ABC

Virus Zika Ditemukan Pada Turis Australia yang Pulang Dari Amerika Selatan

Para virolog atau ahli virus di Australia mengatakan, virus Zika yang disebabkan oleh nyamuk -yang terkait dengan kerusakan otak pada ribuan bayi di Brasil -telah ditemukan di Australia pada sejumlah wisatawan yang kembali dari Amerika Selatan.

Meski demikian, agar virus ini bisa tersebar, dibutuhkan spesies nyamuk yang tepat yang bertindak sebagai vektor.

Sejauh ini, hanya satu nyamuk jenis itu yang ada di Australia -yakni Aedes aegypti -yang hanya ditemukan di Queensland utara.

Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia telah mengeluarkan peringatan baru bagi warga Australia, terutama ibu hamil, untuk mempertimbangkan kembali rencana melakukan perjalanan ke 22 negara yang terkena virus, termasuk banyak negara di Amerika Selatan dan Tengah, dan negara kepulauan Pasifik, Samoa.

Peringatan perjalanan baru ini muncul untuk menanggapi peringatan yang dikeluarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menyebut bahwa virus Zika sekarang cenderung menyebar ke seluruh negara di Amerika Selatan, Tengah dan Utara kecuali Kanada dan Chile.

Pada bulan November, Kementerian Kesehatan Brasil mengatakan bahwa virus Zika terkait dengan deformasi janin yang dikenal sebagai ‘microcephaly’, kondisi di mana bayi dilahirkan dengan otak yang lebih kecil dari biasanya.

Brasil telah melaporkan 3.893 dugaan kasus ‘microcephaly’, yang disebut WHO berjumlah lebih dari 30 kali lipat dari tahun sebelumnya –bahkan sejak 2010 -dan setara dengan 1-2% dari semua bayi yang baru lahir di negara bagian Pernambuco, salah satu daerah yang paling terdampak parah.

Virus Zika belum ditemukan di daratan Amerika Serikat, meski ada seorang perempuan yang jatuh sakit dengan virus di Brasil, melahirkan bayi dengan kerusakan otak di Hawaii.

Hanya ada sedikit data ilmiah tentang virus Zika dan tak jelas mengapa virus ini mungkin menyebabkan ‘microcephaly’ di Brasil.

Ancaman terhadap Australia harus disikapi serius

Virus ini pertama kali ditemukan pada seekor monyet di hutan Zika dekat Danau Victoria, Uganda, pada tahun 1947, dan menurut sejarah, terjadi di beberapa bagian Afrika, Asia Tenggara dan Kepulauan Pasifik, tetapi biasanya hanya tergolong penyakit ringan.

Profesor Dominic Dwyer, seorang ahli virus dari Rumah Sakit Westmead Sydney, mengatakan, para ilmuwan tak tahu apakah ada nyamuk lain di Australia yang bisa menjadi vektor potensial.

"Ada beberapa orang yang kembali ke Australia yang pernah mengalami infeksi virus Zika," sebutnya.

Ia menerangkan, "Tapi apa yang belum kami miliki adalah bukti dari penyebaran infeksi ini dari satu orang ke orang lain di Australia. Nyamuk pembawa utama virus ini tak ada dalam jumlah besar di Australia, kecuali mungkin di ujung utara Queensland.”

"Tapi kami belum sepenuhnya yakin apakah beberapa nyamuk Australia bisa membawa virus Zika. Jadi saya pikir masih ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk menyelesaikan itu," tambahnya.

Namun, Profesor Dominic mengatakan, resiko yang bisa mengancam Australia harus ditanggapi dengan serius.

"Saya pikir ini adalah tentang menjadi waspada tapi tak khawatir," sebutnya.

Ia menjelaskan, "Ketika sebuah virus masuk ke populasi di mana orang-orangnya tidak kebal, maka di situlah sering ada penyebaran yang sangat cepat.”

"Jadi misalnya, selama dekade terakhir, ada sejumlah pulau di Pasifik yang mengalami wabah infeksi virus Zika, serta virus lainnya seperti Chikungunya,” imbuhnya.

Ia menambahkan, "Jadi, ketika virus sudah ada di sana dan Anda punya nyamuk yang tepat – vektor untuk membawa virusnya – maka penduduk di sana tidak kebal, sehingga penyebaran di masyarakat bisa benar-benar cepat."