ABC

Ternyata Foto Selfie Bisa Bantu Atasi Masalah Kesehatan

Pernah memotret ruam kulit, luka, atau tahi lalat anda sendiri? Atau merekam video asma atau kejang otot sehingga Anda bisa mendiskusikannya dengan dokter Anda? Jika ya, Anda adalah bagian dari gerakan yang merevolusi praktek perawatan kesehatan.

Peneliti dari Universitas Teknologi Queensland, Kara Burns, mengatakan, baik pasien maupun dokter bisa mendapatkan keuntungan dari tren ‘selfie medis’ ini.

Sama seperti suara mengganggu dari mesin mobil yang hilang segera setelah anda membawanya ke montir, banyak masalah medis bersifat sementara atau sulit untuk ditangani oleh praktek dokter, kata mantan fotografer medis ini.

Ia mengatakan, bukti fotografi bisa memberi dokter anda informasi penting yang mungkin mereka lewatkan.

Kara Burns menggunakan ‘selfie medis’ untuk memastikan luka yang dideritanya sembuh dengan benar. (Foto: Kara Burns)
Kara Burns menggunakan ‘selfie medis’ untuk memastikan luka yang dideritanya sembuh dengan benar. (Foto: Kara Burns)

Kara, secara khusus, mengutip kasus terbaru yang menimpa peremuan Kanada, Stacey Yepes, yang menggunakan telepon genggamnya untuk merekam gejala medis yang meliputi suara cadel dan kelumpuhan wajah, yang akhirnya mengarah pada diagnosa stroke.

Masalahnya, ia sudah memeriksakan diri ke dokter ketika mengalami gejala serupa sebelumnya, tetapi dokter tak bisa mengkonfirmasi diagnosanya dengan tes. Dalam hal ini, selfie medis membantu terjadinya diagnosa yang akurat, yang juga bisa menyelamatkan nyawa, ujar Kara.

(Meski demikian, Anda mungkin ingin memanggil ambulans dan tak berfoto selfie jika Anda berpikir Anda mengalami stroke.)

Tentu saja, penelitian baru yang dilakukan di Inggris menemukan bahwa foto pasien menghasilkan informasi yang sangat relevan dengan konsultasi ke dokter umum dan ‘memberdayakan pasien dengan menceritakan narasi mereka’, ungkap Kara.

Mendeteksi kanker kulit

Ponsel Anda juga bisa menjadi alat yang berguna untuk memantau bintik di kulit, yang jika berubah dari waktu ke waktu bisa menjadi indikasi utama dari kanker kulit.

Sementara dokter umum bisa menilai bintik di kulit sebagai hal yang jinak pada titik tertentu, mereka mungkin juga menyarankan Anda untuk mengambil foto close-up secara berkala dan mendokumentasikan perubahan selanjutnya yang anda amati.

Tampaknya ada juga hubungan antara foto selfie dengan perilaku sehat tertentu. Sebuah studi terbaru mencatat bahwa pasien yang secara teratur mengambil gambar tahi lalat mereka, lebih sadar akan kegiatan yang tak berada di bawah sinar matahari langsung.

"Mengambil foto dengan kamera digital berformat besar, dengan lensa makro yang tepat dan benar, bahkan pencahayaan akan selalu lebih baik daripada sesuatu yang Anda potret di ponsel," tutur Kara.

"Namun saya pikir, foto yang diambil dari ponsel memadai bagi dokter untuk digunakan sebagai bagian dari berbagai macam cara untuk mendiagnosa pasien," sambungnya.

Mampu merekam bukti tentang status kesehatan Anda juga bisa membantu Anda merasa berdaya ketika Anda berbicara dengan dokter, ungkap Kara.

"Dalam beberapa situasi, pasien merasa dokter tak memperhitungkan pendapat mereka dan apa yang mereka pikir sedang terjadi," sebutnya.

Ia lantas menerangkan, "Secara tradisional, medis adalah 'dokter yang tahu segala sesuatu dan pasien hanya mendengarkan mereka dan mengatakan ya untuk semuanya'. Dan saya pikir dinamikanya benar-benar telah berubah."

Dokter umum dan seorang pendidik, Dr Justin Coleman, punya pasien yang membawa foto selama konsultasi, dan mengatakan hal tersebut bisa membantu dokter mendiagnosa – "meskipun 25 foto itu terlalu banyak", tuturnya.

Tapi selfies saja tidak cukup. Mereka paling berguna ketika dipertimbangkan dalam konteks yang sejalan dengan gejala lain yang dialami pasien dan sejarah medis mereka, katanya.

"Ini adalah alat seperti alat lainnya. Ia bisa berguna, tetapi dokter tak akan membuat diagnosa secara eksklusif atas foto yang pasien bawa," kemuka Dr Justin.

Dalam pandangannya, pasien yang menunjukkan foto selfie mereka ke dokter secara langsung di ruang konsultasi, lebih memudahkan. Tapi akan menjadi lebih rumit jika pasien mengirim foto ke dokter melalui SMS atau email.

Dr Justin mengatakan, ini membuka pintu untuk berbagai masalah, terutama beberapa yang berkaitan dengan privasi pasien dan masalah hukum medis terkait.