ABC

Tim Ilmuwan Temukan Gelombang Gravitasi yang Sempat Diprediksi Einstein

Sebuah tim ilmuwan internasional mengumumkan bahwa riak kecil di struktur ruang-waktu yang dikenal sebagai gelombang gravitasi –yang pertama kali diajukan oleh Albert Einstein 100 tahun yang lalu -diamati secara langsung untuk pertama kalinya. 

Setelah berbulan-bulan spekulasi, para ilmuwan dari proyek ‘Advanced LIGO’ menegaskan bahwa mereka telah mendeteksi gelombang gravitasi yang disebabkan oleh dua lubang hitam –yang bergabung sekitar 1,3 miliar tahun yang lalu.

Direktur eksekutif LIGO, David Reitze. mengonfirmasi berita ini dalam sebuah konferensi pers, dan mengumumkan: "Saya pikir kami sedang membuka jendela di alam semesta. Kami telah mendeteksi gelombang gravitasi, kami melakukannya.”

Ia kemudian menyambung, "Butuh berbulan-bulan pemeriksaan, pengecekan kembali, dan analisis yang hati-hati. Ini bukan hanya tentang deteksi gelombang gravitasi … apa yang benar-benar menarik adalah apa yang muncul berikutnya."

France Cordova, direktur Yayasan Sains Nasional AS, yang mendanai penelitian ini, mengatakan, perkembangan ini akan "menyebabkan penemuan tak terduga".

"Seperti Galileo pertama kali mengarahkan teleskopnya ke atas, pemandangan baru dari langit ini akan memperdalam pemahaman kita tentang alam semesta," sebutnya.

Gelombang gravitasi merupakan riak dalam ruang-waktu yang disebabkan oleh gerakan benda dengan sejumlah besar gravitasi.

Sementara teleskop telah banyak memberitahu manusia tentang penampakan alam semesta, cahaya yang mereka deteksi tersebar oleh banyak gas dan debu, yang berarti bahwa gambar-gambar begitu kabur.

Tapi gelombang gravitasi, yang membawa informasi tentang sumber mereka dan kurang dipengaruhi oleh gas dan debu, akan membuat manusia "melihat" alam semesta dalam fokus yang lebih tajam.

Pada tahun 1915, Einstein – sebagai bagian dari Teori Umum Relativitas – memprediksi gelombang gravitasi akan diproduksi dalam peristiwa yang sangat keras seperti tabrakan antar lubang hitam atau bintang neutron. Tapi mereka tak pernah diamati secara langsung sampai sekarang.

Pada tanggal 14 September tahun lalu, para ilmuwan yang bekerja di observatorium LIGO –terpisah 3000 km di Livingston, Louisiana dan Hanford Washington -secara bersamaan mendeteksi getaran dari dua lubang hitam yang berputar cepat –salah satunya sekitar 29 kali massa Matahari dan lainnya sekitar 36 kali dari massa Matahari -ketika mereka berputar bersama-sama dan bergabung ke dalam lubang hitam tunggal.

Lubang hitam itu mengeluarkan semburan gelombang gravitasi yang melakukan perjalanan melalui alam semesta dengan kecepatan cahaya, menyebabkan segala sesuatu di jalur mereka bergetar secara simultan.

Gelombang gravitasi: musiknya alam semesta

Ada 56 ilmuwan Australia dalam tim LIGO Advanced, yang temuannya dipublikasikan dalam jurnal ‘Physical Review Letters’.

Kontribusi ilmuwan Australia tersebut telah didukung sejak tahun 2002 oleh hibah pemerintah senilai lebih dari 18 juta dolar (atau setara Rp 180 miliar) melalui Dewan Penelitian Australia.

Kepala Dewan tersebut, yakni Profesor Aidan Byrne, mengatakan, penemuan itu "mendorong batas-batas pengetahuan dan teknologi".

"Teknologi itu menjawab pertanyaan tentang ilmu dasar, yang kemudian menginformasikan hal-hal lain yang jauh lebih cepat dan penting ke masyarakat secara keseluruhan," ujarnya.

Pemenang Bersama Nobel Fisika tahun 2011, astronom Profesor Brian Schmidt, mengatakan, ia sempat skeptis tentang kemampuan para peneliti untuk mendeteksi gelombang gravitasi.

"Tapi dalam beberapa tahun terakhir, saya menyadari persis di mana letaknya ini dan saya benar-benar percaya kami akan mendeteksi sesuatu, meskipun tak secepat ini," akunya.

Profesor David McClelland dari Universitas Nasional Australia (ANU) memimpin upaya di dalam negeri, sebagai bagian dari konsorsium 15 negara.

"Kita akan bisa melihat alam semesta dengan rasa yang sama sekali berbeda. Cara terbaik untuk berpikir tentang hal ini adalah kita sekarang akan bisa, tak hanya melihat alam semesta tapi mendengar alam semesta menggunakan gelombang gravitasi. Ini seperti bisa mendengar untuk pertama kalinya," kemukanya.