Warga Indonesia di Melbourne Bentuk Kelompok Orkes Jawi
Kelompok musik yang dibentuk sejumlah warga Indonesia yang tinggal di negara Victoria cukup unik. Kelompok ini diberi nama Orkes Jawi Waton Muni (OJWM), banyak juga yang menyebutnya ojo waton muni, dari bahasa Jawa, yang artinya jangan asal bunyi atau jangan asal ngomong.
Dari namanya yang unik saja, kelompok musik Orkes Jawi Waton Muni (OJWM) menawarkan sesuatu yang berbeda.
Pertama kali dibentuk akhir tahun 2013, yang berawal dari pertemuan santai sejumlah warga Indonesia di Melbourne.
"Kami tiba-tiba saja memiliki ide untuk membuat sesuatu dari kumpul-kumpul warga Indonesia, yang juga tercetus pemiliran untuk melestarikan budaya Jawa, pada awalnya," ujar Anita Dewi, koordinator dari OJTM kepada Erwin Renaldi dari ABC International.
OJWM kemudian dibentuk dengan keinginan untuk menawarkan sesuatu yang berbeda.
"Kebanyakan kelompok seni yang ada bersifat tradisional, tapi kami ingin mengemas menjadi modern, sehingga bisa mengakomodir berbagai generasi," tambah Anita.
Tonton aksi mereka saat tampil di Festival Sate Indonesia 2015 di sini
Orkes Jawi saat tampil di acara Indonesian Satay Festival. Foto: Australia Plus Indoensia.Upayanya ini bisa dibilang berhasil, karena mereka yang muda-muda juga mau bergabung kelompok musik ini.
Campuran lagu-lagu tradisional dengan sentuhan modern, dalam perkembangannya kelompok ini juga tidak hanya yang berlatar belakang Jawa.
"Jadi tidak melulu berfokus pada budaya Jawa, tapi juga budaya Indonesia."
Dalam setiap pertunjukannya, setidaknnya 20 anggota dari kelompok OJWM ikut tampil.
"Anggota kami memang banyak, karena kita mengedepankan konsep guyub atau kumpul-kumpul," jelas Anita.
Tidak ada anggota yang memiliki latar belakang musisi profesional, karena kebanyakan dari mereka adalah pelajar dan pekerja yang menetap di Melbourne.
"Memang kami tidak memiliki penyanyi dengan suara emas atau pemain musik yang benar-benar profesional, intinya kami bersenang-senang dan bersama-sama menjaga kerukunan."
Orkes Jawi Waton Muni sudah tampil di sejumlah event-event yang diselenggarakan oleh komunitas Indonesia. Misalnya di acara pembukaan Festival Film Indonesia 2015 dan Festival Sate Indonesia, yang bisa Anda tonton di sini.
Anita mengaku saat mereka tampil menjadi obat penghilang stress bagi mereka yang sedang belajar dan bekerja.
"Fokus kami bukan untuk tampil profesional, justru lebih rileks dan menghibur sekaligus mengajak penonton sebagai bagian dari penampilan kami."
"Karena kami bukan profesional jadi cukup bangga untuk tampil dimanapun," ujar Anita yang sehari-harinya bekerja di Monash University sebagai Learning Skill Advisor.