ABC

The Rainbow Project : Menghadirkan Pelangi di Bangsal Si Kecil

Prihatin dengan kondisi bangsal anak yang monoton, organisasi isteri ekspat Australia – Selandia Baru menghias ruang perawatan anak di rumah sakit pemerintah di Jakarta Selatan dengan lukisan mural.  Tidak hanya menghibur pasien anak, proyek ini juga mampu mengubah suasana kerja dan perawatan di bangsal tersebut.

Macan tutul atau Leopard itu asik bertengger di sebatang pohon kokoh. Diseberangnya tampak kera Afrika, Jerapah dan kakak tua menyembul dari rimbunan pepohonan. Itulah sebagian dari mural yang kini menghiasi bangsal anak di lantai 3 paviliun Teratai RS. Fatmawati Jakarta Selatan.
 
Mural itu merupakan satu dari 4 set mural yang kini menghias 14 ruang rawat inap anak di rumah sakit pemerintah tersebut. Mural ini merupakan bagian dari Proyek Pelangi atau The Rainbow Project yang dilakukan oleh organisasi isteri ekspatriat asal Australia dan Selandia Baru – Australian and New Zealand (ANZA) di Jakarta.
Proyek ini berasal dari keprihatinan salah seorang anggota ANZA, Daleen Fourie, yang kerap mengunjungi bangsal itu untuk mengurus anak-anak yatim yang diasuh Lembaga Sosial Sayap Ibu berobat. Ibu dua anak asal Afrika Selatan yang tengah mengikuti suami bertugas di Jakarta ini mengaku prihatin dengan
bangsal anak yang terlihat muram dan monoton. 
“Satu hal yang saya sadari setiap kali mendatangi bangsal ini adalah suasananya sangat depresif,  warna ruangannya sama dan monoton, anak-anak yang dirawat disini biasanya menangis mungkin karena mereka bosan dan tidak ada yang bisa dilihat, jadi saya pikir harus ada yang dilakukan untuk menyemarakkan ruangan ini,” kata Ny. Fourie ini.
 
Pemandangan ini menurutnya sangat jauh berbeda dengan bangsal-bangsal anak di kebanyakan rumah sakit di Barat. Ia lalu mengutarakan gagasan ini kepada ANZA yang langsung mendapat sambutan positif. Dua bulan kemudian ANZA berhasil menggalang sponsor untuk mendanai rencana yang belakangan dinamakan Proyek Pelangi atau Rainbow Project.
“Kami menamainya proyek pelangi karena bertujuan menghadirkan warna di ruangan ini. Dan pelangi selalu membawa kebahagiaan,” tuturnya.
“Kami menganggap ini proyek yang baik untuk diperkenalkan di bangsal anak, karena bangsal anak yang penuh warna akan membuat anak-anak bahagia dan itu akan mendorong anak menjadi lebih cepat sembuh. Apalagi banyak diantara anak-anak dirawat disana dalam waktu yang lama hingga 6 minggu,” tambahnya.
 
Penggagas The Rainbow Project,  Daleen fourie (depan), Gilly Weaver, Direktur Kesejahteran Sosial ANZA (kanan) dan Clarissa Mathieson, pelukis mural (kiri)
 
Melukis ditengah banjir Jakarta
 
Proyek menghias bangsal ini pun mulai dilakukan pada awal tahun 2014 lalu. Total ada 26 mural yang harus dikerjakan untuk menghias 13 ruangan di lantai 3 paviliun Anggrek RS. Fatmawati Jakarta. 
Pelukis mural professional asal Inggris, Clarissa Mathieson, didapuk menjadi koordinator teknis dari proyek ini. Ia mendesain 4 tema mural yang akan dikerjakan yakni hutan, lautan dan layang-layang.
 
"Saya punya banyak pengalaman melukis ruangan anak-anak, jadi saya punya banyak koleksi gambar yang bisa digunakan tapi saya harus mengusahakan agar gambarnya pas dengan letak pintu dan jendela yang tidak sama disetiap ruangan. Saya mencoba menghadirkan elemen gambar yang sama untuk menjaga konsistensi disetiap tema, "
 
Clarissa mengaku melakukan pekerjaan ini cukup menantang mengingat waktu yang disediakan sangat singkat dan jumlah mural yang dilukis cukup banyak. Apalagi ketika pengerjaan lukisan ini dilakukan Jakarta sedang dilanda banjir sejumlah lokasi.
“Kami hanya punya waktu 3 hari untuk mengerjakan setiap lukisan mural dan itu sangat singkat mengingat setiap mural yang harus dilukis diatas kanvas besarnya 5 – 6 meter dan tingginya dua meter,” kata Clarissa.
 
Agar tidak mengganggu pasien anak, Clarissa memutuskan melukis mural itu diatas kanvas dan dilakukan di lokasi berbeda. Ia kemudian meminta bantuan mahasiswa Institut Kesenian Jakarta (IKJ) untuk ikut terlibat dalam proyek ini. 9 mahasiswa IKJ dan 3 guru pendamping bergabung dalam proyek ini.
“Setiap 10 hari sekali, kami datang ke bangsal anak di RS. Fatmawati membawa gulungan kanvas dan seember besar lem. Pasien anak terpaksa dipindahkan dulu di koridor sementara kami menempelkan kanvas tersebut,  kami hanya diberikan waktu 4 jam untuk menempel kanvas itu ke dinding, jadi cukup melelahkan” tutur Clarissa.
 
“Pasien anak-anak itu melihat dengan penasaran apa yang sedang kami lakukan dari jendela. Dan ketika gambar-gambar itu bermunculan mereka terlihat sangat senang,” kenangnya.
 
Clarissa Mathieson, pelukis mural profesional selama 25 tahun terakhir di Inggris mendesain lukisan mural dalam proyek mural ANZA di RS. Fatmawati Jaksel.
 
Suasana bangsal jadi semarak
 
Proyek Pelangi dengan 26 mural ini akhirnya berhasil diselesaikan dalam waktu 5 pekan, kanvas terakhir ditempelkan pada 11 Februari 2014.
Kehadiran lukisan mural dan berbagai gambar binatang dan layang-layang didalamnya menghadirkan suasana baru diruangan rawat inap anak kelas 3 di RS. Fatmawati.
“Saya suka gambar layang-layangnya, seperti melihat layangan langsung dilangit,” kata Iqbal pasien anak berusia 10 tahun yang tengah dirawat karena cedera dikepalanya.
Tidak hanya pasien, orang tua yang menemani anaknya juga mengaku ikut terhibur dengan kehadiran mural-mural tersebut.
“Ruangannya sekarang bagus, kalau dulu ngebosenin. Jadi hiburan anak juga, kalo dia nangis kita bisa bujuk ada pengalih perhatian anak..itu lihat ada burung tuh dek..ada macan tuh!,” ungkap Muryani yang tengah menemani anaknya yang dirawat karena kelainan dibagian matanya.
 
Selain mural proyek Pelangi ini juga melengkapi fasilitas di bangsal anak dengan tv dan tirai yang sesuai dengan warna mural didalamnya. Gilly Weaver, Direktur Kesejahteraan Sosial ANZA mengatakan lembaganya berencana memperluas proyek ini.
 
“Saat ini kami tengah mengupayakan pengadaan donasi perangkat main atau play kit,sehingga pasien anak bisa mengisi hari-hari mereka di RS ini dengan melakukan kegiatan edukatif, kami ingin ini menjadi proyek yang berkelanjutan” katanya.
Proyek yang awalnya digagas ANZA ini juga mendapat dukungan dari sejumlah lembaga seperti Priscilla Hall Memorial Foundation, Risco Energy dan juga Kedutaan Besar Australia.
 
ANZA bertekad untuk memperluas Proyek Pelangi ini sehingga menjadi proyek yang berkelanjutan.