ABC

Tingkat Utang Lajang Australia Memprihatikan

Sebuah survey terbaru menunjukan para lajang di Australia banyak menghabiskan uangnya untuk membiayai gaya hidup mereka dan hampir seperempatnya memiliki beban utang yang tinggi.


Satu dari empat lajang di Australia memiliki utang kartu kredit $10.000 (sekitar Rp100 juta).

 

Laporan biaya hidup kelompok warga lajang yang dirilis Suncorp Bank, memperkirakan rata-rata seorang warga lajang di Australia menghabiskan $335 per minggu dan pengeluaran itu lebih banyak dibandingkan orang yang hidup berumah tangga atau memiliki pasangan.

Manager Suncorp regional, Monique Reynolds mengatakan diperkirakan lebih dari 40% lajang di Australia tinggal seorang diri.

"Pengeluaran ekstra para lajang setiap pekannya rata-rata mencapai $335, dan itu melulu untuk mengongkosi gaya hidup mereka, jalan-jalan mingguan dan hiburan serta perawatan diri pribadi mereka," katanya.

"Ini sangat mengkhawatirkan ketika diperkirakan satu dari 4 lajang di Australia sudah memiliki utang kartu kredit mencapai  $10,000(sekitar Rp.100 juta)," katanya.

Reynolds mengatakan kalangan perbankan menganjurkan kepada para lajang untuk lebih mengatur anggaran mereka, terutama jika mereka memiliki tanggung jawab untuk membiayai hidup mereka sendiri.

"Ketika kami survey banyak dari lajang di Australia, 3 perempatnya mengaku mereka tidak memliki anggaran dan hanya melakukan sedikit perencanaan keuangan untuk masa depan, ini sangat mengkhawatirkan mengingat mereka punya tingkat utang yang cukup tinggi," katanya.

Survey yang dilakukan bank ini juga menemukan kalau satu dari 5 lajang berpikir pengeluaran mereka akan berkurang jika mereka sudah memiliki pasangan.

Reynolds mengatakan survey ini mendapati kalau lajang pria lebih sedikit memikirkan kondisi keuangan mereka ketimbang lajang wanita.

Populasi penduduk yang semakin tua dan pola hubungan

Pakar demografi, Bernard Salt mengatakan ada beberapa faktor yang membuat adanya kenaikan jumlah rumah tangga penduduk lajang.

"Rumah tangga lajang, menurut perkiraan saya mencakup 23% dari seluruh rumah tangga yang ada di Australia namun dalam artian rumah tangga baru mereka cukup mengalami kenaikan lebih dari sepertiganya di sejumlah daerah," kata Salt.

Salt menambahkan populasi penduduk yang usianya semakin tua dan pasangan yang berpisah juga ikut mendorong tumbuhnya rumah tangga lajang dikalangan penduduk berusia lanjut.

"Penduduk Australia semakin tua dan banyak lajang nantinya akan berusia 60 atau 70 tahun," katanya lagi.

"Biaya hidup ada kemungkinan bisa berkurang jika hidup bersama dengan pasangan, misalnya dalam hal cucian, biaya mencuci pakaian sendiri mungkin akan sama jika dengan biaya mencuci pakaian berbarengan dengan pasangan Anda," tuturnua.

Salt juga mengatakan akan ada lebih banyak perpisahan hubungan dikalangan warga yang berusia 60 tahun, itu lebih karena meningkatnya pemberdayaan terhadap perempuan belakangan ini.

"Menurut saya generasi  modern yang berasal dari perempuan kelahiran era 'baby boomer' banyak yang berpikir, 'lebih baik saya hidup sendiri dari pada memiliki pasangan yang tidak cocok dengan saya," katanya.

Jadi menurut Salt, dapat dimengerti kalau jumlah pensiunan yang lajang, itu populasinya lebih dari setengah pensiunan yang masih berstatus memiliki pasangan.

"Jika anda telah bekerja sama dengan pasangan selama 30-40 tahun dan terbiasa memiliki pendapatan ganda, dan apalagi jika memiliki anak, maka ada memiliki lebih banyak tekanan untuk memutar roda perekonomian.," katanya.

"Tapi jika anda lajang, tidak bisa dipungkiri lagi ketika mencapai usia 50 -60 tahun maka tidak tertutup kemungkinan maka pengeluaran ekonomi anda akan lebih sedikit ketimbang mereka yang memiliki pasangan dan berkeluarga.

"Kita akan melihat adanya kenaikan 'gaya hidup lajang' menjadi angkatan sosial utama pada tahun 2020," katanya.

Lajang muda terlilit utang gaya hidup

Sementara bagi kalangan lajang berusia muda mereka akan menghadapi pengeluaran yang sebelumnya tidak berlaku bagi generasi tua.

"Di usia mereka yang 20 tahunan, kebanyakan lajang tidak memiliki anak dan mereka bisa menghabiskan uang sebanyak dan sesuka hati mereka," kata Salt.

"Saya perkirakan akan ada banyak orang tua yang menginginkan mereka untuk hidup menetap berkeluarga dan membeli rumah, tapi mayoritas dari mereka memilih untuk melancong, atau menghabiskan uangnya untuk menghibur diri, membeli gadget atau teknologi dan bersenang-senang dengan pasangan mereka.. jenis utang yang dipicu gaya hidup," paparnya.