ABC

Tersangka Bom Pesawat Sydney-Abu Dhabi Terancam Hukuman Mati di Lebanon

Terdakwa calon pelaku peledakan pesawat Etihad rute Sydney-Abu Dhabi, Amer Khayat, kini diadili di Lebanon dengan ancaman hukuman mati.

Ayah dua anak berusia 39 tahun ini didakwa akan melakukan peledakan pesawat berpenumpang 400 orang pada 15 Juli tahun lalu.

Pria yang dituduh terkait kelompok teroris ISIS ini menuding Pemerintah Lebanon menyiksanya dalam tahanan serta memaksanya menandatangani pengakuan palsu.

Dalam keterangannya di persidangan militer di Beirut, terdakwa mengaku tidak tahu-menahu mengenai rencana peledakan tersebut sampai tiga minggu setelah mendarat di Beirut.

Dia mengaku mengetahui hal itu setelah mendengar bahwa saudara-saudaranya di Australia telah ditangkap polisi.

Kepolisian Federal Australia (AFP) menyebutkan pria berkewarganegaraan ganda Australia-Lebanon ini “tidak tahu” bahwa dia membawa bom yang disembunyikan dalam alat penggiling daging. Alat tersebut berada dalam tas tangannya.

Pihak berwajib di Lebanon bersikukuh bahwa Amer Khayat merupakan seorang calon pelaku bom bunuh diri.

Saudara Amer, Mahmoud dan Khaled Khayat, dijadwalkan menjalani persidangan di Australia tahun depan. Keduanya didakwa memasukkan bom di tas tangan Amer yang saat itu berangkat dari Sydney menuju Lebanon melalui Abu Dhabi.

Mahmoud dan Khaled dituduh merakit bom menggunakan bahan yang dikirimkan ke mereka, dalam rencana yang diduga dimotori saudara lainnya, Tarek Khayat. Tarek diketahui sebagai komandan ISIS yang ditangkap di Irak awal tahun ini.

Rencana tersebut gagal semata-mata karena petugas check-in di Bandara Sydney meminta Amer Khayat mengeluarkan isi tas jinjing yang dibawanya itu karena kelebihan berat.

Pihak berwajib Australia mengetahui dugaan plot ini setelah menerima informasi dari intelijen Israel 11 hari kemudian.

A composite image of two men.
Khaled Khayat (kiri) dan Mahmoud Khayat dituduh merencakana peledakan pesawat Etihad rute Sydney-Abu Dhabi.

Supplied

Setelah penangkapan Mahmoud dan Khaled Khayat di Sydney, Wakil Komisaris AFP Michael Phelan menjelaskan bahwa saudara mereka, Amer, menjadi pelaku yang tidak sadar dalam rencana yang diduga dilakukan ISIS.

“Kami akan mendakwa pembawa IED (alat peledak rakitan) di pesawat itu tidak tahu-menahu telah membawa IED tersebut,” kata Phelan pada Agustus tahun lalu.

Hari Senin kemarin (30/7/2018) di Beirut, Amer Khayat membantah dakwaan bahwa dia calon pelaku bom bunuh diri.

“Saya tidak ada hubungannya dengan semua itu,” katanya dalam persidangan. “Saya menjalani hidup bebas di Australia, suka clubbing.”

Amer ditangkap di Tripoli, Lebanon utara, Agustus tahun lalu, 10 hari setelah penangkapan saudara-saudaranya di Sydney.

Sembari menangis, Amer menyatakan telah diinterogasi pihak berwenang Lebanon selama 65 hari berturut-turut.

Dia mengaku ditempeleng oleh interogator dan dipaksa menandatangani dokumen kosong, yang kemudian diisi dan diubah menjadi pengakuan palsu.

“Mereka memaksaku menandatangani kertas kosong,” katanya.

“Setelah beberapa jam interogasi, mereka membawaku ke lantai atas dan memaksaku menandatangani surat.”

Police at a crime scene after four men were arrested in counter-terror raids across Sydney.
Polisi menggerebek sejumlah tempat di Sydney terkait rencana pengeboman pesawat Etihad tahun lalu.

AAP: Sam Mooy

Amer juga mengaku sangat kaget ketika membaca pengakuan dirinya sendiri bahwa dia harus dirawat di rumah sakit.

“Ketika saya pertama kali membaca file saya itu, disebutkan saya dirawat tiga atau empat hari di rumah sakit,” katanya. “Semua itu tidak benar.”

Amer bahkan menyebut dirinya mantan pengguna narkoba yang mengalami masalah kesehatan mental dan cukup lama terasing dari saudara-saudaranya.

Ketika ketua majelis hakim pengadilan militer, Jenderal Houssein Abdallah, menanyakan mengapa dia memiliki foto-foto “Islami” di HP-nya, Amer mengaku semua itu dimasukkan oleh pemerintah Lebanon.

“Mereka mengambil HP-ku, menghapus foto-foto anak-anakku, menambahkan foto-foto yang tidak pernah saya miliki,” katanya.

Amer juga ditanya suratnya kepada putrinya yang mengatakan dia ingin bunuh diri.

“Itu bukan tulisan tangan saya,” katanya. “Petugas menulis surat dalam bahasa Inggris dan memaksaku menandatanganinya.”

“Mereka akan melakukan apa pun untuk menahan saya karena mereka mengejar Tarek Khayat,” tambahnya.

Bom boneka Barbie

Saudara Amer Khayat, Tarek, merupakan komandan senior ISIS yang dicari pihak berwajib Lebanon dengan tuduhan berusaha mendirikan emirat ISIS di wilayah utara negara itu.

Dia juga dituduh memimpin pengikutnya dalam pertempuran melawan tentara Lebanon di Tripoli pada 2014, tak lama sebelum melarikan diri ke Suriah.

Menurut pihak berwajib Lebanon, Amer Khayat juga membuat pengakuan menyelundupkan bom dalam boneka Barbie ke pesawat.

Dalam persidangan kemarin, dia membantah tuduhan tersebut.

Menurut informasi yang diperoleh ABC, Mahmoud dan Khaled Khayat tidak akan didakwa di Australia dengan tuduhan menanam bom dalam boneka Barbie.

Mahmoud dan Khaled Khayat mengaku tidak bersalah atas dua dakwaan, yaitu perencanaan atau persiapan melakukan tindakan teroris.

Sementara persidangan Amer Khayat akan dilanjutkan kembali di Beirut pada bulan September.

Sejumlah kelompok HAM sebelumnya menuduh pihak berwajib Lebanon menyiksa tersangka dan memaksa mereka memberikan bukti-bukti palsu.

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di sini.