Tikus Akar Sulawesi Masuk Penemuan 2017
Tikus akar, Gracilimus radix ini ditemukan di Sulawesi di tahun 2011Tikus akar, Gracilimus radix jenis tikus spesies baru yang ditemukan di Sulawesi oleh ilmuwan internasional, termasuk dari Australia sekarang dimasukkan ke dalam 10 temuan binatang dan tanaman paling penting selama 12 bulan terakhir.
Tikus akar atau Slender Rat ini merupakan satu-satunya binatang yang masuk dalam daftar, yang diseleksi dari sekitar 18 ribu temuan di seluruh dunia.
Daftar 10 spesies paling menarik ini dibuat oleh College of Environmental Science and Forestry (ESF) di Amerika Serikat.
Dari 10 spesies yang dianggap menarik ini, empat berasal dari Asia, yaitu dari India, Indonesia, Laos dan Malaysia, dan sisanya dari Amerika Utara (Meksiko dan Amerika Serikat), Amerika Selatan (Brasil dan Kolombia) dan Oceania (Australia dan Papua Nugini).
Daftar ini sengaja dibuat untuk menunjukkan keanekaragaman penemuan yang diharapkan bisa menarik perhatian publik.
Dr Kevin Rowe Kurator Senior Bidang Mamalia dari Museum Victoria di Melbourne yang terlibat dalam penemuan Tikus Akar tersebut mengatakan sangat bangga bahwa penemuan mereka masuk ke dalam daftar 10 besar spesies tersebut.
“Kami berharap pengakuan mengenai Tikus Akar, dan penemuan kami lainnya di Sulawesi akan membuat perhatian ke Sulawesi lebih besar. Di sana, hutannya yang cantik semakin terancam namun menjadi tempat bagian ribuan spesies yang tidak ditemukan di tempat lain.” kata Rowe.
Tikus ini ditemukan di Gunung Gandangdewata oleh selama empat tahun terakhir, oleh sebuah tim internasional yang terdiri dari Dr. Kevin Rowe (Museum Victoria); Anang Achmadi dari Museim Zoologi di Bogor, dan Dr. Jacob Esselstyn (Louisiana State University Museum of Natural Science dari Lousiana State University di Amerika Serikat).
"Penemuann kami akan tikus spesies baru ini menunjukkan adanya keanekaragaman yang luar biasa di hutan Gandangdewata, banyak yang sampai sekarang belum diketahui oleh para ilmuwan." lanjut Dr Rowe.
Penemuan tersebut dibantu ole penduduk desa Rantepangko di kecamatan Mamasa, di Sulawesi Tengah, yang membantu tim peneliti internasional dari Astralia, Indonesia dan Amerika Serikat ke kawasan hutan yang terpencil.
Heru Handika adalah mahasiswa S2 asal Indonesia di bidang biologi yang selama dua tahun terakhir juga bekerja di Museum Victoria di Melbourne.
Apa keunikan dari Tikus akar tersebut?
” Keunikan tikus ini, ia berkeratan dengan jenis-jenis tikus pemakan daging di Sulawesi. Namun, tikus ini merupakan satu-satunya yang tidak pemakan daging di kelompok itu.” katanya kepada wartawan ABC Australia Plus Indonesia Sastra Wijaya.
“Dari analisa isi perutnya diketahui tikus ini sebagian besar makanannya akar tumbuhan. Secara makanan, tikus ini lebih mirip dengan kelompok lain di Sulawesi yang tidak memakan daging.”
“Namun secara evolusi, lewat analisa DNA diketahui lebih berkerabatan dekat dengan tikus pemakan daging. Kami menyebut ini proses evolusi berbalik dari jenis pemakan daging. ” tambah Heru Handika lagi.
Heru Handika juga pernah membantu Dr Kevin Rowe melakukan penelitian dari Sulawesi, namun dia tidak terlibat dalam penemuan Tikus akar ini.
“Tikus ini ditemukan pertama kali oleh supervisor saya Dr Kevin C. Rowe dan Dr Anang S. Achmadi (Museum Zoologicum Bogoriense) ketika mereka ekspedisi di Gunung Gandang Dewata tahun 2011.”
“Penemuan ini sebelum ditemukannya tikus hidung babi tahun 2013. Namun, penulisan publikasinya dilakukan setelah tikus hidung babi.”
“Penemuan baru dipulikasikan tahun 2016. Ini merupakan publikasi jenis baru terakhir yang tim kami lakukan. Namun, saya sendiri tidak terlibat dalam penemuannya. Dr. Rowe, Dr. Achmadi, dan Dr. Esselstyn yang terlibat dalam penemuan dan proses penulisan publikasinya.” kata Heru Handika.