ABC

Ubur-ubur Sengat Ekonomi Nelayan NSW

Kemarau yang melanda kawasan New South Wales khususnya di pantai jauh selatan menimbulkan permasalahan baru bagi nelayan di kawasan tersebut. Mereka mengeluh sulit bekerja karena perairan dipenuhi ubur-ubur dengan sengatan beracun.

Sedikitnya curah hujan selama beberapa waktu di New South Wales membuat pasokan air tawar  ke muara dan sungai berkurang. Kondisi ini memicu tingkat salinitas atau kadar garam yang lebih tinggi dari biasanya. Situasi ini sangat disukai ubur-ubur dan mendorong mereka bergerak ke permukaan aliran air.

Ubur-ubur itu banyak menyumbat jaring nelayan komersial, seperti diungkapkan John Hine, nelayan yang sehari-hari beroperasi di Danau Wallaga dekat Bermagui.

"Mereka memenuhi jaring ikan anda, membunuh semua ikan yang terjaring dan yang tersisa hanya ikan yang tidak memenuhi ketentuan boleh ditangkap,” tutur Hine.

"Ubur-ubur  itu membuat ikan lemas atau mati tersengat, atau ikan-ikan itu sudah lebih dahulu mati sebelum terjaring, ubur-ubur itu juga menyengat nelayan dan membuat kami kesakitan.  Pokoknya mereka sangat menjengkelkan, kita tidak bisa bekerja,”  katanya lagi.

Daerah tersebut sempat mendapat curah  hujan cukup deras bulan lalu, namun menurut Hine perlu curah hujan cukup deras di kawasan pegunungan untuk memungkinkan air mengalir ke sungai sehingga kadar garam bisa berkurang dan akhirnya mendorong ubur-ubur terpaksa kembali ke laut.

Hujan deras ancam petani lebah

Sementara itu, sebaliknya hujan yang diharapkan kalangan nelayan menjadi pedang bermata dua bagi peternak lebah di kawasan New South Wales.

David Dywford menjadi peternak lebah di  kawasan Mimosa Rocks, wilayah Taman Nasional  yang memiliki banyak pohon bloodwoods yang sedang berbunga, hujan deras yang turun mem buat lebah piaraannya banyak yang sakit.
 
Namun, Dywford mengatakan kondisi akan segera berubah, jika beberapa hari kedepan muncul  cukup paparan matahari maka padang akan dipenuhi dengan nektar dan lebahnya akan segera keluar untuk membuat madu.

Dan kondisi ini akan sangat berbeda dengan kondisi selama 12 bulan terakhir, dimana hampir tidak ada sama sekali padang nektar.

"Musim panas merupakan waktu yang sangat penting bagi lebah, dan jujur banyak lebah piaraan saya yang kelaparan karena itu jumlah madu yang dihasilkan juga sangat berkurang, dan anak lebah juga tidak muncul, ini musim dan itu pertanda buruk  untuk bisnis saya,” katanya.

Hine berharap hujan segera berlalu dan cuaca akan segera kembali cerah agar produksi polennya membaik, yang akan membantu memberi makan lebah untuk membuat lilin untuk tempat lebah menyimpan madu.

Namun tetap butuh waktu beberapa bulan ke depan  bagi Hine untuk mengekstrak madu dari  sarang dan kemudian tersaji di meja.