ABC

Warga Australia Bantu Bali dengan Buat Buat Buku Resep Masakan dari Warung di Bali

“Semakin sedikit yang dimililki seseorang, semakin besar kemungkinan ia akan memberi ke yang lain.”

Inilah pelajaran hidup yang dirasakan oleh koki asal Australia, Dean Keddell yang memiliki restoran di kawasan Seminyak Bali, setelah melihat hancurnya perekonomian Bali karena menurunnya pariwisata di tengah pandemi COVID-19.

“Biasanya restoran akan penuh, ramai, dengan orang, dengan kembang api, banyak kegiatan terjadi namun tidak tahun ini,” kata Dean kepada ABC.

Angka resmi menunjukkan hanya ada 900 kasus aktif corona saat ini di Bali dan Dean melihat dampaknya langsung dari kursi-kursi di restoran yang kosong dan juga jalan-jalan yang tidak ramai dengan turis lagi.

“Ketika COVID-19 mulai menyebar, jumlah turis asing yang membatalkan perjalanan meningkat dan kami mulai panik,” kata Dean.

“Saya tetap buka selama tiga bulan namun saya tidak terus seperti ini dan harus merumahkan karyawannya. 95 persen staf adalah warga Bali. Saya melihat mereka sebagai keluarga sendiri dan sekarang mereka hanya bisa menunggu panggilan untuk kerja dari saya.”

Dean melihat banyak warga yang harus kembali ke desa asal mereka, tinggal bersama keluarga, bertani lagi untuk bertahan hidup.

A man in black is surrounded by people in white with a huge stainless steal kitchen behind them.
Koki dan staf di salah satu restoran Dean Keddell di Seminyak Bali sebelum pandemi terjadi.

Supplied

Keindahan pantai Bali menutupi kemiskinan sehari-hari

Namun sebelum pandemi COVID-19, kemiskinan adalah masalah yang sudah dihadapi Bali.

Di luar kawasan pariwisata, banyak keluarga yang masih mengalami kesulitan ekonomi.

Dari pengamatan Dean, banyak warga Bali yang hidup dari bantuan sosial.

Salah satu lembaga amal tersebut adalah Yayasan Anak-anak Bali (Bali Children Foundation) didirikan oleh pengusaha asal Australia, Margaret Barry yang memberikan bantuan makanan dan juga pendidikan bagi sekitar 8 ribu anak-anak di seluruh Bali.

A group of Balinese children hold up paintings as other adults watch. Forest is behind them
Margaret Barry bersama staf dan anak-anak di Yayasan Anak-anak Bali.

Supplied

Margaret mengatakan permintaan bantuan ke yayasannya semakin banyak dan penggalangan dana yang dilakukannya semakin sulit dilakukan.

“Biasanya setiap tahun saya bisa kembali ke Australia untuk menggalang dana bagi yayasan,” kata Margaret, yang mengaku sudah mengirim 1.650.000 paket makanan kepada warga Bali.

“Sekarang tahun 2020 adalah masa terlama saya tidak bisa ke Australia.”

“Saat ini kita memiliki dana untuk makanan sampai bulan Februari dan dana pendidikan sampai Maret.” katanya.

Namun setelah itu, menurutnya, semua tidak menentu.

A blond woman sits next to two Balinese boys at a school desk.
Margaret Barry bersama-sama anak-anak mendapt bantuan untuk sekolah di Bali.

Supplied

Ide membuat buku resep masakan Bali

Di tengah pandemi COVID-19 di Bali, sesuatu yang mengejutkan terjadi.

Dean mulai berpikir mengenai apa yang bisa dilakukannya untuk membantu masyarakat di Bali di tengah pandemi.

Yang ada di pikirannya adalah warga Australia tidak bisa mengunjungi Bali, tapi bagaimana cara agar mereka masih bisa menikmatinya dari kejauhan.

A group of people in colourful clothes stand in a garden with Asian buildings
Dean bersama staf yang sudah dirasakan seperti keluarganya sendiri.

Supplied

“Bahkan sebelum COVID-19 saya sudah berencana membuat buku resep masakan Bali.”

“Lalu muncul pemikiran membuat buku resep dari warga. Saya mulai bertanya kepada staf saya mengenai resep makanan apa yang bisa ditulis. Saya pergi ke rumah mereka, makan bersama dan mendengar cerita mereka.”

Namun kemudian persoalan berikutnya adalah bagaimana menerbitkan buku resep makanan tanpa punya pengalaman membuat sebelumnya.

A book cover titled Our Bali Your Bali and showing a women in a red top with flowers in her hair making fire
Buku yang dibuat oleh Dean Keddell yang diharapkan bisa membantu beberapa lembaga amal di tengah pandemi.

Supplied

Muncullah bantuan dari Jonette George, pemilik Penerbitan Sunday Press di Melbourne.

Dengan pengalaman pernah membuat buku-buku soal makanan, Jonettte bersedia membantu Dean Kelles mewujudkan cita-citanya.

“Karena saya sudah pernah membuat buku mengenai makanan di Bali, saya ingin membantu warga lokal,” kata Jonette.

Kehangatan warung Bali tak kalah dengan restoran bintang lima

A man and a woman give a thumbs up in front of a food stall.
Dean Keddell di salah satu warung yang dikunjunginya di Bali.

Supplied

Sekarang proyek itu sudah mulai terwujud dengan buku bernama ‘Our Bali — Your Bali’, sebuah buku yang menurut Dean juga berisi cerita kehidupan di Bali, tidak sekedar berisi resep makanan saja.

Sama seperti pengarang lainya, Dean banyak belajar ketika dia melakukan pencarian data saat membuat buku.

Dalam pengumpulan bahan, Dean bertemu dengan pemilik 14 warung untuk bertanya mengenai rahasia dapur mereka.

“Saya mendapat sambutan hangat. Mereka ingin saya menyantap makanan mereka.” kata Dean.

Dean juga menemukan sesuatu yang baru dalam proses penulisan buku.

“Ini proses yang mahal, perlu investasi besar untuk bisa mewujudkannya.”

Untuk mengatasi masalah biaya, Dean membuat situs dan mengajak mereka yang menyukai Bali untuk memesan buku tersebut sebelum diterbitkan.

Buku ini akan dirilis sekitar bulan Mei 2021 bersamaan dengan perayaan Hari Ibu (Mother’s Day).

Targetnya adalah menjual lima ribu buah buku dan semua dana dari penjualan buku akan diberikan kepada badan amal yang ada di Bali.

Pelajaran yang berharga

A women with blond hair and a black top sits next to large bags of rice. A group of Balinese people are behind her
Margaret Barry mendirikan Bali Children's Foundation yang sudah memberikan bantuan untuk menyekolahkan lebih dari seribu anak-anak di Bali.

Supplied

Banyak orang yang berharap proyek ini akan berhasil termasuk diantaranya Margaret.

Dia sadar jika bahwa penjualan buku akan bisa mendanai pembelian makanan dan dana yang digunakan badan amalnya akan kembali lagi ke masyarakat.

“Ada begitu banyak warga lokal yang menjadi bagian dari organisasi kami. Kami ada 16 orang staf, guru, mereka yang magang dan mereka yang mengantarkan makanan,” katanya.

“Warga membantu pengiriman, kami membeli bahan lokal dan ada dukungan warga yang kuat.”

Warga Australia lainnya, David Booth memiliki badan amal bernama Proyek Kemiskinan Bali Timur (East Bali Poverty Project) berkenaan dengan pembangunan berkelanjutan dengan membantu warga Bali di pedesaaan dengan air bersih, toilet dan makanan.

Namun dengan tingkat pengangguran yang meningkat, memberikan bantuan makanan sekarang menjadi prioritas.

“Saat ini paket makanan adalah yang paling penting,” katanya.

“Di bulan Desember saya menghabiskan dana yang sebenarnya tidak saya miliki dan sekarang di bulan Januari saya harus membayar untuk distribusi makanan. Banyak anak-anak yang kekurangan gizi.”

Bagi Dean perjalanan pembuatan buku ini telah memberikan banyak pengalaman berharga bagi diriya.

Banyak warga Bali yang bersedia berbagi resep makanan dan menghabiskan waktu dan keahlian mereka, kemudian ada juga pembeli yang sudah mengirimkan uang agar buku tersebut bisa dicetak.

Namun ucapan terima kasih terbesar Dean adalah bagi warga Bali yang ditemuinya.

Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dan lihat beritanya dalam bahasa Inggris di sini