, seorang warga Tehran.
“Saya sangat malu saat kepikiran keluarga korban.”
“Penyangkalan dan mencoba menutupi kebenaran selama tiga hari terkahir semakin menambah penderitaan rasa sakit keluarga korban dan saya sendiri,” tambahnya.
Minggu pagi, ratusan mahasiswa berkumpul di depan Universitas Shahid Beheshti, di Tehran, untuk menunjukkan rasa berduka cita.

Video: Pengunjuk rasa berkumpul depan Amirkabir University…
Play
Space to play or pause, M to mute, left and right arrows to seek, up and down arrows for volume.
Para mahasiswa menganggap pemerintah Iran telah menyembunyikan penyebab sebenarnya pesawat jatuh, seperti yang dilaporkan kantor berita semi-resmi ISNA.
Bahareh Arvin, seorang anggota Dewan Kota Tehran, menyatakan mengundurkan diri dari jabatannya, sebagai bentuk protes atas kebohongan dan korupsi yang dilakukan pemerintah.
“Dengan cara seperti saat ini, tidak ada harapan untuk reformasi,” katanya yang menuntut perubahan.
Sejumlah seniman Iran, termasuk sutradara ternama Masoud Kimia, membatalkan kehadiran mereka di festival internasional mendatang.
Dua pembawa acara televisi nasional dilaporkan mengundurkan diri setelah laporan soal penyebab kecelakaan pesawat yang salah.
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump menunjukkan dukungannya pada warga Iran yang telah berunjuk rasa menentang pemerintah, di akun Twitter pribadinya.
Warga Iran sudah turun ke jalanan di sejumlah kota sejak bulan November, setelah pemerintah menaikkan harga bensin.
Pemerintah Iran pernah mematikan akses internet selama beberapa hari, membuat sulit diketahui seberapa besar unjuk rasa yang digelar.
Lembaga hak asasi manusia, Amnesty International mengatakan lebih dari 300 warga telah terbunuh terkait serangkaian unjuk rasa.
Sejumlah media telah meminta agar mereka yang bertanggung jawab meminta maaf dan mengundurkan diri.
Komandan unit udara dari Korps Pengawal Revolusi Islam di Iran (IRGC) telah menyatakan “bertanggung jawab sepenuhnya” atas insiden penembakan pesawat penumpang pada pekan lalu.
“Kita telah meminta berulang kali agar kawasan udara di seluruh Iran ditutup untuk semua penerbangan,” ujar Jenderal Amir Ali Hajizadeh.
“Permintaan telah dilakukan, tapi karena sejumlah pertimbangan, hal tersebut tidak bisa dilakukan dan di saat bersamaan situasi perang terus berlanjut,” tambahnya.
Menurutnya pilot dan kru maskapai penerbangan bernomor 752 tidak melakukan kesalahan, sebaliknya seorang perwira telah membuat “keputusan buruk” untuk menembak pesawat setelah mengiranya sebagai rudal jelajah.
Tetapi Jenderal Hajizadeh juga menyalahkan Amerika Serikat atas tragedi itu.
“Bagaimanapun, inilah harga dari tindakan kerja, pergolakan, dan aksi Amerika di kawasan ini,” katanya.
“Malam itu … kemungkinan jet tempur dan rudal jelajah memasuki Iran sangat tinggi dan [kami] telah mempersiapkan diri untuk konflik.”
Ada 176 penumpang dalam penerbangan tersebut, termasuk 82 warga Iran, 57 warga Kanada, 11 warga Ukraina, 10 warga Swedia, empat warga Afghanistan, tiga warga Jerman, serta tiga warga Inggris, menurut Menteri Luar Negeri Ukraina.
Dilaporkan kebanyakan warga Kanada yang tewas adalah keturunan Iran dan keluarga yang masih tinggal di negara tetangga Irak tersebut.
Tidak ada penerbangan langsung dari Iran ke Kanada, sehingga rute melewati Kiev adalah salah satu pilihan yang murah.
Dilaporakan banyak warga Kanada yang menjadi korban dalam pesawat tersebut adalah para pelajar yang kembali dari Iran.
Sebelumnya PM Kanada, Justin Trudeau mengatakan 138 penumpang dijadwalkan terbang ke Toronto, setelah pesawat tersebut mendarat di Kiev.
Dilaporkan banyak kursi yang kosong dalam penerbangan ke Kanada tersebut.