ABC

Warga China Yang Dideportasi Dari Fiji Adalah Pekerja Seks

Menurut keterangan yang diperoleh ABC, 77 warga China yang dideportasi dari Fiji yang dibawa kembali oleh polisi berseragam China bulan Agustus lalu adalah para pekerja seks.

Mereka bukanlah yang terlibat dalam sindikat penipuan perjudian online, seperti yang disebutkan oleh pejabat Fiji sebelumnya.

Mereka, menurut keterangan yang diperoleh ABC, kebanyakan adalah wanita-wanita muda yang dibawa ke Fiji guna melayani diaspora China di negara tersebut, namun pemerintah Fiji tidak mau memberikan keterangan atau membantah pernyataan tersebut.

Rekaman gambar menunjukkan polisi China membawa sekelompok orang dari sebuah rumah berpagar tinggi di ibukota Fiji, Nadi untuk dinaikkan ke dalam bus.

Warga setempat yang tinggal di sekitar rumah tersebut mengatakan para penghuninya adalah perempuan muda berusia antara 15-19 tahun.

Salah seorang yang dideportasi adalah seorang ibu muda dengan bayinya.

Lawyer Aman Singh takes a phone call leaning against a wall
Pengacara Fiji Aman Ravindra Singh

ABC RN: Hagar Cohen

Dua minggu sebelum deportasi, saksi mata melaporkan melihat petugas polisi Fiji keluar masuk kompleks perumahan.

Menurut seorang penduduk lokal yang tidak mau disebut namanya, beberapa wanita berusaha melarikan diri, namun berhasil ditangkap kembali oleh polisi lokal.

Pengacara Aman Ravindra Singh mengatakan deportasi ini memiliki implikasi serius.

Sebelumnya salah seorang klien Singh melaporkan adanya kehadiran polisi China di kota Lautoka di Fiji, tindakan yang digambarkan oleh Singh sebagai ‘pelanggaran langsung’ terhadap kedaulatan Fiji.

“Menurut hukum apa, polisi China bisa datang dan beroperasi di Fiji.” katanya.

"Kehadiran polisi China di jalan-jalan di Fiji. Ini adalah hal yang aneh. Ini seperti invasi terhadap wilayah hukum kita."

Ketika ditanya mengapa kepolisian Fiji tidak mengeluarkan pernyataan publik mengenai deportasi ini, Kepala Polisi Fiji Sitiveni Qiliho — yang tidak mau memberikan keterangan untuk artikel ini – sebelumnya mengatakan dia tidak mau hal tersebut mengganggu operasi yang dilakukan.

ABC juga menghubungi Kantor Perdana Menteri Frank Bainimarama dan Kedubes China di Suva untuk memberikan tanggapan, namun tidak mendapat jawaban sama sekali.

Dunia bisnis menyambut baik deportasi

Di tahun 2016, menurut statistik dari Badan Investasi Fiji, separuh dari investasi asing di sana berasal dari China, sehingga menjadikannya sumber dana investasi asing terbesar.

Investasi kebanyakan dalam bentuk pembangunan infrastruktur besar seperti pelabuhan, jembatan, dan perusahaan pembangkit tenaga.

China adalah donor asing terbesar kedua di kawasan setelah Australia.

Jonathan Pryke dari The Lowy Institute mengatakan ini adalah bagian dari usaha yang dilakukan China secara global.

“China sangat besar dan kawsan Pasifik kecil sekali, jadi keterlibatan apapun akan dilihat sebagai hal yang luar biasa besar.” katanya.

Namun tindakan deportasi ini disambut baik oleh beberapa kalangan lokal termasuk pemimpin bisnis keturunan China yang lahir di Fiji, Dixon Seeto.

Seeto kepala Asosiasi Hotel dan Turis Fiji mengatakan deportasi ini mengirimkan pesan yang kuat.

"Bila mereka tetap berada di sini .. mereka harus melewati sistem hukum yang rumit." katanya.

“Ini mengirimkan pesan kepada organisasi kriminal bahwa kami bukanlah negeri tanpa aturan. cepat atau lambat, mereka akan ditangkap.”

Menurut Dr Graeme Smith, peneliti di Australian National University, tindakan deportasi ini lebih utama digunakan untuk maksud propaganda bagi pemerintah China untuk konsumen di dalam negeri.

“Pesannya adalah kami mengetahui ini adalah masalah. jangan khawatir, kami melakukan sesuatu. kami akan pergi ke mana saja di bumi ini untuk mengejar para kriminal tersebut.” tulisnya.

Industri seks ilegal marak di Fiji

Prostitusi adalah tindakan ilegal di Fiji saat ini, walau para peneliti mengatakan kehidupan bawah tanah di dunia ini marak.

Newspaper editor Netani Rika in his office
Wartawan senior Fiji Netani Rika

ACB RN: Hagar Cohen

Penduduk lokal enggan berbicara kepada media mengenai masalah ini karena takut mereka kemudian akan dicari polisi.

Namun berbagai keterangan yang diperoleh ABC mengatakan industri pekerja seks ini marak untuk memasok kebutuhan pekerja asal China di sana.

Wartawan senior Fiji Netani Rika, editor dan peneerbit majalah Islands Business mengatakan deportasi 77 warga China tersebut berkaitan dengan investasi China di kawasan.

“Ada banyak pekerja pria China yang datang ke sini untuk bekerja, dan mestinya ada hubungan dengan hal tersebut, dan membawa para wanita untuk memenuhi kebutuhan biologis para pekerja tersebut.”

Rika pernah memberitakan hal ini dan akibatnya rumahnya hendak dibakar dan mobilnya dilempari.

Dia mengatakan sulit mengetahui seberapa besar keterlibatan sindikat kriminal China di Fiji.

“Kami memiliki bukti adanya panti pijat China yang beroperasi sebagai rumah bordil, tantangannya adalah mencari hubungan antara mereka, dengan warga yang dideportasi tersebut.” katanya.

Lihat artikelnya dalam bahasa Inggris di sini