Usia Senja Tak Halangi Thelma Ajar Yoga Ke Pasien Gangguan Mental
Ia memegang rekor renang dunia, mengajar anak-anak di tiga benua dan menyumbangkan ribuan dolar untuk amal, tapi yoga-lah yang membuat Thelma Bryan, seorang yogini (pelaku yoga), tersenyum lebar.
Selama 26 tahun terakhir, perempuan berusia 86 tahun ini telah menyumbangkan waktunya untuk mengajar kelas yoga mingguan di Unit Kesehatan Mental Rumah Sakit Cairns.
Sejauh yang ia perhatikan, efek dari ajarannya jelas terlihat di wajah murid-muridnya.
“Saya melihat mereka berjalan keluar ruangan dengan perasaan jauh lebih bahagia daripada saat mereka masuk,” kata Thelma.
"Saya terkadang mengatakan kepada mereka ‘saya telah membantu Anda hari ini, tetapi Anda juga membantu saya, karena Anda membuat saya merasa bahwa pada usia 86 tahun saya masih bisa menolong dan membantu orang lain’," tutur Thelma.
Usia bukan satu-satunya halangan bagi aksi sukarela yang dilakukan yogini berusia senja ini.
Emfisema (pembengkakan paru) dan tak kurang dari lima cedera pinggul kini membuat Thelma bergantung pada motor roda tiga untuk menjangkau jarak yang tak dijangkau oleh tongkat berjalannya.
Di samping kesehatannya yang tak lagi prima, Thelma tetap berkomitmen untuk mengajar murid-muridnya prinsip-prinsip yoga.
"Kelenturan tubuh, pentingnya bernapas dengan baik dan kesadaran gerakan adalah apa yang saya coba untuk ajarkan kepada murid saya," aku Thelma.
“Saya mencoba untuk menanamkan praktek pernapasan yang baik dan saya punya satu murid yang mengucapkan terima kasih untuk praktek yang kami lakukan di dalam kelas,” ceritanya.
“Ia diberitahu dokternya untuk melakukan hal itu, tapi ia tadinya tak begitu paham sampai ia punya waktu dan ruang untuk merasa nyaman melakukannya,” sambung Thelma.
Meski kegemarannya untuk membantu orang lain masih begitu dalam, praktek yoga selama 45 tahun telah membuat Thelma sangat selaras dengan tubuhnya.
Seiring peningkatan usianya dan penurunan kesehatannya, Thelma bertanya-tanya, setiap minggunya, apakah kelas berikutnya yang ia ajar akan menjadi kelas terakhirnya.
“Saya menjalani fisioterapi perbaikan dan pijat perbaikan sekali sebulan hanya untuk membuat saya tetap beraktivitas,” katanya.
“Tapi jika saya masih punya sesuatu untuk ditawarkan, saya ingin terus lanjut,” sambungnya.