ABC

Warga Australia Dirugikan Rp 1 M Untuk Kupon Perjalanan Palsu

Badan Perlindungan Konsumen Australia (ACCC) mengatakan bahwa sejauh ini mereka menerima 1650 laporan mengenai penipuan mengenai liburan, dengan kerugian diperkirakan sekitar $ 100 ribu (sekitar Rp 1 miliar).

Wakil Kepala ACCC Delia Rickard  mengatakan bahwa kebanyakan konsumen ditipu lewat telepon dan mendapat penawaran kupon liburan bernilai antara $ 2 ribu sampai $ 3 ribu dolar.

Rickard mengatakan bahwa yang dijual adalah rencana liburan yang ternyata palsu dengan tujuan ke Florida atau ke Bahama, termasuk tiket untuk berkunjung ke taman bermain atau  berlayar dengan perahu pesiar, yang ditawarkan dengan harga diskon.

"Tahun ini kami mendapatkan laporan mengenai kupon yang menjanjikan liburan dengan kapal pesiar ke Karibia, dan juga perjalanan ke Disneyworld di Florida. Mereka sudah membayar sejumlah besar uang, namun akhirnya tidak menerima apapun." kata Rickard kepada ABC.

"Beberapa orang diantaranya membayar lebih dari $ 10 ribu (lebih dari Rp 100 juta) untuk masing-masing kupon tersebut.  Yang lainnya adalah penipuan dengan penjualan ke destinasi yang populer seperti Bali, Thailand atau Fiji, kawasan yang memang disukai oleh warga Australia."

"Saran saya adalah silahkan cek sendiri. Bila anda mendapat tawaran kupon untuk akomodasi tertentu atau kapal pesiar, cek dengan penyedia langsungnya jangan percaya begitu saja."

"Juga bayarlah menggunakan kartu kredit. Jangan mengirim uang lewat cara lain." tambah Rickard.

Seorang warga di Australia Barat, Martin mengalami kerugian $ 32 ribu (sekitar Rp 320 juta) ketika dia membeli tiket kelas pertama untuk penerbanga dari Perth ke London tahun ini.

Dia mengira bahwa dia membeli dari agen yang terpercaya karena membeli tiket dari agen yang sama sebelumnya.

"Saya pada awalnya  diminta bergabung dalam program frequent flyer United Airlines dan si agen ini memindahkan 360 ribu poin ke akun. saya. Saya tidak tahu pada awalnya inilah dari bagian dari taktik penipuannya." kata Martin kepada ABC.

"Kami kemudian mengirim $ 12.500 ke akun dia, dan berencana terbang 30 Juni tahun ini."

"Ketika kami tiba di bandara jam 8 pagi, kami diberitahu bahwa tiket kami sudah dibatalkan karena penggunaan point frequent flyer yang tidak benar dan ini merupakan penyalahgunaan."

"Karenanya, kami harus membayar lagi $ 22 ribu di bandara karena sudah memiliki rencana untuk melakukan beberapa hal di London. Yang lebih lagi adalah bahwa kami sudah juga membeli tiket untuk penerbangan di tahun 2015."

"Ternyata agen ini bekerja menggunakan perusahaan namun uangnya dikirim ke rekening pribadinya sendiri, yang mengambil konsumen dari situs tempatnya  bekerja namun kemudian membuat bisnis sendiri."

"Setibanya di London saya menghubungi agen ini, dan menjelaskan apa yang terjadi dan meminta pengembalian uang yang sudah saya bayar untuk tahun 2015."

"Setelah tiga bulan janji-janji, kemudian mobilenya jadi voicemail, emailnya tidak bisa dihubungi lagi dan situsnya sekarang dijual." tambah Martin.

Martin sudah mengajukan laporan ke pihak berwenang Australia dan Amerika Serikat, namun sejauh ini tidak mendapatkan tanggapan.