ABC

Upacara di Queensland hormati korban perbudakan

Suatu acara peringatan dilangsungkan di sebuah daerah pertanian di Queensland hari Jumat (16/8)  untuk menghormati puluhan orang yang disemayamkan dalam makam tanpa nisan.

Pada bulan ini, genap 150 tahun kedatangan rombongan penduduk asli Kepulauan Laut Selatan ke Queensland sebagai buruh murah untuk sektor pertanian.

Antara tahun 1863 dan 1904, sekitar 62,000 penduduk asli 80 kepulauan di Pasifik dibawa ke Australia.

Antara tahun 1906 dan 1908, penduduk asli Kepulauan Laut Selatan dideportasi dibawah kebijakan White Australia, yang memprioritaskan pendatang dari negara-negara tertentu, terutama negara yang memiliki banyak warga kulit putih.  

Perkebunan kentang di luar kota Bundaberg tempat peringatan tersebut dilangsungkan adalah peristirahatan terakhir 29 orang warga Kepulauan Laut Selatan yang termasuk dalam golongan keturunan penduduk asli kepulauan Pasifik.

Diantara yang dimakamkan,termasuk diantaranya seorang anak.

Lebih dari 100 tahun lalu, di tengah situasi yang kontroversial, mereka dibawa ke Queensland untuk bekerja di ladang, 

Menurut penuturan mantan anggota parlemen dari partai Buruh, Brian Courtice,keluarganya membeli Perkebunan Sunnyside seluas 50 hektar pada tahun 1920. Saat itulah para tetangga bercerita perihal adanya situs kuburan di sana.

"Sekitar 130 tahun yang lalu, rombongan pertama warga Kepulauan Laut Selatan dibawa ke Sunnyside untuk bekerja dalam industri gula," katanya. "Membersihkan semak belukar, mendongkel pohon, menanam dan memotong tebu."

Akhir tahun lalu, radar yang bisa menembus tanah mengukuhkan kebenaran cerita itu.

Maka, Courtice pun mendapatkan bukti yang diperlukan agar situs itu dapat dimasukkan dalam daftar pusaka.

"Saya gembira menjadi pemelihara makam ini. Saya sangat menghormati masyarakat Kepulauan Laut Selatan," katanya. 

"Mereka disuruh bekerja keras sampai mati, mereka meninggal muda di negara asing. Mereka tidak diberi makan cukup, mereka membanting tulang, sangat menyedihkan dan tragis," katanya. 

Dilangsungkanlah acara peringatan khusus di tanah pertanian itu untuk menghormati mereka yang meninggal.

"Kita perlu menceritakan keadaan sebenarnya dan kisah masa lalu. Saya pikir itu memberi  martabat dan kehormatan yang sepantasnya diperoleh warga Kepulauan Laut Selatan yang dimakamkan disini," kata Courtice.

'Diperlakukan seperti budak'

Sebuah pengakuan yang diluluskan parlemen Queensland di tahun 2001 mengaku bahwa "banyak orang dikecoh agar datang, sebagian diculik atau diberangkatkan paksa."

"Laki-laki, perempuan dan anak-anak dipaksa bekerja lama, melakukan pekerjaan kasar yang melelahkan, dengan upah rendah atau tidak dibayar, dalam kondisi yang sangat buruk."

Dikatakan bahwa "banyak yang diperlakukan seperti budak. Di awal 1880-an, angka kematian di kalangan warga Kepulauan Laut Selatan lima kali lebih tinggi dibanding warga keturunan Eropa."

Keturunan dari penduduk asli Kepulauan Laut Selatan yang tetap tinggal di Australia kini dikenal sebagai warga Kepulauan Laut Selatan Australia.

Mereka yang tetap tinggal di Australia mengalami diskriminasi ras dan perlakuan keras.

Membantu proses penyembuhan

Matt Nagas, seorang anggota masyarakat setempat, memuji upaya Courtice bagi pengakuan atas 29 kuburan tanpa nisan itu. 

"Ini membantu proses penyembuhan," kata Nagas. "Mengumumkan tempat makam nenek moyang kita sehingga mereka bisa beristirahat dengan tenang."

Ia berpendapat ini cuma "satu dari ratusan situs di sekitar Bundaberg".

Courtice sependapat."ada 15,000 orang dimakamkan di seluruh Queensland dalam kuburan-kuburan tanpa nisan. Tapi belum ada yang mengacung dan mengatakan dimana tempatnya" katanya.

"Ini untuk pertama kalinya sebuah bekas perkebunan tebu diakui dan dimasukkan dalam daftar situs pusaka. Kami akan mengadakan upacara untuk memperingati dan mendedikasikan makan ini. Saya ingin melihat orang-orang lain melakukan hal yang sama," kata Courtice.