ABC

Terungkap Mengapa Gajah Jarang Terkena Kanker

Para ilmuwan tampaknya sudah menemukan jawaban mengapa binatang sebesar gajah jarang terkena kanker.

Ternyata gajah memiliki 38 gen tambahan yang berisi data p53, sebuah bagian yang menekan pertumbuhan tumor.

Menurut penelitian yang diterbitkan Journal of the American Medical Association (JAMA), manusia hanya memiliki 2 gen tambahan jenis itu.

Ini berarti di saat binatang itu berevolusi, tubuhnya membuat tambahan gen yang sama yang mencegah merebaknya sel tumor.

Gajah sudah lama menjadi subjek yang menarik untuk diteliti karena mereka memiliki sel yang lebih banyak dari manusia, dan karenanya memiliki resiko terkena kanker lebih besar dalam masa kehidupan mereka antara 50-70 tahun.

Gajah di Taman Nasional Kruger di Afrika. (Rob Hooft/Wikimedia Commons CC BY-SA 3.0)
Gajah di Taman Nasional Kruger di Afrika. (Rob Hooft/Wikimedia Commons CC BY-SA 3.0)

 

Namun dalam analisa terhadap data dari kematian gajah dalam jumlah besar menemukan hanya 5 persen diantaranya yang mati karena kanker, sementara angka itu di manusia antara 11-25 persen.

"Secara logika, gajah harusnya mengidap kanker lebih banyak, dan seharusnya sudah pundah karena begitu tingginya kemungkinan mereka mengidap kanker." kata peneliti Dr Joshua Schiffman,  ahli kanker anak-anak di Huntsman Cancer Institute, University of Utah School of Medicine di AS yang menerbitkan laporan.

Para ilmuwan ini melakukan penelitian terhadap genome gajah Afrika, dan menemukan sedikitnya 40 jensi gen yang memiliki unsur p53, protein yang dikenal luas bisa mencegah tumbuhnya kanker.

"Kami memperkirakan bahwa semakin banyak p53 adalah cara alam membuat spesies hidup."

Untuk menguji hipotesa tersebut, mereka kemudian membandingkan sel dari gajah dengan kelompok manusia sehat, dan kelompok lain yang memiliki sindroma Li-Fraumeni Syndrome, mereka yang hanya memiliki satu gen berisi p53 dan karenanya memiliki kemungkinan 90 terkena kanker semasa hidup mereka.

Para peneliti kemudian menemukan bahwa gajah memiliki mekanisme internal yang lebih agresif untuk membunuh sel yang berpotensi menjadi kanker.

Sel dalam gajah ini menghancurkan sel kanker lima kali lebih besar dibandingkan mereka yang menderita Sindroma  Li-Fraumeni.

Para peneliti berharap penemuan ini nantinya di satu hari nanti bisa membantu pengobatan baru terhadap kanker pada manusia.

Namun menurut Prof Mel Greaves, Direktur Evolusi dan Kanker dari The Institute of Cancer Research, London kemungkinan itu masih jauh.

"Penelitian terbaru ini memberikan jawaban mengenai salah satu hal yang tidak kita ketahui sebelumnya dalam sejarah evolusi biologi, mengapa beberapa binatang besar yang memiliki sel lebih banyak namun tingkat kanker nya rendah." kata Professor Greaves, yang tidak terlibat dalam penelitian.

"Masih belum jelas pelajaran apa yang bisa kita dapatkan dari gajah tersebut terhadap resiko kanker bagi manusia. Dampak utama dari penelitian ini adalah mengapa manusia begitu unik sehingga kita mudah terkena kanker padahal tubuh kita lebih kecil, dan apa yang bisa kita lakukan untuk mengubahnya." kata Greaves.

ABC/AFP