ABC

Walau Jumlah Peternak Turun Drastis, Produksi Daging Babi Australia Justru Meningkat

Dulunya, jumlah peternak babi di Australia mencapai puluhan ribu, namun adanya perubahan penting dalam industri ini mengakibatkan jumlah para peternak tersebut turun drastis.

Di tahun ‘60an, ada sekitar 50.000 peternak babi di Australia, namun kini hanya ada 600 produsen daging babi yang tersisa.

Ironisnya, penurunan jumlah peternak itu tak menyebabkan pasokan daging babi di Australia menurun, malahan, jumlahnya meningkat jauh dibanding dekade ‘60an lalu.

Jadi, apa yang membuat begitu banyak peternak keluar dari industri daging babi?.

Menurut Ketua Asosiasi Produsen Daging Babi Australia “Australian Pork Limited,” Andrew Spencer, penurunan jumlah peternak babi ini disebabkan karena berlakunya mantra moderen dalam industri ini, yakni “Perbesar ternaknya atau buatlah spesialisasi jika ingin bertahan.”

Banyak produsen kecil yang tak memiliki saluran pendanaan untuk menciptakan spesialisasi atau mengembangkan bisnis mereka. Selain itu, mereka juga harus bertahan dari gempuran impor daging babi.

Andrew menambahkan, industri babi saat ini sudah berkembang jauh dari apa yang ada puluhan tahun lalu.

“Banyak produsen daging babi merangkap sebagai produsen produk susu. Selama bertahun-tahun, industri daging babi dan susu berjalan beriringan karena banyak sinergi di dalamnya. Sehingga kondisi itu membuat produksi daging babi menjadi terspesialisasi, dan ketika industri ini sudah berdiri sendiri, akhirnya menjadi sejals bahwa semakin besar usaha anda, semakin anda bisa efisien,” jelasnya.

Pelarangan air cucian sebagai pakan ternak juga memainkan peran. Kini memberi makan babi dengan segala bentuk makanan sisa yang sudah bersentuhan dengan daging atau produk daging, illegal.

Sementara kondisi itu telah membuat babi tak lagi mengkonsumsi makanan murahan, di sisi lain, penyebaran penyakit serius yang bisa menghancurkan industri pedesaan juga bisa dicegah.

Memberi makan babi dengan air cucian diyakini menjadi penyebab mewabahnya penyakit kaki dan mulut di Inggris tahun 2001.

Karena industri ini akhirnya bergeser menjadi industri yang lebih intensif dan berada dalam ruangan tertutup, Andrew mengatakan imbasnya adalah biaya infrastruktur yang menjadi cukup mahal.

“Untuk membuat kandang babi, dibutuhkan sekitar 6000 dolar bahkan lebih tiap satu ekor dewasa-nya, jadi kalau anda ingin membangun 1000 kandang babi dewasa, maka dibutuhkan 6 juta dolar, sungguh jumlah yang sangat besar,” rincinya.

Belum lagi biaya perijinan, seperti persetujuan dewan dan analisis dampak lingkungan, dan juga ongkos tenaga kerja.

Namun Andrew mengungkapkan, perubahan ke arah peternakan babi yang lebih intensif hanyalah salah satu alasan dari berkurangnya populasi peternak babi.

“Banyak produsen babi kini melakukannya dalam ruangan, dan mungkin itu berkontribusi terhadap penurunan jumlah peternak, tapi menurut saya itu lebih karena industri yang kini lebih terspesialisasi,” tambahnya.

Tantangan yang terus dihadapi seluruh industri daging babi adalah kompetisi dari impor yang lebih murah. Industri daging babi Australia memproduksi 360.000 ton daging babi tiap tahunnya, sementara tingkat konsumsi mencapai 550.000 ton.

Defisit produksi inilah yang diisi oleh daging babi impor dari Eropa, Amerika Serikat dan Kanada.

“Dari Amerika utara, kita mengimpor kaki babi tanpa tulang, yang sesampainya di Australia diolah menjadi daging ham. Dan dari Eropa, serta Denmark pada khususnya, kita mengimpor pinggang babi tanpa tulang, yang lantas diolah menjadi daging babi asap. Lantas orang-orang bertanya, mengapa kita perlu impor daging babi?,” gumam Andrew.

Menurut Andrew, permasalahannya terletak pada urusan biaya, dan negara seperti Denmark, AS dan Kanada yang mampu menyediakan daging babi dengan ongkos yang jauh lebih rendah daripada produsen Australia.

“Dalam bayangan sempurna, Eropa dan Amerika berdagang satu sama lain, tapi itu tak terjadi karena banyanya alasan seputar hambatan teknis perdagangan. Jadinya kedua negara itu mencari negara lain yang memiliki hukum perdagangan liberal sebagai pangsa pasar, dan Australia adalah salah satu negara dengan sistem perdagangan yang paling bebas, sehingga mereka akhirnya mengekspor ke sini,” ujarnya.