ABC

Urutan Kelahiran Tidak Pengaruhi Kepribadian Anak didalam Keluarga

Ternyata fakta Anda terlahir sebagai anak sulung, anak tengah atau anak bungsu didalam keluarga itu tidak memberi pengaruh apapun pada kepribadian Anda. Sebuah penelitian terbaru menyimpulkan kepribadian seseorang tidak ditentukan oleh urutan kelahiran.

Sebuah penelitian baru menunjukan urutan kelahiran tidak mempengaruhi kepribadian seseorang.
Sebuah penelitian baru menunjukan urutan kelahiran tidak mempengaruhi kepribadian seseorang.

 
Sebuah tim peneliti asal Jerman menganalisa data dari 20 ribu orang yang berasal dari 3 negara dalam sebuah studi yang diklaim terbesar dan paling komprehensif.
 
Mereka menemukan urutan kelahiran ternyata tidak berdampak pada lima karakteristik kunci kepribadian yang meliputi, extroversi, kestabilan emosi, keramahan, kesadaran dan imajinasi.
 
Namun demikian laporan penelitian yang sudah dipublikasikan di Jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences ini mendukung temuan sebelumnya yang menyatakan anak pertama didalam sebuah keluarga kemungkinan besar lebih pintar.
 
Penulis utama dalam penelitian ini, Julia Rohrer, dari Universitas Leipzig, Jerman mengatakan kaitan antara urutan kelahiran dengan kepribadian pertama kali diperdebatkan pada awal 1900-an oleh psikiatri dan filsuf Alfred Adler — dalam bukunya berjudul  the second of six children.
 
Dalam buku itu, Adler mengklaim anak yang pertama lahir alias anak sulung adalah anak istimewa,  tapi dibebani oleh perasaan tanggung jawab yang berlebihan dan takut tergeser dari takhta mereka serta lebih mungkin untuk mendapat skor tinggi pada neurotisisme.
 
Namun, pemikiran ini menjadi tertanam kuat di era modern saat seorang pakar dari Amerika Serikat,  Profesor Frank Sullaway, mengembangkan Teori Ceruk didalam keluarga dari efek urutan kelahiran pada tahun 1996.
 
Berdasarkan teori evolusi Darwin, Sullaway berpendapat bahwa anak-anak yang bersaudara dapat menyesuaikan diri dengan peran tertentu dalam keluarga untuk mengurangi kompetisi dan meningkatkan 'kebugaran' unit didalam keluarga.
 
Menurut Teori yang dikembangkan Profesor Sulloway, karena anak sulung secara fisik superior dibandingkan saudaranya diusia muda, maka mereka kemungkinan besar akan menunjukan perilaku dominan dan kurang ramah.
 
Sementara anak-anak yang lahir belakangan, mencari cara lain untuk menegaskan diri mereka sendiri, dan cenderung mengandalkan dukungan sosial serta menjadi lebih ramah sehingga mereka lebih ekstrover.
 
Julia Rohrer mengatakan teori ini telah menjadi sangat tertanam dalam jiwa masyarakat. Padahal menurutnya teori ini mengandung bias.
 
"Saya pikir ada beberapa bias dalam studi yang membantu memperkuat keyakinan ini. Misalnya, orang tua mungkin menyimpulkan sulung mereka secara emosional tidak stabil dan sangat cemas karena bayi mereka sering menangis dan mudah takut.
 
"Sementara anak kedua bisa saja tidak terlalu sering menangis, tapi saat ini orang tua sudah mengetahui kalau itu murni perilaku anak-anak dan mereka berhenti mengkaitkan perilaku ini dengan karakter anak".
 
Oleh karena itu untuk menguji  teori Professor Sullaway, tim Rohrer menggunakan data dari 3 riset besar nasional di Inggris, AS dan Jerman.
 
Tim ini melakukan serangkaian analisa dan mencari bukti dampak urutan kelahiran didalam keluarga yang bisa lebih menggambarkan secara umum keseluruhan keluarga.
 
"Kami berusaha sebaik mungkin tapi kami tidak berhasil menemukan kesimpulan mayoritas dari dampak yang diharapkan pada data yang kami miliki," katanya.
 
Temuan mereka menyimpulkan urutan kelahiran tidak memiliki dampak jangka panjang terhadap karakter kepribadian seseorang di masa depan yang berlangsung secara konsisten pada ketiga riset nasional yang mereka gunakan, pada seluruh ukuran kepribadian yang diketahui dan juga pada semua partisipan dari rentang waktu yang beragam.
 
Studi ini bisa membekukan teori Profesor Sullaway ini. Karena menurut Rohrer saat ini ada kerja besar tubuh yang tidak bisa mendeteksi dampak urutan kelahiran sebagaimana diprediksikan dalam teori ceruk keluarga.
 
"Secara rasional, kita bisa mengabaikan gagasan besar dari teori Sullaway atau mungkin memodifikasikan muatannya dengan pendekatan yang lebih mendekati temuan empiris,"
 
Julia Rohrer mengatakan sebaliknya riset yang dilakukan timnya justru mendapati tingkat kecerdasan memang benar dipengaruhi oleh urutan kelahiran dan anak sulung memiliki peluang untuk memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi.  Tapi menurutnya hal ini lebih disebabkan oleh dampak sosial ketimbang faktor biologis.
 
Karena anak sulung cenderung mendapatkan perhatian penuh dari orangtua, setidaknya untuk beberapa waktu, sementara anak yang lahir belakangan harus "berbagi" perhatian dari orang tua sejak awal.
 
Faktor lain yang mungkin mempengaruhi temuan ini adalah bahwa anak sulung bisa "mengajari" adik-adik mereka, menjelaskan kepada mereka mengenai cara kerja atau proses dari suatu hal.
 
"Mengajarkan orang lain itu membutuhkan tuntutan kognitif  tinggi," kata Ms Rohrer.
 
"Anak-anak perlu mengingat sendiri pengetahuan mereka,  menyusunnya dan memikirkan cara terbaik untuk menjelaskan kepada adik-adiknya, dan hal ini bisa menjadi dorongan bagi tingkat kecerdasan sejumlah anak  sulung."
 
Namun Rohrer mengatakan pengaruh pada IQ ini tidak kaku.
 
"Efek ini tidak memastikan anak sulung akan selalu sedikit lebih cerdas daripada saudaranya yang lebih muda. Ini berarti bahwa jika Anda meneliti kecerdasan sebagian besar saudara kandung, maka kemungkinan Anda akan mendapati kalau pada sebagian saudara kandung ternyata anak pertama yang lebih cerdas tapi ada juga saudara kandung yang justru lebih cerdas anak-anak yang lahir belakangan," katanya.
 
"Jadi sebagai anak bungsum Anda bisa jauh sangat cerdas melampaui saudara Anda yang lebih tua, dan urutan kelahiran hanyalah satu dari beberapa faktor yang dapat berkontribusi terhadap perbedaan tingkat kecerdasan diantara saudara kandung."