ABC

Uniknya Gedung ‘Kertas Lecek’ di University of Technology, Sydney

Gedung baru fakultas bisnis University of Technology Sydney (UTS) memiliki tampilan luar yang unik, menyerupai kertas coklat yang diremas-remas. Bagian itu sebenarnya terbuat dari batu bata dan mortar, alias adukan semen.

Gedung tersebut dirancang oleh arsitek Frank Gehry, yang terkenal karena sudah merancang berbagai gedung unik lainnya seperti museum Guggenheim di Spanyol. Ini pertama kalinya Ia merancang gedung dengan bahan utama batu bata.

Untuk menerapkan rancangan tersebut, para insinyur yang terlibat harus mengambil berbagai langkah berani dan mengambil berbagai resiko.

"Tak ada gedung lain di dunia yang memiliki batu bata seperti ini," ucap insinyur yang memimpin pembuatan fasade gedung, Stephen Giblett.

"Seharusnya, batu bata disusun dalam garis lurus atau membentuk lengkungan, atau bentuk lain yang masuk akal," katanya, 

"Coba bayangkan seorang penyusun batu bata yang mencoba menyusun batu bata di atas kepalanya dengan sudut macam ini, Setelah tiga atau empat balok, akan runtuh, karena mortar yang basah akan runtuh,"  cerita Giblett,

"Jadi, kami harus merancang sistem di mana para penyusun batu bata bisa menyusun sebanyak 10 baris, dan tetap aman. Ada lengkungan-lengkungan tertentu, dilihat dari sudut batu bata, yang sudutnya lebih dari 25 derajat."

Selain itu, perlu dibuat jenis mortar baru yang, agar para penyusun batu bata bisa menyusun sekitar 380.000 batu bata secara aman.

"Penyusun batu bata biasanya mengerjakan 400,500, 600 batu bata setiap harinya. Tapi kali ini cuma 70 atau 80. Untuk tembok yang agak lebih lurus, mungkin mencapai 100,120," cerita penyusun batu bata Gus Galati.

"Awalnya, saya malu. Saya ini penyusun batu bata tapi hanya bisa menyusun 100 batu bata,  tapi memang begini pekerjaan satu ini."

Selain masalah batu bata, para insinyur juga harus mencari solusi terkait pengaliran air agar gedung tetap aman dan tahan lama. Membran hitam pun dipasang di permukaan di belakang batu bata, agar air bisa mengalir seperti biasanya.

Rancangan ini juga memberi pengalaman baru bagi para penyusun bata. Menurut Galati, ini adalah salah satu puncak karirnya.

"Kegiatan menyusun bata mulai terasa jenuh," ucap Tony Hilton, penyusun bata lainnya, "Tapi gedung ini memperlihatkan keahlian kami."