ABC

Warga Asal Indonesia Ikut Merasakan Semakin Sibuknya Jalanan Australia

Warga Australia kini menghabiskan waktu lebih lama di perjalanan dan menyebabkan sebagian warga ingin berhenti dari pekerjaannya, menurut sebuah studi terbaru.

Waktu di jalan lebih lama

Waktu di jalan lebih lama

  • Warga di kota-kota besar di Australia, termasuk asal Indonesia telah habiskan waktu lebih lama di jalanan
  • Penyebabnya bukan hanya kemacetan, tapi ledakan jumlah penduduk dan kurangnya infrastruktur
  • Ketidaknyamanan jalanan Australia telah membuat banyak pekerja untuk mencari pekerjaan lain

Rata-rata waktu yang dihabiskan di perjalanan menuju dan pulang kantor di Australia adalah 4,5 jam dalam seminggu, meningkat 23 persen sejak tahun 2002.

Mereka yang tinggal di kota Sydney mengalami yang terburuk, disusul kota Melbourne. Sementara Brisbane, meski berada di peirngkat ketiga, justru mengalami peningkatan waktu perjalanan hingga nyaris 50 persen.

Donny Verdian adalah salah satu warga Sydney asal Yogyakarta yang merasakan menghabiskan waktu di jalanan lebih lama dibandingkan beberapa tahun sebelumnya.

Donny Sydney
Donny yang sudah tinggal di Australia selama lebih dari 10 tahun mengaku Sydney semakin macet.

Foto: Koleksi pribadi

Ia tinggal di Epping, kawasan perumahan yang tidak terlalu memiliki tranportasi publik, sehingga ia dan keluarganya masih membutuhkan mobil.

Padahal dua tahun sebelumnya, Donny mengaku hanya butuh kurang dari 15 menit untuk mengantarkan anaknya ke sekolah.

“Belum lagi cari parkir … kalau mau jemput anak jam 3 sore, maka sejam sebelumnya harus sudah disana,” ujarnya yang bekerja sebagai konsultan desain.

Donny mengaku jika perilaku pengemudi di Sydney pun sudah berubah, yakni “mudah marah-marah”, menyetir dengan emosi, dan mudah memberi klakson.

A train full of commuters.
Suasana kereta di Sydney yang penuh, terutama di jam-jam sibuk seperti di pagi hari.

Foto: Twitter, @ariskinnas

Sebagai seorang konsultan, tempat Donny bekerja tergantung dimana kliennya berada. Tetapi jika di pusat kota Sydney, ia memilih untuk naik kereta.

“Pelayanan kereta di Sydney sebenarnya sudah ditingkatkan, jadwal yang lebih sering dan semakin nyaman.”

“Tapi karena masih belum juga mencapai seluruh kawasan perumahan, jadi masih banyak yang memilih naik mobil.”

Terjebak macet lima jam

Di Melbourne, Paulus Ang asal Lombok membutuhkan setidaknya satu jam setiap harinya untuk berangkat ke tempat kerjanya di Port Melbourne dari rumahnya di kawasan Point Cook.

Ia harus mengambil rute jalan bebas hambatan M1 kemudian melintasi West Gate Bridge, yang jadi satu-satunya jembatan yang menghubungkan kawasan perumahan di sebelah barat Melbourne.

Seringkali jika ada kecelakaan di sepanjang rute ini maka pengguna jalan tidak memiliki jalan alternatif lain, sehingga terjebak dalam kemacetan.

West Gate bridge
Jembatan West Gate di Melbourne sudah dikenal dengan kemacetannya, apalagi jika terjadi kecelakaan.

ABC Online, Kathy Lord

“Sekitar tiga tahun lalu saya pernah terjebak sekitar lima jam di gerbang keluar dalam perjalanan ke Port Melbourne,” ujar Paulus yang bekerja sebagai IT Profesional.

Paulus memilih menggunakan mobil karena jika menggunakan transportasi publik, seperti kereta dan lanjut dengan tram membutuhkan waktu yang jauh lebih lama, serta “lumayan melelahkan”.

Menurutnya yang sudah tinggal di Australia sejak tahun 2004, Melbourne semakin macet dan populasi di kawasan barat kota Melbourne, seperti Point Cook, semakin banyak.

Membuat pekerja tidak bahagia

A side car mirror reflects Sydney traffic in peak hour. There are trucks, vans, and cars lined up.
Kemacetan seperti ini biasa dialami oleh banyak warga di kota-kota besar di Australia.

ABC News: Taryn Southcombe

Mulai dari ledakan jumlah penduduk di Australia hingga peningkatan harga rumah dan semakin mahalnya biaya hidup di Australia, ditambah kurangnya investasi untuk transportasi publik menjadi penyebab mengapa waktu perjalanan di Australia semakin bertambah lama.

Todd Denham dari Pusat Penelitian Perkotaan di RMIT Melbourne mengatakan infrastruktur yang ada sekarang ini tidak sejalan dengan penambahan penduduk, khususnya di kawasan perumahan di kota-kota besar Australia.

Ia mengatakan lamanya waktu perjalanan juga telah berdampak langsung pada kehidupan warga, seperti kondisi kesehatan yang memburuk.

“Kita juga jadi tak punya banyak waktu yang lama dengan keluarga.”

Studi penelitian ini dilakukan setiap tahunnya lewat survei ‘Household, Income, and Labour Dynamics in Australia’ yang bertanya pada pekerja Australia berusia 15 tahun ke atas, termasuk mereka yang bekerja dari rumah, sehingga tak perlu berpergian.

Dalam studi tersebut juga ditemukan adanya hubungan antara waktu perjalanan yang lebih lama dan keinginan para pekerja untuk mencari pekerjaan lain.

Mereka yang menghabiskan waktu lebih lama di jalanan merasa tidak puas dengan sejumlah hal terkait pekerjaan, termasuk gaji yang diterima, fleksibilitas waktu kerja, serta jumlah jam kerja.

Simak berita terkait studi, kerja, dan tinggal di Australia hanya di ABC Indonesia dan bergabunglah dengan komunitas kami di Facebook.