ABC

Tugas Rumah Tangga Halangi Pendidikan Perempuan Aborijin

Tuntuan melakukan tugas rumah tangga yang dibebankan pada remaja puteri Aborijin telah berdampak buruk pada pendidikan mereka. Demikian dikatakan pembimbing anak-anak perempuan Aborijin.

Danika Eades dari Girls Academy, sebuah lembaga sosial yang mendukung remaja puteri Aborijin untuk melanjutkan pendidikan menengah mereka, mengatakan banyak keluarga di masyarakat Aborijin sering berharap anak-anak perempuan mereka membantu tugas-tugas domestik tapi tidak demikian halnya kepada anak laki-laki.

“Masalah besar yang dihadapi anak-anak perempuan Aborijin adalah tuntutan tugas rumah tangga, dan ini merupakan salah satu isu yang amat kurang ditangani,” kata Danika Eades.

Ia juga mengatakan masalah ini hanya mendapat perhatian kecil dan banyak orang tidak menyadari dampaknya.

“Ini merupakan bagian besar dari alasan mengapa anak-anak perempuan itu tidak bersekolah dan berhenti sekolah,” katanya.

“Salah satu anak kelas 9 harus tinggal di rumah selama dua pekan karena dia harus menjaga adik-adiknya – orang tuanya bekerja dan dia diharapkan melakukan tugas rumah.”

Isu kesehatan mental

Program lembaga Girls Academy, yang beroperasi di 34 sekolah di Australia Barat, NSW dan NT ini, bertujuan mendukung anak-anak perempuan Aborijin yang beresiko menyelesaikan pendidikan menengah mereka melalui kegiatan mentoring, konseling dan kegiatan ekstrakurikuler.

Danika Eades mengatakan para murid disediakan dukungan fisik, emosi, kebudayaan dan pendidikan, dan juga diajarkan mengenai pentingnya hubungan yang sehat.

“Kami membantu segala sesuatunya – mereka dapat datang ke sekolah jika tidak memiliki bekal makan siang, dan kami juga menyediakan sarapan, buku-buku atau apapun yang berdampak pada pembelajaran mereka,” katanya.

Masalah-masalah seputar bunuh diri dan kesehatan mental menjadi agenda utama di organisasi Girls Academy, dan Danika Eades mengatakan masalah ini sering tidak ditangani dengan tepat di sekolah-sekolah.

“Kami memberi mereka forum informal sehingga mereka dapat berbicara mengenai isu-isu ini.”

Danika Eades mengatakan dia terkadang menghadapi orang tua yang tidak mendukung pendidikan anak-anak perempuan mereka.

“Sehingga kita harus membantu anak-anak gadis ini membangun keterampilan yang mereka butuhkan untuk menjadi perempuan yang kuat dan mandiri dan membuat mereka mengetahui kalau mereka memiliki dukungan disini.” katanya.

Saling membantu

Sekolah Menengah Balga di pemukiman bagian timur Perth, telah mengadopsi program, dan sang kepala sekolah, Rosemary Evan mengatakan program ini menghasilkan perubahan nyata pada murid-murid perempuan di sekolahnya.

“Anak-anak perempuan itu mulai saling berbicara satu sama lain dan akhirnya diskusi itu bergulir – kami melihat salah seorang siswi kembali ke sekolah yang sudah tidak pernah datang ke sekolah dalam dua tahun terakhir,” kata Evans.

Sekelompok siswa Girls Academy dari Sekolah Menengah Balga SHS baru-baru ini melakukan perjalanan berkemah di sepanjang Bibbulmun Track untuk belajar lebih banyak tentang warisan mereka.

“Lokasinya jauh tapi senang rasanya bisa berpetualang di alam terbuka dan kegiatan ini membantu lebih menghubungkan kami dengan budaya kita,” kata Brittany, siswa kelas 10 di sekolah menengah atas itu.

“Girls Academy membantu kami dengan segala macam hal, seperti jika kami tidak punya buku atau perlu bantuan, kami pergi mengunjungi universitas dan meminta mereka berbagi pengalaman mereka.”

Cassandra Mears menemui tantangan dalam kegiatan berpetualang dialam liar ini sangat bermanfaat.

Mereka membantu kami dengan hal-hal yang berkaitan dengan akademik tapi juga mereka membantu kami menghadapi berbagai hal.

Diterjemahkan 20:00 WIB, 20/4/2017 oleh Iffah Nur Arifah. Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di sini.