Trem Bersejarah Kota Hobart akan Direstorasi
Para pencinta trem kota Hobart, di negara bagian Australia berencana untuk merestorasi salah satu trem bersejarah kota tersebut yang diselamatkan dari tanah rumput semak belukar di daerah Huonville.
Tidak mudah berkeliling Hobart tanpa melintasi jalur-jalur tua untuk trem. Mereka ada dimana-mana.
Tak ada trem yang berjalan di jalur-jalur tersebut sejak akhir 1960-an, tapi hari ini gerbong-gerbong tua itu nampak sebagai bagian dari sejarah kota itu.
Salah satu dari trem-trem itu, nomor 116, merupakan salah satu dari 42 gerbong yang melayani kota dari tahun 1940-an sampai 1960-an.
Trem 116 pertama kali melaju di jalan-jalan kota Hobart di tahun 1940, aslinya sebagai Trem nomor 21.
Trem itu melayani kota sampai masa hangatnya Perang Dunia II dan sekitarnya.
Ketika trem-trem itu dihentikan beroperasi di tahun 1960-an, mereka dipereteli, tempat duduk dan peralatan mekaniknya dijual.
Mereka kebanyakan terdampar di lokasi-lokasi daerah pedalaman dimana mereka digunakan sebagai tempat berteduh atau tempat tinggal.
Banyak dari gerbong-gerbong trem yang dipereteli itu dibiarkan di tanah-tanah rumput di properti-properti pedesaan yang hancur karena kebakaran semak belukar, namun trem nomor 116 selamat.
Trem itu terdampar di sebuah tanah rumput di daerah Huonville, di Tasmania barat daya (35 kilometres dari Hobart), selama 54 tahun.
John Kelly, dari Tram Restoration and Museum Society kota Hobart, mengatakan, trem ini aslinya telah menjadi tempat tinggal para pemetik buah apel dan para pekerja perkembunan lainnya.
Belum lama ini trem tersebut menjadi bagian perusahaan yang tutup milik penduduk lama kota Huonville, Perry Lovell dan dibeli oleh Tram Restoration and Museum Society kota Hobart.
Trem itu ditemukan tertutup semak belukar lebat tanaman blackberry di tahun 1989 dan dipindahkan sehingga dapat digunakan sebagai rumah mainan oleh anak-anak Lovell.
Jeremy Kays, dari Society, mengatakan gembira dengan temuan tersebut.
"Trem itu kini merupakan salah satu dari trem Hobart yang sedikit, yang masih tersisa, kendati termakan cuaca, namun sebagian besarnya masih tetap seperti ketika pertama kali dicampakkan. Masih cukup berharga untuk dikembalikan kemegahan tempo doeloenya."