Warga Australia Belanjakan 51,4 Miliar Dolar Jelang Natal
Warga Australia diperkirakan membelanjakan uang senilai 51,4 miliar dolar AUS (sekitar Rp 514 triliun) dalam beberapa minggu hingga menjelang Natal 2018. Namun apakah makna Natal semata soal materi dan konsumerisme?
Asosiasi Peritel Australia (ARA) dan Roy Morgan Research memperkirakan dalam enam minggu menjelang Natal belanja mencapai 51,4 miliar dolar atau 2,9 persen lebih tinggi dari tahun lalu.
Direktur Eksekutif ARA Russell Zimmerman mengatakan, lebih dari 20 miliar di antaranya akan dihabiskan untuk belanja makanan, disusul barang-barang rumah tangga dan pakaian.
Natal itu waktu bersama keluarga
Namun Kim Burns, guru musik di Bendigo Special Development School, mempertanyakan konsumerisme di seputar Natal.
Dia banyak bekerja untuk murid-murid dari latar belakang sosial ekonomi yang lebih rendah. “Mereka sudah terbiasa tidak berharap banyak untuk Natal,” kata Burns.
Dia menciptakan parodi dengan menulis ulang lagu-lagu Natal tradisional untuk mempertanyakan konsumerisme. Parodi ini dipentaskan murid-muridnya.
“Saya mengajar anak-anak bahwa Natal itu menghabiskan waktu bersama keluarga,” katanya.
“Jangan sampai berharap akan mendapat banyak hadiah karena Natal bukan tentang itu,” ujar Burns.
Dia senang karena banyak muridnya yang mnenyadari hal ini.
Mengabdi untuk masyarakat
Lain lagi bagi aktivis Asosiasi Perempuan Pedalaman (CWA) Higginbottom.
Dia terlibat dalam kegiatan organisasi ini dan secara aktif terjun ke masyarakat di pedalaman Victoria.
Sebagian besar kegiatannya berupa penggalangan dana untuk membeli karpet bagi TK setempat, membantu tim sepakbola wanita, serta mengumpulkan dana bantuan kemarau.
Pada hari Natal, selain mempersipakn jamuan makan siang bagi ratusan warga, Higginbottom juga membuat kue untuk keluarganya.
“Memberi kepada komunitas meruoakan hal yang luar biasa,” katanya.
Hadiah hujan
Bagi petani bernama Cam Parker, hadiah Natal terbaik adalah hujan.
Tadinya dia bekerja sebagai manajer supermarket, namun memutuskan jadi petani bersama istrinya Amanda. Mereka menggarap lahan sendiri dan juga bekerja sebagai penyemprot untuk salah satu pertanian besar.
Sebagian besar produksi pertaniannya dipanen sebelum hujan belum lama ini. Artinya, kini ia punya banyak waktu bersama keluarga dan kerabat.
Hadiah Natal berupa hujan sudah diperoleh Parker. Namun dia tak henti-hentinya berdioa bagi cuaca yang bersahabat.
“Petani selalu meminta hujan yang tepat pada waktunya dan harga produk yang bagus. Itulah yang kami harapkan,” kata Parker.
Melayani kemanusiaan
Bagi Rozita Yaganegi, pendatang dari Iran yang beragama Baha’i, tidak ada saling tukar hadiah di saat Natal.
“Baha’i adalah bagaimana umat manusia bersatu. Kami menganggap kita semua sama, setiap manusia diciptakan dengan kebaikan dan karakteristik dari Tuhan,” kata Yaganegi.
Selain inklusif, kepercayaan Baha’i fokus melaksanakan pekerjaan melayani kemanusiaan dalam kehidupan sehari-hari.
“Orang Baha’i percaya untuk melayani umat manusia,” kata Yaganegi.
Dia merasa sangat istimewa menjadi penganut Baha’i dan karena itu harus dibagi kepada masyarakat lainnya.
Pada hari Natal, keluarga Yaganegi tidak memasang dekorasi atau bertukar hadiah.
“Kita harus terlepas dari hal-hal materi, perlu lebih inklusif, lebih mencintai, dan memperhatikan kebutuhan orang lain,” katanya.
Waktu memperbaiki diri
Ketika dokter ahli onkologi Robert Blum mulai jalani pendidik dokternya, dia sudah menyadari keinginannya bekerja untuk pasien kanker.
Dia mengaku tidak mudah untuk berada dalam posisinya yang istimewa.
Tak jarang, katanya, dia harus mengakui betapa sulitnya situasi yang dihadapi pasien. “Kami tidak punya jawaban untuk semua masalah,” katanya.
Saat Natal, suasana kegembiraan perayaan seringkali bertentangan dengan kabar mengenai kondisi kesehatan pasien yang tak terduga.
“Mengingatkan bahwa mereka sebenarnya tak punya waktu lagi untuk Natal. Menambah rasa betapa kita tidak kekal,” kata Dr Blum.
Natal, katanya, merupakan saat menghabiskan waktu bersama, serta saat memperbaiki kesalahan dan menikmati kebersamaan satu sama lain.
Diterbitkan oleh Farid M. Ibrahim dari artikel ABC Australia.