ABC

Video: Kekejaman Peristiwa 1965 Dalam Karya Seni

Gallery Smith yang berada di kawasan North Melbourne, kota Melbourne terlihat tidak seperti biasanya.

Saat memasuki galeri yang dikelola secara privat ini, nuansa percikan darah terlihat dari dinding-dinding berwarna putih polos.

Dadang Christanto, seniman asal Jawa Tengah yang kini tinggal di Australia sedang menggelar koleksi hasil-hasil karyanya sejak tahun 2010.

Di salah satu dinding galeri, ada tiga lukisan yang masuk dalam koleksi Dadang yang diberi judul This Blood Still Fresh, General? atau ‘Darah Ini Masih Merah, Jenderal?’.

Koleksi yang ia lukis dengan teknik akrilik ini telah diselesaikan pada tahun 2015 dan sempat dipamerkan di Queensland University of Technology saat peringatan 50 tahun Peristiwa 1965.

“Salah satu lukisan ini didedikasikan kepada Gerwani, karena banyak ribuan anggota Gerwani yang dipenjara dan mendapatkan penyiksaan, pemerkosaan… sangat merendahkan martabat manusia,” jelas Dadang.

Di sisi dinding lainnya terdapat lukisan-lukisan lain yang ia ambil dari koleksi Behind The Veil yang ia buat di tahun 2009.

Lukisan-lukisan ini menjadi bagian dari pameran yang ia beri tajuk Genocide 1965. Tak heran jika Anda akan merasa karya-karya yang ditampilkan berkesan vulgar.

“Grafis memang keras, karena idenya sangat berdarah… dan sangat brutal..,” ujar Dadang. “Saya coba menggambarkan kekerasan yang terjadi pada tahun 1965.”

Dadang sudah beberapa kali menjadi kurator di beberapa pagelaran seni tingkat dunia, sebut saja Sydney Biennale di tahun 2010, the Venice Biennale, Korea Selatan, hingga di Brazil pada tahun 1998. Di Indonesia pun ia pernah dipercaya untuk menjadi kurator Yogyakarta Biennial di tahun 2003.

Dalam karirnya sebagai seniman, Dadang memang seringkali mengangkat masalah pelanggaran hak asasi manusia.

Ia juga ingin lebih memberikan penghormatan kepada mereka yang menjadi korban-korban kekerasan politik. Tak hanya itu, ia pun seolah ingin mengekspresikan penderitaan para korban yang suaranya kerap kali sengaja dibungkam.

Kekejaman dari perilaku yang diterima oleh para korban yang dituduh dan dianggap bagian dari komunis lebih terlihat dari karya-karya seni berbentuk bujur sangkar dengan ukuran lebih kecil.

Hasil karya tersebut ia buat dari potongan-potongan kardus berwarna cokelat dengan torehan cat, yang didominasi warna merah, putih, dan hitam.

Korban yang ditembak, digantung, disayat, termasuk kekerasan yang kebanyakan dilakukan kepada perempuan ditampilkan dalam lukisan-lukisan diatas potongan kardus tersebut.

Rencananya ia akan membuat sekitar ratusan keping hasil karya ini, untuk kemudian dipamerkan di secara keseluruhan.

“Proyek Genocide 1965 akan dipamerkan bulan Februari tahun depan di Arts Centre, Melbourne,” kata Dadang.

Tonton videonya di sini

Tentang Gallery Smith

Gallery Smith adalah sebuah galeri seni yang dikelola secara privat, yang juga sekaligus menjadi tempat jual beli karya seni.

Galeri ini diluncurkan oleh Marita Smith di tahun 2008 dengan tujuan utama untuk mengapresiasi, menampilkan, dan menjual karya-karya seni kontemporer terbaik dari seniman-seniman di Australia dan Asia Tenggara.

“Keberadaan kami adalah untuk menampilkan karya-karya seni dari negara-negara tetangga terdekat Australia, terutama Indonesia,” ujar Marita.

“Tentu saja kami ingin mengadakan kerjasama lebih banyak dengan seniman-seniman Indonesia yang mau memamerkan karya seninya di galeri kami,” tambahnya.

Gedung Gallery Smith sendiri memiliki beberapa studio, termasuk tujuh studio yang bisa digunakan oleh para seniman visual. Diantara studio tersebut juga terdapat studio untuk fotografer komersial dan seniman teater.