ABC

Victoria Tempatkan Pegawai Khusus untuk Atasi Radikalisasi di Sekolah

Berkembangnya paham ekstrim radikal dikalangan pelajar maupun orang tua murid telah memicu masalah baru bagi guru maupun kepala sekolah.  Untuk mengatasi masalah ini Negara Bagian Victoria menunjuk petugas khusus yang ditempatkan disekolah untuk mempromosikan toleransi antar ras dan agama serta kohesi sosial di sekolah. 

Sejumlah guru di Australia keluhkan berkembangnya perilaku ekstrim dikalangan siswa dan orang tua murid.

 

Data dari pemerintah Federal Australia memperkirakan ada lebih dari 15o orang warga Australia yang bergabung dengan kelompok radikal di Timur Tengah.
 
Media Fairfax melaporkan salah satu kepala sekolah di Melbourne mengatakan dua dari siswa di sekolahnya memiliki orang tua yang ikut berperang dengan ISIS di Suriah.
 
Federasi Kepala Sekolah Australia menyambut positif langkah Pemerintah Negara Bagian Victoria yang menunjuk seorang penasehat khusus yang tugasnya akan difokuskan pada upaya mempromosikan toleransi antar ras dan agama serta kohesi sosial di sekolah-sekolah.
 
Presiden Federasi Kepala Sekolah Peter Kearney mengatakan konfilk di luar negeri telah menjadi isu di sekolah-sekolah yang ada di Australia, terutama di Melbourne dan Sydney.
 
"Tantangan kohesi sosial ini mungkin bukan sesuatu yang kita inginkan, tapi masalah yang kita hadapi saat ini sedikit lebih kompleks karena ada begitu banyak masalah dengan sektarianisme dan rasisme .. jika itu istilah yang tepat, "katanya.
 
"Pengamatan yang dilakukan sudah sangat jelas, pengamatan kami maupun pengamatan yang dilakukan sekolah maupun kalangan kepala sekolah,"
 
Menurut Kearney saat ini di sekolah-sekolah di Australia ada sejumlah anak-anak yang memiliki perilaku ekstrim dan perilaku itu didorong atau ditumbuhkan oleh orang tua mereka yang juga menganut dan mendukung paham ekstrim.
 
"Yang terjadi sekarang adalah ada sejumlah anak-anak yang memiliki perilaku ekstrim dan itu didorong oleh orang tua mereka yang menginginkan anaknya memiliki karakter yang kuat atau apapun itu,"
 
Menanggapi maraknya radikalisasi di kalangan anak-anak muda ini, Dr Hass Dellal, Direktur Eksekutif Yayasan Multikultural Australia mengatakan pemimpin masyarakat sudah berupaya dan memastikan agar anak-anak remaja yang rentan tidak menjadi bagian dari masalah radikalisme ini.
 
Ia mencontohkan yayasannya yang telah melaksanakan program kepemimpinan remaja muslim dan mentoring sesama melalui pelatihan yang dapat membangun ketahanan remaja dari paham radikal.
 
"Tujuan dari pelatihan ini adalah agar anak-anak muda mampu mengidentifikasi perubahan perilaku dan meningkatnya perilaku yang mengindikasikan sesorang beresiko atau rentan terhadap perilaku ekstrim atau anti-sosial,'
 
Dr Dellal mengatakan upaya untuk merangkul anak-anak muda yang rentan terhadap paham ekstrim dan juga masyarakat yang lebih luas untuk mengenali masalah ini sangat penting agar mereka dapat segera melakukan intervensi jika menemukan terjadinya perubahan perilaku dan pandangan ekstrim di kalangan rekan mereka..
 
"Jadi progran ini bertujuan untuk mampu mengenali perubahan perilaku di antara sesama anak-anak muda baik yang dipicu oleh rasa kehilangan yang mendalam, diskriminasi, keterasingan dan juga termasuk isolasi oleh keluarga, rekan sebaya dan masyarakat," katanya.
 
"Serta mereka juga mampu mengenali perunahan ideologi dimana keyakinan seseorang mengalami perubahan secara umum, maupun pandangan dan keyakinannya yang bertentangan dengan kebudayaan mainstream,"
 
Yayasan ini juga merangkul peran orang tua terutama ibu didalam menghentikan penggunaan internet sebagai alat radikalisasi. Yayasan ini mendidik para ibu dengan kemampuan untuk menggunakan komputer dan menjelajah situs-situs yang mempromosikan radikalisasi.
 
"Saya kira peran ibu selama ini kerap dikesampingkan dalam strategi untuk memerangi bentuk ekstrim dari radikalisasi dan kejahatan ekstrim, padahal mereka bisa menjadi sosok yang bisa dipercaya di rumah dan kerap menjadi orang yang pertama kali menyadari perubahan perilaku anak-anak mereka,"
 
"Oleh karena itu kita perlu memberdayakan mereka dan memberi para ibu kemampuan untuk terlibat dan ambil bagian dari upaya memerangi radikalisasi,"