Tiga Polisi Indonesia Diserang Pria yang Diduga Simpatisan ISIS
Seorang pria Indonesia pelaku penyerangan terhadap perwira polisi dengan parang di pinggiran Jakarta, pada Kamis (20/10) pagi,telah tewas karena luka tembak.
Kepala Bidang Humas (Kabidhumas) Polda Metro Jaya, Kombes Pol Awi Setiyono, mengatakan, tiga perwira polisi termasuk seorang Kapolsek terluka. Sementara pelaku penyerangan yang berhasil ditembak beberapa kali, tewas saat dilarikan ke rumah sakit karena pendarahan dari luka di kaki dan perutnya.
Rekaman video yang disiarkan di media lokal Indonesia menunjukkan, seorang pria menyerang secara membabi-buta di jalanan kota yang sibuk dengan membawa sejumlah senjata termasuk -apa yang tampaknya adalah -sebuah bom pipa.
Pada satu momen, rekaman video itu menunjukkan si penyerang berlari ke arah petugas.
Sebuah bom pipa yang belum meledak juga ditemukan di dekat tempat kejadian, kata polisi.
Polisi mengatakan, pria penyerang berusia 21 tahun itu menempel stiker kelompok ISIS di pos polisi lalu lintas setempat sebelum menyerang petugas.
“Tiba-tiba saja, seorang pria menyerang petugas kami secara brutal dengan senjata tajam. Pelaku lantas ditembak di paha dan kaki,” kata Kepala Divisi Humas Porli, Irjen Pol Boy Rafli Amar.
"Kami menduga pelakunya adalah simpatisan ISIS," sebut Boy Rafli.
Polisi yang terluka masih dirawat di rumah sakit.
Menurut polisi, pelaku penyerangan yang bernama Sultan Azizah, 21 tahun, merupakan pengangguran dan anggota dari organisasi Daulah Islam, sebuah kelompok garis keras dari Ciamis di Provinsi Jawa Barat.
Otoritas Indonesia semakin mengkhawatirkan kebangkitan radikalisme di negara berekonomi terbesar di Asia Tenggara ini. Sebagian gerakan ini didorong oleh generasi baru militan yang terinspirasi kelompok ISIS.
Mereka meyakini, ISIS memiliki lebih dari 1.200 pengikut di Indonesia, dan hampir 400 warga Indonesia telah meninggalkan negaranya untuk bergabung dengan kelompok tersebut di Suriah.
Polri bersiaga untuk mengatasi makin banyaknya warga Indonesia yang pulang, setelah pekan ini pasukan Irak melancarkan serangan untuk merebut kembali Mosul, yang menjadi markas kelompok ISIS.
"Perang di sana memengaruhi remaja kami di sini," kata Irjen Boy Rafli Amar.
“Kami harus waspada terhadap sejumlah pihak yang mengubah pola pikir generasi muda kami,” jelasnya.
Pihak berwenang tengah memantau sekitar 40 warga yang telah kembali. Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian mengatakan kepada kantor berita Reuters, puluhan warga itu dikhawatirkan bisa terhubung dengan jaringan yang ada.
Pelaku serangan Januari dihukum 10 tahun
Sementara itu, Pengadilan Negeri Jakarta Barat telah menjatuhi hukuman 10 tahun penjara kepada Dodi Suridi, 23 tahun, atas perannya dalam serangan bom di Sarinah, Jakarta, pada bulan Januari 2016.
Delapan orang tewas dalam insiden itu, termasuk para militan.
Hakim Achmad Fauzi, yang memimpin sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Barat, mengatakan, Dodi bersalah karena melanggar Undang-Undang Anti-Terorisme di Indonesia dengan menyiapkan bom yang digunakan dalam serangan itu.
Sekitar 40 orang militan telah ditangkap sehubungan dengan serangan, yang dimulai dengan bom bunuh diri di dalam sebuah kedai kopi itu.
Dodi mengatakan, ia menerima vonis yang dijatuhkan kepadanya dan menyebut hal itu “konsekuensi sebagai teroris.”
Jaksa menuntut hukuman 10 tahun.
Sebagian besar dari 250 juta penduduk Indonesia mempraktikkan Islam moderat, dan kelompok-kelompok militan kecil yang secara berkala meningkatkan serangan terhadap negara ini dan orang asing, sebagian besar telah dibubarkan atau dibungkam.
Informasi kunci:
• Sebuah bom pipa yang belum meledak juga ditemukan di dekat TKP
• Indonesia percaya kelompok ISIS memiliki lebih dari 1.200 pengikut di negara ini
• Polisi bersiaga terhadap warga Indonesia yang terkait dengan ISIS yang kembali dari Mosul
Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.
Diterjemahkan: 17:55 WIB 20/10/2016 oleh Nurina Savitri.