ABC

“Tidak Ada Pemimpin seperti Jokowi di Australia”

Seorang warga Australia yang sudah tinggal lebih dari 10 tahun di Jakarta juga menyambut baik duet kepemimpinan Joko Widodo dan Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) dalam memimpin Jakarta selama setahun terakhir. Shannon Smith malah mengatakan bahwa tidak ada politisi di Australia sekarang ini yang memiliki gaya kepemimpinan seperti Jokowi.

"Para politisi dari partai-partai besar di Australia saya lihat tidak ada yang memiliki gaya kepemimpinan seperti Jokowi. Ada sesuatu tentang Jokowi yang berbeda, terutama empati dan simpatinya kepada warga yang miskin, yang  terpinggirkan atau dalam bahaya." kata Smith kepada Iffah Nur Arifah dari ABC di Jakarta.

Mantan diplomat yang pernah juga menimba ilmu di universitas di Makasar ini mengaku kagum dengan gaya kepemimpinan politik pasangan Jokowi-Ahok yang dinilainya sangat menginspirasi.

Disebutkannya Jokowi tidak hanya memperhatikan pembangunan fisik di Jakarta, hal yang juga walau belum ada perubahan besar, sudah mulai tampak perbaikan di sana sini.

Selama tinggal di Jakarta, Shannon Smith mengatakan bahwa dia sudah menggunakan transportasi umum apa saja mulai dari bus umum sampai ke taksi.

Seperti warga Jakarta lainnya, Shannon yang sehari-hari menggunakan bus umum mengaku masih kerap terjebak macet dan berdesakan di bus trans Jakarta dengan penumpang lain.

"Dulu saya pernah kerja di Tanah Abang sementara rumah saya di Fatmawati. Jadi saya ke tempat kerja naik Patas AC itu sekitar hampir 10 tahun lalu. Dulu kemacetannya berbeda dari sekarang. Dulu macetnya lebih kurang dibandingkan sekarang." kata pria berusia 44 tahun tersebut.

Sibuk dan padatnya jalan di Jakarta ini sangat jauh berbeda dengan kota kelahiran Shannon di Australia, The Great Ocean Road di negara bagian  Victoria yang terkenal dengan jalan besar dan lapang untuk berkendara. 

Adanya Ruang Publik

Namun  Shannon mengaku masih kerasan tinggal di Jakarta setelah bermukim selama hampir sepuluh tahun. Dan sekarang setelah Joko Widodo menjadi gubernur Jakarta, ada perubahan kecil yang disukainya, yaitu bertambahnya ruang publik.

“Kita lihat ada perubahan sedikit di infrastruktur Jakarta, pedestrian diperbaiki, taman-taman kota dibangun." katanya.

"Kalau kita jalan sepanjang Jalan Rasuna Said Kuningan atau Jendral Sudirman, sekarang ada bangku-bangku  taman yang membuat jalan terlihat  lebih bagus. Kita bisa lihat orang duduk. Saya pikir Jokowi mengerti pentingnya ruang publik dan menyediakannya untuk warga Jakarta. Jadi perubahannya kecil tapi membuat perbedaan." tambah Shannon dalam percakapan berseling antara bahasa Indonesia dan Inggris.

Shannon mengaku kagum dengan gaya kepemimpinan Jokowi Ahok. Ia juga senang program pembenahan Jakarta yang dilakukan Jokowi – Ahok tidak cuma dipusat kota, tapi terasa hingga tempat tinggalnya di selatan Jakarta.

“Di daerah Kebayoran Baru ada banyak proyek yang dikerjakan, di  tepi jalan ada proyek untuk pejalan kaki yang  baru supaya lebih aman bagi pejalan kaki. Waktu Fauzi Bowo itu tidak ada proyek seperti itu. itu  yang baru, ada uang yang dikeluarin untuk proyek untuk warga Jakarta.” tambahnya.

Sejak menjabat, pasangan Jokowi Ahok memang terus berupaya memenuhi janji kampanyenya membenahi kota Jakarta. Di sektor kesejahteraan rakyat antara lain pemberlakuan Program Kartu Jakarta Sehat yang menjamin semua warga Jakarta berobat gratis, pembenahan akses pendidikan maupun perumahan,.

Di sektor transporasi umum Jokowi Ahok antara lain meremajakan armada buskota, menambah unit busway hingga pembangunan Mass Rapid Transportasi serta monorel.

Mendobrak mitos kegagalan

Pengamat Tata Kota dari Universitas Trisakti, Yayat Supriyatna mengatakan yang  menonjol dari setahun pemerintahan Jokowi Ahok hanyalah segi kepemimpinan saja. Tapi dari skala kinerja membangun Jakarta keduanya masih belum maksimal diketahui penyerapan anggaran pembangunan menurut sebuah data baru sebesar 60%.

Tak heran jika saat ini baru skala mikro saja yang bisa dibilang ada kemajuan sementar isu makro di Jakarta seperti kemacetan dan banjir masih jauh dari harapan.

Namun Yayat Supriyatna menilai pencapaian terbaik Jokowi Ahok selama setahun ini adalah mendorong mental percaya pada kemampuan diri sendiri bagi warga Jakarta.

"Jokowi mendobrak mitos kegagalan, mitos tidak mampu bahwa itu tidak mungkin dilakukan dengan memulainya. Karena banyak pembangunan di Jakarta selama ini  terjebak dalam pemikiran tidak mungkin di wujudkan. Itu tercetus pada waktu Foke yang menghentikan proyek monorel dengan alasan tidak mungkin, tidak untung, tidak layak dan harus dihentikan itu membentuk opini ketidakmampuan.” kata Supriyatna.

Yayat Supriyatna mengatakan kelanjutan keberhasilan pemerintahan Jokowi Ahok sangat tergantung pada kemampuan keduanya mentransfer gaya kepemimpinan mereka ke dalam sistem agar bisa diterapkan juga oleh para pejabat dibawahnya yang akan melaksanakan program kerjanya.