Timor Leste Cabut Kasus Spionase Melawan Australia
Timor Leste telah mencabut kasus mata-mata terhadap Australia sebagai bagian dari negosiasi untuk menyelesaikan sengketa lama atas batas maritim permanen di Laut Timor.
Setelah sepekan pembicaraan konsiliasi di Singapura, kedua negara mengumumkan, Timor Leste telah sepakat untuk mencabut kasus mata-mata sebagai bagian dari “itikad baik” negosiasi demi menyelesaikan sengketa atas batas-batas maritim.
Dalam pernyataan bersama, kedua negara juga mengatakan, mereka akan berkomitmen untuk menyelesaikan batas maritim permanen paling lambat September tahun ini.
Pembicaraan tersebut adalah hasil dari upaya Timor Leste untuk membawa Australia ke PBB, tahun lalu, demi konsiliasi wajib untuk menyelesaikan sengketa perbatasan.
"Pengumuman hari ini menunjukkan proses konsiliasi yang didukung PBB di bawah Konvensi PBB tentang Hukum Laut yang membuahkan hasil," sebut Profesor Michael Leach dari Universitas Swinburne.
Kasus spionase -yang terkait dengan dugaan mata-mata Australia di luar negeri, ASIS, -tersebut menimpa Timor Timur selama negosiasi perjanjian CMATS (Pengaturan Batas Maritim Tertentu di Laut Timor) 2016 yang mengatur pendapatan dari tambang gas ‘Greater Sunrise’ di Laut Timor.
Timor Leste menduga, aksi spionase itu memberi Australia keuntungan yang tidak adil dalam negosiasi pendapatan, berpotensi senilai miliaran dolar.
Informasi kunci:
• Kasus spionase dicabut sebagai bagian dari tujuan yang lebih luas untuk menyelesaikan sengketa batas maritim
• Kasus tersebut terkait dengan dugaan spionase oleh Australia pada tahun 2006
• Tenggat waktu untuk menyelesaikan sengketa secara keseluruhan adalah bulan September
Australia setuju akhiri perjanjian
Awal bulan ini, Timor Leste mengatakan kepada Australia bahwa pihaknya hendak mengakhiri perjanjian CMATS, keputusan yang diterima Australia.
“Warga Timor Leste berusaha untuk mengakhiri perjanjian melalui tuduhan spionase ini,” kata Profesor Leach.
“Kini, kedua belah pihak telah sepakat untuk mengakhiri CMATS dan bahwa negosiasi batas maritim akan terus berlanjut, warga Timor Leste tak merasa perlu untuk mengejar kasus spionase itu lagi,” sebutnya.
Perjanjian CMATS membagi pendapatan dari tambang gas ‘Greater Sunrise’ antara Australia dan Timor Leste dengan sama rata, tapi perjanjian itu menunda negosiasi batas laut permanen selama 50 tahun.
Timor Leste berpendapat, jika batas maritim diputuskan berdasarkan hukum internasional, sebagian besar wilayah tambang ‘Greater Sunrise’ akan masuk ke dalam wilayahnya.
Hingga saat ini, Australia menolak untuk menyelesaikan sengketa di bawah hukum internasional.
Hubungan antara Pemerintah Australia dan Timor Leste telah menegang akibat sengketa itu dan mencapai titik terendah setelah tuduhan mata-mata muncul pada tahun 2013.
"Tak ada kunjungan Menteri selama beberapa tahun terakhir dan itu merupakan pertanda adanya hubungan yang sangat buruk antara Canberra dan Dili saat ini," kata Profesor Leach.
Namun ia berpendapat, pengumuman yang dilakukan pada Selasa (24/1/2017) tampaknya menjadi pertanda bahwa hubungan keduanya membaik.
“Hari ini kami melihat Timor Leste mencabut dua arbitrase melawan Australia,” ujarnya.
Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.
Diterjemahkan: 19:00 WIB 24/01/2017 oleh Nurina Savitri.