ABC

Warga Australia kian Sulit Beli Rumah

Minat tinggi konsumen luar negeri terhadap properti Australia diperkirakan akan membuat harga rumah sedemikian tinggi, menyebabkan pembeli rumah pertama dari Australia sendiri akan sulit memasuki pasar.

Praktisi real estate John McGrath, yang juga direktur utama McGrath Estate Agents, mengatakan terdapat minat yang amat tinggi dari konsumen China terhadap perumahan di Australia.

Bahkan, gejala ini digambarkan sebagai peningkatan minat tertinggi dari pasar luar negeri selama 30 tahun aa berkecimpung di bidang real estate. “Di sebagian daerah permukiman pinggir kota, 90 persen produk akan terjual ke pembeli China,” jelas McGrath.

Konsumen berkantong tebal memborong berbagai produk properti, mulai dari properti mewah di daerah pelabuhan Sydney hingga apartemen yang belum jadi di Sydney, Melbourne, Gold Coast dan Perth.

Monika Tu, yang bekerja untuk perusahaan Black Diamondz Concierge Service di Sydney melihat adanya kesempatan untuk memanfaatkan pasar pembeli berpenghasilan rendah.

Tu mencarikan produk properti untuk pembeli dari China. Ia juga membantu kliennya tinggal dan membangun hidup di Australia dengan cara membantu mengurus berbagai hal mulai dari mencarikan sekolah hingga membeli karya seni untuk investasi.

Dalam televisi  ABC, Tu terlihat mengajak kliennya, Amy Wong, melihat sebuah properti di daerah pantai utara Sydney. Properti tersebut dijual di pasar dengan harga 13 juta dollar (Rp 140 miliar).

“Saya pindah ke sini karena pendidikan dan gaya hidupnya,” jelas Wong, “Ini tempat yang indah.”  

Tapi ada juga pihak-pihak yang tidak menyukai jenis pembeli baru seperti Wong.

Patrick Bright, agen untuk pembeli properti, mengatakan bahwa ia menolak membantu mencarikan properti untuk orang yang tidak tinggal di Australia.

“Kenapa kita harus menjual lahan pertanian atau kota kita,” ucapnya, “Toh kita tidak sedang berjuang agar ada orang yang ingin membeli properti ini. Saat ini keadaannya adalah persediaannya tidak mencukupi.”

Analis keuangan Martin North mengatakan, persediaan properti untuk tempat tinggal belum cukup. Karena itulah harga naik dan pembeli rumah pertama pun kesulitan memasuki pasar.

Namun, investor asing hanyalah salah satu sebab. “Pembeli rumah pertama tak bisa membeli karena harga-harganya terlalu tinggi,” jelas North, “Juga, saat anda menghadiri lelang, anda dapati bahwa investor asing, investor lokal dan generasi baby boomers semuanya berusaha membeli properti yang sama.”

Generasi baby boomers adalah mereka yang lahir setelah Perang Dunia II sampai tahun 1960an.

Dalam acara peluncuran kompleks apartemen di bagian selatan kota Sydney, ada antrian panjang peminat menunggu kantor penjualan dibuka.

Menurut Tim Rees dari CBRE Real Estate, kantornya sudah menjual 250 unit dalam acara peluncuran pertama dalam waktu tiga jam.

“Hari ini kita menjual 50 lagi. Ada pembeli pertama yang cukup kuat di pasar, ada investor, 60 persen pemilik meninggali rumahnya, 40 persen merupakan investor,” jelasnya.

Di bawah panduan Badan Pengawas Investasi Asing Australia, bila developer telah mendapat persetujuan awal dari badan tersebut, maka 100 persen apartemen dalam proyek baru bisa dijual ke pembeli asing.

Menurut analis North, ada pengembang properti yang memang sengaja menargetkan pasar internasional.

“Ada pengembang yang membangun untuk langsung dijual ke China. Mereka beriklan di website di China dan menggunakan koneksi-koneksi yang ada untuk menjual properti,” jelasnya.

Menurut McGrath, bisnis semacam ini baik untuk pasar, sedangkan North menyatakan bahwa masalah utamanya adalah kekurangan properti perumahan di Australia.

Ia menambahkan, harus ada perubahan kebijakan agar kebanyakan penduduk Australia tidak sekadar menjadi penyewa seumur hidup mereka.