Upaya Australia Tingkatkan Kehidupan Keluarga Miskin di Timor Leste
Bagi keluarga di Timor Leste, memiliki sapi merupakan sebuah kemewahan dan memiliki sekawanan sapi merupakan simbol kekayaan.
Kebanyakan ternak di Timor Leste kurus dan penuh dengan parasit serta penyakit.
Kondisi malnutrisi kronis telah menahan pertumbuhan di Timor Timur, dengan lebih dari 40 persen penduduknya hidup di bawah garis kemiskinan.
Penduduk di negara ini sangat membutuhkan lebih banyak asupan protein, daging sapi atau ikan, proyek bantuan internasional; membangun jalan, meningkatkan pertanian, dan mengangkat produksi pangan.
Memelihara ternak yang lebih baik
Kota Liquica terletak satu jam di luar Kota Dili, dimana sekelompok petani berkumpul untuk membicarakan pakan ternak baru yakni tanaman pohon yang disebut lamtoro.
Meski musim hujan gagal, tapi tanaman lamtoro sangat sukses dan merupakan sumber yang baik untuk pakan ternak.
Eric Thorn-George mengepalai sebuah proyek untuk Australian Centre for International Agricultural Research yang bertujuan untuk meningkatkan produksi daging sapi petani kecil.
Menurut Thorn-George, pakan yang tepat dapat berarti peningkatan bobot sapi hingga enam kali lipat.
“Kami sudah memberi mereka makan dari pohon lamtoro legum dan mereka mendapati kenaikan berat badan ternak 600 gram per hari, hanya dengan memakan daun lamtoro saja,” jelasnya.
“Kondisi ini dibandingkan dengan hanya 100-200 gram per hari [berat badan] jika digembalakan di hutan.”
“Sebelumnya amat sulit, karena kita harus berjalan jauh untuk memotong pakan ternak,” kata salah satu petani.
Menurut Thorn-George, mampu meningkatkan berat sapi dengan cepat dapat memicu perubahan gaya hidup yang sangat besar bagi petani.
Salah satu petani yang disebut Angela mengatakan uang tambahan dari penggemukan ternak dapat digunakan untuk membayar biaya sekolah anak-anaknya, meningkatkan rumah dan dana perayaan keluarga.
Pasar ternak baru
Tukang daging akan membayar $2,70 atau sekitar Rp10 ribu per kilogram berat hidup untuk hewan berbobot diatas 250 kilogram, menurut Thorn-George.
“Sekarang petani tahu bahwa jika mereka berternak binatang, memberi makan dengan baik, ternak mereka gemuk, mereka bisa mendapatkan harga yang lebih baik,” katanya.
Petani ingin mencari pasar yang mau membayar lebih tinggi dan lebih baik dari pedagang kaki lima dengan menetes daging merah pada tiang-tiang.
Dua toko daging yang baru telah dibuka di Dili, dengan harapan memenuhi permintaan ini.
Pedagang daging di Timor, Carlos Sequera dibesarkan di Melbourne, tapi telah kembali ke rumahnya di Dili untuk ambil bagian dari pembangunan di negaranya.
“Saya datang ke rumah untuk melakukan sesuatu yang berguna bagi negara, untuk membantu menunjukkan orang-orang Timor yang masih melakukannya dengan cara orang Indonesia,” kata Sequera.
“Bisnis ini semakin baik, Saya memotong tiga ekor sapi sehari. Anda tidak akan memotong sebanyak ini di Australia di sebuah toko kecil seperti ini!”
Sequera hampir tidak tidur dan telah kehilangan berat badannya, karena bekerja keras.
“Saya stres, saya bekerja tujuh hari seminggu. Saya kira saya mencintai apa yang saya lakukan,” katanya.
Melindungi karang
Bagi sebuah negara yang hampir seluruh wilayahnya dikelilingi oleh air, industri perikanan di Timor Leste hampir tidak ada.
Lautan Timor Leste dijarah oleh kapal asing, terumbu karangnya rusak dan pengambilan ikan yang berlebihan, ada beberapa peternakan ikan di pedalaman.
Melindungi laut merupakan prioritas tinggi bagi warga Pulau Atauro, di sebelah utara Dili.
World Fish, badan penelitian pertanian internasional, memiliki proyek peternakan ikan nila pedalaman, dan mendukung inisiatif lokal untuk menyelamatkan terumbu karang di Pulau Atauro.
Peneliti ikan dan rekan dari Australian Research Council Centre of Excellence untuk Coral Reef Studies, Dr David Mills, bekerja di Timor Leste untuk melindungi terumbu karang.
“Anehnya Timor hanya mengkonsumsi sekitar enam kilo ikan, per orang, per tahun,” kata Dr Mills
Dibandingkan dengan 17 [kilogram], yang merupakan rata-rata global dan 27 [kilogram] di Indonesia, Mereka sangat membutuhkan konsumsi ikan:. Anak-anak di sini terhambat Mereka tidak tumbuh dengan baik karena masalah gizi..
“Ikan bergizi dapat sangat menguntungkan,” katanya.
Menurut Dr Mills, asupan ikan yang rendah di Timor Leste disebabkan karena norma-norma budaya dan kapasitas yang rendah untuk ikan, dengan sumber daya buruk yang tersedia.
“Sarden mungkin yang paling penting bagi produksi pangan saat ini, dengan siklus hidup yang pendek membuat ikan ini berkelanjutan,” jelas Dr Mills.
“Ikan sarden ini dimakan utuh, jadi ketika Anda memakan tulangnya Anda akan mendapatkan kalsium, ketika otak atau bola matanya ikut dimakan ada vitamin A dan zinc. Nutrisi tambahan yang sangat dibutuhkan di negara ini.
“Kita tidak akan mengetahui perbedaannya sekarang, tapi di masa depan cucu cucu kita akan melihat perbedaannya, akan ada banyak ikan di kawasan yang terlindungi ini,” kata salah seorang nelayan.
Sarina Locke mengunjungi Timor Leste dengan pendanaan dari NGO Crawford Fund, setelah menerima penghargaan jurnalistik di bidang keamanan pangan.
Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini. Diterjemahkan pada pukul 19:18 WIB, 13/07/2016, oleh Iffah Nur Arifah.