ABC

Udang Biru Dengan Harga Sekitar Rp2,5 Juta Ini Banyak Dicari, Anda Sudah Punya?

Blue marron, sejenis udang air tawar berwarna biru yang khas Australia, kini semakin banyak dicari untuk dijadikan ‘ikan hias’ di akuarium. Karena termasuk langka, harganya pun tidaklah murah.

Meski tak seperti hewan piaraan lainnya yang bisa ‘disuruh’ mengambil koran dari beranda rumah atau yang bisa dipeluk saat duduk di sofa, para peminat udang biru rela menghabiskan uang sekitar Rp2,5 juta demi mendapatkan seekor hewan langka ini.

Spesies udang air tawar ini bervariasi warnanya, mulai dari hitam pekat hingga coklat, bergaris-garis dan merah.

Namun, hanya udang biru yang semakin populer dijadikan pajangan di akuarium, bukan hanya di Australia tapi juga di negara lain.

Bagi petambak blue marron seperti Peter McGinty, minat yang tinggi itu telah menambah kesibukannya mengurus tambak di Manjimup, sekitar tiga jam dari Kota Perth, Australia Barat.

Peter mengaku telah mendapatkan banyak sekali pertanyaan tentang udang biru ini sejak awal krisis kesehatan global.

“Mereka terlihat menakjubkan dalam akuarium,” ujar Peter.

Ia mengatakan jumlah permintaan atas udang ini pun terus meningkat termasuk di seluruh dunia.

Marron producer Peter McGinty in front of his dam in Manjimup, October 2020.
Petambak blue marron Peter McGinty menjelaskan semakin banyak permintaan jenis udang air tawar berwarna biru untuk dijadikan pajangan di akuarium.

ABC Rural: Jessica Hayes

“Sejak awal pandemi ketika warga tinggal di rumah, minat pada hewan peliharaan meningkat, terutama yang tidak memerlukan perawatan sepanjang hari,” ujar Peter.

Permintaan itu bahkan banyak datang dari negara bagian Victoria, kata Peter, padahal udang jenis marron dilarang untuk dipelihara di sana karena dikhawatirkan akan mengganggu habitat jenis udang karang Murray.

Kalangan industri memperkirakan hanya sekitar 1 ton blue marron diproduksi setiap tahunnya, di antara seluruh produksi udang jenis marron yang mencapai 80 ton.

Udang jenis marron merupakan hewan endemik di wilayah antara Harvey dan Albany di Australia Barat, yang kini terancam karena kerusakan vegetasi tepi sungai, peningkatan salinitas, perubahan iklim, dan berkurangnya daerah aliran sungai.

Menurut Departemen Industri Primer setempat, berbagai faktor turut mempengaruhi terjadinya pewarnaan pada udang jenis marron, termasuk faktor genetika dan makanan.

“Karena kurangnya volume produksi, maka harganya pun sangat tinggi,” jelas Peter.

Bahkan untuk urusan dokumen ekspor, udang biru ini diperlakukan berbeda dengan udang jenis lainnya, karena perbedaan ketentuan bagi ekspor untuk pajangan akuarium dan untuk konsumsi.

A blue and a black marron on grass.
Udang jenis marron berwarna biru jauh lebih mahal dibandingkan udang sejenis yang berwarna hitam.

(Supplied: Andrew Dempster)

Menurut Dulana Herath, seorang pemasok udang biru, harga untuk betina dewasa berkisar $250 perekor, tergantung ukurannya.

“Permintaannya sangat besar. Kami menerima surat eletronik hampir setiap hari dan produsen blue marron bisa memenuhi permintaan ini,” katanya.

Dulana juga mengaku menerima banyak pertanyaan dari seluruh dunia selama pandemi, termasuk dari AS, Eropa dan China.

Menurutnya, blue marron dianggap sebagai hewan yang membawa keberuntungan di beberapa negara Asia Tenggara, sehingga turut mendorong tingginya permintaan.

Namun di Australia Barat sendiri, permintaan terhadap udang biru ini juga mengalami peningkatan.

“Dan karena hewan ini asli Australia Barat, banyak warga setempat juga telah mencobanya sebagai hewan peliharaan,” ujarnya.

Diproduksi oleh Farid M. Ibrahim dari artikel ABC News.

Ikuti berita seputar pandemi Australia di ABC Indonesia.