Tersangka Teroris di Melbourne Protes Perlakuan Polisi
Salah seorang tersangka teroris yang ditangkap polisi di Melbourne, Sabtu (18/4/2015), secara resmi mengajukan surat keberatan yang memprotes perlakuan polisi saat penangkapan terjadi.
Dua tersangka kini masih mendekam dalam tahanan polisi, dengan tuduhan awal merencanakan serangan terorisme bertepatan dengan peringatan Hari Anzac – hari bersejarah bagi Australia selama era PD I.
Salah seorang tersangka Sevdet Besim (18 tahun) yang berasal dari daerah Hallam di pinggiran Melbourne secara resmi dikenai tuduhan konspirasi merencanakan serangan terorisme.
Tersangka lainnya juga ditahan sesuai ketentuan aturan bernama Preventative Detention Order (PDO), yang memungkinkan polisi menahan seseorang selama 14 hari. Aturan PDO ini merupakan yang pertama kalinya diterapkan di negara bagian Victoria.
Sementara tiga pria lainnya telah dibebaskan. Namun salah seorang di antaranya diperkirakan akan juga ditersangkakan.
Kini, keluarga dari kedua tersangka menuduh polisi menyalahgunakan kewenangannya dan menyerang kedua tersangka saat akan dibawa untuk pemeriksaan.
Salah seorang di antara tersangka secara resmi mengajukan surat keberatan atas perlakuan polisi tersebut.
Menanggapi hal itu Kepolisian Victoria membenarkan telah menerima surat keberatan tersebut, dan telah diteruskan ke pihak Professional Standards Command (PSC).
Menurut Tim Cartwright dari PSC, pihaknya telah melihat surat keberatan itu. "Kami akan tindaklanjuti," katanya.
"Penangkapan ini dilakukan dalam situasi berisiko tinggi, sekitar Pukul 3:30 pagi, kami kira ada di antara mereka yang bersenjata dan akan menyerang polisi," kata Cartwright.
Ayah dari salah seorang tersangka mengatakan, perilaku anaknya justru mengalami perkembangan yang baik setelah aktif di pusat studi Al Furqan di daerah Dandenong.
Kepada ABC ia mengatakan anaknya pernah diperiksa polisi menyusul kejadian salah seorang remaja lainnya yang ditambak mati karena menyerang petugas di luar kantor polisi beberapa bulan lalu.
Sevdet Besim (Foto:Istimewa/instagram)
Namun sebagai orangtua ia melihat perilaku anaknya kini mulai membaik.
"Sebelum ia menjalankan ibadah, ia selalu liar, banyak merusak, sama seperti kelakukan remaja lainnya. Namun setelah ia taat beribadah, perilakunya itu berubah 100 persen," jelasnya.
Menurut Asistem Komisioner Cartwright, remaja yang ditangkap ini memiliki hubungan dengan Al Furqan dan remaja sebelumnya yang tewas di depan kantor polisi.
"Kami ingin menhelusuri apa yang membuat remaja ini tiba pada kondisi mereka saat ini, apa yang membuat mereka mengalami radikalisasi," katanya.
Namun ayah salah seorang tersangka itu mengatakan, pihak keluarganya kini trauma atas perlakukan polisi saat melakukan penangkapan di pagi hari.
Ia sendiri, katanya, dipaksa tiarap selama 30 menit dan laras senjata polisi diarahkan ke kepalanya.
Menurut dia, polisi berteriak, "Bicara satu kata lagi, saya bunuh kau. Tidak ada urusan dengan anakmu".
"Istri saya berteriak-teriak histeris, sampai polisi harus memanggil ambulans. Rumah saya hancur berantakan," katanya.
Polisi sebelumnya mengakui tiga dari lima pria yang ditangkap mengalami cedera.