ABC

Universitas Queensland Miliki Peta Pergerakan Buaya Komprehensif Pertama di Dunia

Pakar lingkungan di Universitas Queensland sejak 7 tahun terakhir berupaya memetakan pergerakan ratusan buaya di seluruh Queensland. Program yang dinamakan — Crocodile Tracks —  dimulai tahun 2008  dan kini telah berkembang menjadi kajian terlama dan terbesar dibidangnya di dunia.

Penanaman alat pelacak elektronik telah memungkinkan para peneliti dalam program riset ini memonitor buaya-buaya itu setiap waktu, lengkap dengan informasi lokasi pasti pergerakan buaya-buaya itu meski berada dipedalaman di seluruh Queensland.
 
Pakar Ekologi Spasial dari Universitas Queensland,  Dr Ross Dwyer mengatakan kajian ini menunjukan buaya bisa bepergian dalam jarak yang sangat jauh.
 
"Satu ekor buaya kami beri alat pelacak bulan Agustus tahun lalu dan dia telah bepergian lebih dari 400 km  sampai ke teluk Carpentaria," katanya.
 
"Saat ini ada 139 ekor buaya yang berkeliaran di sungai, semuanya telah kita berikan alat pelacak sehingga kita bisa mengikuti jejak dan pergerakan mereka."
 
"Studi sejenis ini pernah dilakukan di Afrika Selatan dan Amerika, tapi tidak ada yang melakukannya dengan skala sebesar  program pelacakan yang kita lakukan," tegas Dwyerr.
 
Kajian yang bermarkas di Wenlock River, Cape York ini berhasil mengungkapkan kalau buaya berukuran sedang antara 3-3,5 meter panjangnya merupakan buaya yang paling sering berpindah-pindah.
 
"Buaya yang ukurannya lebih kecil sekitar 1-1,5 meter cenderung bersembunyi di sungai-sungai kecil karena mereka  tidak mau menjadi santapan hiu atau buaya yang lebih besar,"
 
"Sementara buaya jantan yang besar atau biasa kita panggil  'boss crocs' — 4 – 5 meter panjangnya — memilih untuk tinggal disungai dengan radius wilayah kekuasaannya terentang sepanjang  200 meter dari sungai dan rela bertarung dengan buaya lain yang ada dikawasan itu.
 
"Dan buaya berukuran sedanglah yang paling banyak bergerak dan mereka tidak memiliki teritori khusus tapi  cukup besar untuk mempertahankan diri melawan hiu atau buaya lain,"
 
Riset ini juga mengungkapkan kalau buaya banyak bergerak dengan menggunakan jalur darat tapi cenderung memilih berenang ketimbang berjalan.
 
Universitas Queensland  berharap dengan bisa mengunggah peta buaya ini ke internet, maka warga yang lingkungan tempat tinggalnya juga terdapat buaya dapat memahami pola pergerakan satwa tersebut.
 
"Ketimbang peta pergerakan mereka kita simpan saja, kami ingin orang lain dapat melihat dimana buaya-buaya itu berada," kata Dr Dwyerr.
 
"Lewat studi ini kita mempelajari pengelolaan buaya dan juga buaya mana yang paling mungkin bergerak paling jauh serta dapat memahami pola mereka."
 
"Kita juga dapat mengenali waktu-waktu di sepanjang tahun atau hari dimana buaya paling aktif bergerak dan kita akhirnya mengetahui kalau buaya ternyata lebih aktif bergerak pada malam hari,"
 
Dr Dwyer mengatakan studi ini juga berhasil mengungkap kalau metode pengelolaan buaya yang lama tidak efektif karena dengan merelokasikan buaya ke tempat baru, ternyata buaya itu tetap akan kembali lagi  ke lokasi awalnya.
 
"Data dari pelacakan ini menunjukan kalau buaya mampu berenang kembali ke tempat mereka berasal sebelum dipindahkan ke tempat lain,"
 
"Buaya juga dapat memprediksi bagaimana mereka akan berpindah – tergantung musim di tahun itu?
 
Teknologi pelacakan UHF lama yang berasal dari tahun 1960 terbukti bermasalah bagi para peneliti, namun Dr Dwyer mengatakan ketika teknologi telah ditingkatkan, maka hasil dari pelacakan juga dapat ditingkatkan.
 
"Kami  mendapati kalau teknologi UHF tidak benar-benar efektif digunakan pada buaya, karena mereka tidak melakukan perjalanan yang melalui air asin," katanya.
 
"Sekarang kami menggunakan satelit dan kita  menggunakan alat seperti perangkat GPS yang memiliki tingkat akurasi yang sangat tinggi.
 
"Satelit memungkinkan saya untuk bisa memantau setiap hari kedua dengan informasi yang dikirimkan  kembali ke saya melalui komputer saya di St Lucia."
 
Peta pergerakan milik buaya bernama jurgen yang menunjukan seberapa jauh reptil ini berpergian dalam kurun waktu 11 bulan terakhir sejak September 2014 lalu.
Peta pergerakan milik buaya bernama jurgen yang menunjukan seberapa jauh reptil ini berpergian dalam kurun waktu 11 bulan terakhir sejak September 2014 lalu.
 
Tim peneliti yang bermarkas di utara Winton dan tinggal bersama dengan keluarga Irwin dan ahli dari Australia Zoo.
 
"Kami memiliki banyak pawang buaya yang awalnya dilatih oleh Steve Irwin dulu sebelum dia meninggal," kata Dr Dwyer.
 
"Buaya terbesar yang ditandai tim kami sepanjang 4,7 meter dan ia sangat besar, rahang atas hewan ini sangat besar."
 
Dr Dwyer akan kembali ke Sungai Wenlock dalam tiga minggu ke depan.
 
Anda bisa mengikuti gerakan buaya melalui Laman pelacakan buaya milik Universitas Queensland.