ABC

Universitas Sydney Terapkan Program S1 Empat Tahun

Universitas Sydney bersikukuh tetap mengadakan program studi jenjang strata-1 selama empat tahun, meski rencana ini menuai penolakan dari kalangan mahasiswa. Program setara S1 (bachelor degree) di Australia selama ini umumnya berlangsung hanya 3 tahun.

Universitas Sydney merilis Rencana Strategis 2016-2020, yang meliputi meningkatkan sebanyak tiga kali lipat investasi riset, restrukturisasi gelar sarjana, menyederhanakan struktur organisasi dan pembinaan hubungan dengan mitra universitas.

Rektor Universitas Sydney Dr Michael Spence mengatakan program S1 ini bertujuan untuk meningkatkan penyerapan kerja mahasiswa, terutama bagi mahasiswa yang saat ini mendaftar di jenjang pendidikan yang lebih singkat.

"Kami prihatin dengan menurunnya tingkat penyerapan kerja bagi lulusan program studi S1 3 tahun. Makanya kami mendengarkan aspirasi dari kalangan pengusaha dan berbagai hal yang mereka harapkan," katanya.

"Kami ingin lebih dalam lagi terlibat dengan masyarakat dan juga kalangan bisnis sehingga dapat memberi solusi bagi permasalahan mereka,” ujarnya.

Spence mengatakan program baru ini bertujuan untuk membina etika, kompetensi kebudayaan, melek digital dan entreprenurship mahasiswa.

"Pendidikan ini akan benar-benar menggali pengalaman mahasiswa dan menyiapkan mereka untuk memasuki dunia kerja,” katanya.

Program S1 empat tahun ini dapat digabungkan dengan program S1 tiga tahun yang ada. Mahasiswa akan tetap dibolehkan memilih jalur studi yang praktis, atau menyelesaikan program studi dengan cara yang biasanya.

Sebelumnya rencana S1 empat tahun ini memicu kemarahan mahasiswa, yang mengatakan manajemen universitas masih memprioritaskan kepentingan komersial dibandingkan keprihatinan mahasiswa.

Tapi seorang calon sarjana seni, Monica Renn, mengatakan program yang memungkinkan siswa dapat bekerja di industri saat mereka masih belajar itu adalah "ide brilian".

"Sebenarnya program 4 tahun ini dapat membuat Anda lebih sadar mengenai kemampuan apa yang Anda perlukan untuk meraih gelar Anda,” katanya.

Renn mengatakan studi dengan model pembelajaran yang difokuskan pada industri hasilnya akan positif bagi mahasiswa. Tapi ia mengakui kemungkinan harus membayar lebih banyak untuk program ini.

"Setidaknya program magang selama satu semester itu baik dilakukan, tapi aneh sekali kalau kita harus membayar untuk melakukan pekerjaan yang tanpa bayaran,” katanya.

Dylan Griffiths dari lembaga kemahasiswaan setempat mengatakan rencana strategis ini tidak lain merupakan kebijakan mempercantik tampilan saja.

"Tujuan program ini hanya untuk mendapatkan uang lebih banyak," katanya.

Griffiths mengatakan penekanan pada program studi sarjana lanjutan dan investasi penelitian bertujuan untuk menyembunyikan implikasi negatif dari arah strategis universitas.

"Rencana ini bertujuan untuk mengurangi staf, menggembosi banyak fakultas, menurunkan perwakilan dan juga membuat universitas lebih mudah menghasilkan keuntungan," katanya.

Perwakilan mahasiswa lainnya, Liam Carrigan, mengatakan khawatir adanya rencana penutupan fakultas, pengarahan kebijakan deregulasi studi pascasarjana, pemotongan staf administrasi dan mendorong tenaga kerja paruh waktu.

Dia mengatakan dirinya sangat terganggu dengan terminologi di dalam strategi ini untuk membuat universitas menjadi sedikit tidak kompleks dan untuk menggunakan sedikit mungkin sumber daya.

"Kita perlu menolak restrukturisasi, jangan memandang mahasiswa sebagai konsumen, dan margin keuntungan. Kita harus melihat pendidikan sebagai investasi penting yang tidak seharusnya dijalankan sebagai institusi bisnis," tegasnya.