ABC

Untuk Meningkatkan Minat Membaca, Remaja Butuh Teladan

Di era teknologi yang menawarkan TV on demand, jejaring sosial, dan permainan video, sulit untuk membuat remaja menjauh dari layar dan membaca buku.

Sulit – tapi bukan tidak mungkin.

Holly Godfree, seorang pustakawan di sekolah umum di Canberra, ibukota Australia, mengatakan buku menawarkan banyak hal, seperti memberikan pengalaman emosional.

“Literatur dan cerita itu mengeksplorasi kondisi manusia, yang memenuhi kebutuhan yang sangat penting,” kata Holly.

“Para remaja akan datang dan mengatakan ‘saya ingin sebuah buku yang membuatku menangis’. Mereka ingin mengalami berbagai macam perasaan manusia, dengan cara yang aman yang bisa disediakan oleh sebuah buku.”

Meski demikan, sebuah buku sepertinya sedang bertarung untuk bersaing dengan kekuatan media digital.

Seorang remaha pria membaca di pinggir dermaga
Studi baru temukan kurang dari 10 persen remaja memilih membaca di waktu senggang.

Unsplash: Ben White

Satu penelitian di Inggris baru-baru ini menemukan hanya kurang dari 10 persen remaja memilih untuk membaca di waktu luang mereka.

Margaret Merga, seorang dosen senior di bidang pendidikan di Universitas Edith Cowan, Sydney, Australia “sudah tahu soal ini, meski tidak terkejut”.

Ia mengatakan masalahnya bukan remaja yang berpikir buku tidak keren. Ia juga menganggap buku dan kolaborasi film seperti Harry Potter dan The Hunger Games telah membuat remaja menganggap membaca “sebagai hal yang dapat diterima secara sosial di masa lampau”.

Yang menjadi masalah, katanya, adalah banyaknya pilihan yang saling bersaing untuk mengisi waktu para remaja.

Kesulitan lainnya adalah kemampuan melatih kemampuan kognitif pada otak.

“Lebih sulit bagi mereka untuk bisa mendapatkan pengalaman membaca, jika mereka belum membangun kapasitas untuk stamina kognitif.”

Remaja butuh inspirasi dari Anda

Jadi bagaimana Anda bisa membuat remaja bersemangat membaca?

Holly mengatakan strategi utamanya adalah “menularkan semangat” tentang buku.

Ia mengaku dirinya membaca “dengan topik yang luas” sehingga bisa selalu merekomendasikan buku terbitan terbaru, dan terlibat dengan buku pada tingkat yang mendalam “sehingga bisa mendapat pengalaman emosional”.

Dengan begitu, katanya, ia bisa berbicara tentang buku dengan lebih tulus.

Tanggung jawab untuk membuat para remaja gemar membaca, tentu saja, tidak dapat sepenuhnya bergantung pada pundak para pustakawan.

Tombol dari sebuah permainan video
Permainan video, jejaring sosial, telepon genggam, bersaing untuk mendapatkan perhatian remaja.

Unsplash: Caspar Rubin

Dr Margaret mengatakan sekolah dan rumah kurang mendorong kegemaran membaca dan hal ini perlu diubah.

Bagian dari solusi, katanya, orang tua perlu terus membacakan buku kepada anak-anak mereka selama mungkin.

“Kami menemukan membaca buku untuk anak-anak telah dikurangi,” katanya.

“Jadi, begitu anak-anak telah belajar membaca, orang tua berpikir, ‘oh syukurlah, kita tidak perlu melakukannya’.”

Dr Margaret juga menekankan pentingnya menjadi teladan yang baik dalam hal membaca.

“Ketika mereka berbicara tentang harapan orang tua mereka untuk membaca, banyak siswa berkata ‘ibu saya mengharapkan saya untuk membaca tetapi saya tidak pernah melihatnya mengambil buku’,” jelas Dr Margaret.

Dr Margaret mengatakan pentingnya anak-anak melihat orang tua membaca, dan merasa nyaman berbicara soal buku, serta mengekspresikan minat mereka yang berkembang dalam genre yang berbeda.

Artikel ini dirangkum dari tulisan aslinya dalam bahasa Inggris yang bisa dibaca disini.

Ikuti berita-berita lainnya dari ABC Indonesia.