ABC

Warga Australia Kian Banyak Buang Makanan

Tahun 1970-an mungkin tidak dikenal sebagai era kuliner di Australia, namun justru saat itulah negara ini unggul dalam hal tidak membuang makanan ke tempat sampah di dapur.

Menurut Ros Sambell, dosen nutrisi di Edith Cowan University, ada sesuatu yang bisa dipelajari dari sikap warga masyarakat terhadap makanan pasca perang dunia.

“Di tahun 1970-an, makanan menghabiskan sepertiga dari anggaran rumah tangga, dibandingkan dengan sekitar 17 persen saat ini,” kata Sambell kepada ABC.

“Anda bisa menemukan banyak bukti dalam buku-buku masak di tahun 70an, dimana mereka mendorong orang sangat hemat,” katanya.

“Jika ada sisa makanan, mereka akan mencari cara bagaimana bisa menggunakannya kembali,” ujar Sambell.

“Banyak buku masak di era tersebut memuat cara mengolah sisa makanan dan membuatnya terlihat seperti makanan baru. Banyak kebanggaan juga terhadap makanan ini,” katanya.

“Seluruh kebiasaan mengurangi sampah di rumah menjadi prioritas, karena mereka menghabiskan lebih banyak pendapatan utnuk membeli makanan daripada kita sekarang. Jadi mereka jauh lebih berhati-hati,” jelas Sambell.

Lebih banyak dan murah

Sampai tahun 1970an makanan tidak hanya lebih mahal, tapi juga lebih sulit untuk berbelanja.

Jelas jumlah supermarket lebih sedikit dan jam bukanya pun terbatas. Makan di luar dan makanan takeaway sangat jarang terjadi.

Saat ini orang memiliki sedikit waktu memasak namun sebaliknya berbelanja makanan jauh lebih mudah.

“Kita bisa melihat sekarang orang membeli makanan karena mereka dapat menelepon tokonya, sangat mudah. Mereka mungkin tidak tahu apa yang sebenarnya ada di kulkas dan lemari mereka sehingga berakhir membeli bahan yang sama atau membeli lebih banyak makanan. Itu mendorong kebiasaan boros,” kata Sambell.

“Jika dibandingkan dengan praktik merencanakan hidangan dan lebih jarang berbelanja ke toko, karena tidak banyak makanan, terlihat adanya perencanaan di seputar hal ini,” jelasnya.

“Karena orang menghabiskan lebih banyak uang, mereka tentunya tidak mau menyia-nyiakannya,” tambahnya.

Berakhir di tempat sampah

Meskipun tidak menginginkannya, orang Australia kini menjadi masyarakat yang berbelanja berlebihan, masak dan makan berlebihan serta membuang jutaan ton makanan, yang berakhir di tempat sampah dan menghasilkan gas metana yang berbahaya bagi lingkungan.

Setiap tahun rumah tangga di Australia membuang rata-rata 345 kilogram makanan – setara dengan sekitar tiga kulkas penuh makanan – sedangkan per individu rata-rata membuang hingga 20 persen makanan yang mereka beli.

Namun umumnya orang melakukan hal itu bukan dengan senang hati.

“Cukup banyak bukti betapa orang ingin ramah lingkungan. Saya rasa bukan karena masyarakat kurang terpengaruh tapi karena mereka kekurangan waktu,” kata Sambell.

“Saya rasa jenis keterampilan yang mendukung pengurangan limbah makanan menjadi hilang, karena perubahan dan kesibukan hidup serta belanja makanan tidak lagi menyerap penghasilan sebesar dahulu,” katanya.

“Orang khawatir membuang-buang makanan, namun tidak selalu berhasil dalam mengurangi limbah,” ujarnya.

Lebih banyak perencanaan

Meskipun Sambell tidak merekomendasikan untuk kembali ke buku-buku masak era jadul demi mengurangi limbah makanan, Sambell mengatakan perencanaan dan pengurangan belanja akan bisa membantu. (Apalagi buku-buku masak tersebut memuat saran diet yang sudah kadaluarsa, bahkan ada yang menyarankan bahwa dapur semata-mata merupakan tanggung jawab perempuan).

“Coba tuliskan rencana hidangan dan daftar belanja. Pastikan Anda tidak memiliki sisa makanan di kulkas sebelum pergi ke toko,” katanya.

“Pikirkan baik-baik sebelum membeli diskon atau penawaran karena memang bisa sangat menggoda. Utamanya jika mereka diksonnya karena sudah mau kadaluarsa,” jelasnya.

“Kemudian perhatikan ukuran porsi hidangan yang disajikan,” tambahnya.

“Penting diperhatikan untuk tidak masak berlebihan atau menghidangkan porsi terlalu besar. Sebab hal ini akan menghentikan belanja makanan berlebihan yang buruk bagi kesehatan dan lingkungan kita,” paparnya.

Diterbitkan Senin 19 Juni 2017 oleh Farid M. Ibrahim dari artikel ABC News.