ABC

Warga Aceh Sudah Sangat Sadar Bencana

Sepuluh tahun lalu, 26 Desember, dunia dikejutkan dengan gempa besar yang melanda kawasan Asia Pasifik, yang disusul gelombang tsunami, yang memakan korban ratusan ribu orang. Aceh menjadi salah satu daerah yang paling banyak menelan korban. Berikut pengalaman Kristy Allen-Shirley, warga Australia yang bekerja unutk World Vision, yang membantu sejak awal peristiwa.

Kristy tiba di Aceh pada bulan pertama setelah tsunami melanda Asia. Masih terbayang jelas dalam ingatannya pemandangan yang disaksikan di Aceh ketika itu.

“Daratan disana seperti dilenyapkan, sejauh mata memandang saya hanya mendapati genangan air keruh dan puing reruntuhan bangunan dan berkilometer daratan yang terdiri dari sampah. Sebuah gambaran kerusakan yang sulit dijelaskan dengan kata-kata. Saya kira siapapun yang datang ke Aceh ketika itu tidak akan siap menyaksikan skala kerusakan disana,” kenangnya.

Kristy mengunjungi Aceh dalam kapasitas sebagai Direktur Komunikasi Tsunami Respon dari World Vision Australia. Sebelum menjejakan kaki di Aceh ia terlebih dahulu membantu korban tsunami di Thailand. 

Sebelum tsunami melanda kawasan di sekitar Samudera Hindia, Kristy ditugaskan di Afrika Selatan dan telah bekerja untuk kemanusianaan selama 14 tahun namun ia mengaku tidak ada yang bisa menyamai skala kerusakan dan kerja kemanusiaan di Aceh.

“Skala kerusakan akibat bencana alam dan kebutuhan akan bantuan kemanusiaan yang sangat besar ketika itu di Aceh merupakan sesuatu yang tidak pernah saya saksikan sebelumnya maupun sesudahnya."

"Dalam satu dekade terakhir kita banyak menangani sejumlah bencana yang cukup sulit seperti di Haiti, Jepang dan Filipina, namun apa yang kita saksikan di Aceh dan respon kemanusiaan yang kita lakukan disana merupakan yang terbesar yang pernah kita lakukan”

Kristy Anne-Shirley dalam kunjungannya ke Banda Aceh baru-baru ini. (Koleksi pribadi)

Program respon tsunami dari World Vision tempat Kristy bekerja berlangsung selama 3 tahun. Dan selama masa sulit itu Kristy dan timnya memberikan berbagai jenis bantuan bagi masyarakat Aceh mulai dari menyediakan makanan dan obat-obatan hingga program rekonstruksi mulai dari mendirikan 3.500 rumah permanen baru untuk warga korban tsunami Aceh, jembatan, sekolah, rumah sakit dan lain-lain.

“Tim kami tiba di Aceh dua hari setelah tsunami, tentu saja focus pertama kami ketika itu adalah menyelamatkan nyawa warga yang selamat dan membantu sebisa mungkin warga Aceh untuk dapat bertahan hidup menghadapi kehilangan yang mereka alami. Kami mendistribusikan bantuan makanan dan kesehatan melalui udara,”

“Kami juga membantu membuatkan akta tanah serta akta kelahiran serta membangun 3.500 rumah baru untuk warga korban tsunami,”

Beberapa pekan yang lalu, Kristy kembali menjejakan kaki di Aceh setelah satu dekade bencana dahsyat itu berlalu. Kristy mengaku kagum dengan perubahan dan pembangunan yang ada di Aceh saat ini.

“Saya tidak percaya melihat betapa bedanya Aceh saat ini….ketika saya terbang ke sana saya mendapati kegairahan hidup warga dan banyak sekali bangunan yang sudah didirikan di sana ..Aceh sudah sangat berbeda. Sangat membingungkan sekali mendapati saat ini Aceh masih tetap indah dan mampu mempertahankan keindahan alamnya setelah bencana dahsyat itu dan berkat program rekostruksi kini sudah banyak rumah, sekolah, rumah sakit yang didirikan, sehingga Anda sudah bisa merasakan kehidupan warga disana  sekarang sudah diperbaharui dan mereka juga telah sudah mampu memiliki kehidupan yang baru.”

‘Anda masih bisa mendapati nada sedih dari suara mereka ketika bercerita tentang bencana dahsyat itu, terlihat juga di wajah mereka, tapi mereka juga terlihat mereka kini memiliki harapan di masa depan. Saya meninggalkan kota itu dengan perasaan remuk redam mendengar cerita mereka tapi sekaligus bangga dengan pencapaian mereka dan apa yang akan mereka lakukan ke depan terutama kalangan perempuan di Aceh,”

Pemandangan lain yang ditemui di Aceh yang menurut Kristy cukup penting adalah menurutnya warga Aceh sekarang sudah memiliki kesadaran yang baik mengenai bencana terutama gempa bumi.

“Jika Anda berkunjung ke Aceh saat ini Anda akan menjumpai banyak tanda-tanda rute evakuasi di sisi jalan yang cukup terlihat jelas. Dan ketika berbicara dengan warga disana  mereka mengaku sudah paham apa yang harus dilakukan dan kemana harus menyelamatkan diri.  Berinvestasi pada kesadaran menghadapi bencana semacam ini sangat penting,”

Kristy yang kini menjabat sebagai Direktur Komunikasi, Asia Selatan dan Kawasan Pasifik World Vision mengatakan bencana tsunami dashyat yang melanda sejumlah kawasan di Asia memberikan banyak pelajaran bagi para pekerja kemanusiaan seperti dirinya. Pelajaran itu telah banyak memperbaiki respon kemanusiaan yang dilakukan organisasi kemanusiaan pada bencana-bencana lain yang terjadi selama satu dekade terakhir.

Salah satunya adalah mengenai koordinasi. Koordinasi yang baik antar lembaga diperlukan agar bantuan yang disalurkan efektif dan merata, karenanya kini mereka memiliki sistem koordinasi antar lembaga yang lebih baik.

“Koordinasi…ketika ada bencana besar dan banyak organisasi yang terlibat maka perlu sekali saling bekerjasama dan kita sekarang punya sistem khusus yang memungkinkan lembaga bantuan kemanusiaan bekerja bersama..terutama dalam melakukan pekerjaan kedaruratan seperti membangun tenda pengungsian, sarana air bersih ..jadi kita sekarang punya sistem koordinasi antar lembaga yang lebih baik dalam merespon bencana dimanapun." kata Kristy.