ABC

Terdakwa Teroris di Australia Akui Ingin ke Turki Hanya Untuk Liburan

Terdakwa Zainab Abdirahman-Khalif mengaku ingin pergi ke Turki hanya untuk berlibur dan sama sekali tidak memiliki rencana bergabung dengan kelompok teroris di Suriah. Kini dia diadili di Australia dengan dakwaan menjadi anggota kelompok teroris ISIS.

Dalam persidangan di Adelaide, Kamis (13/9/2018), pengacara terdakwa Bill Boucaut SC meminta para juri agar membuang pandangan negatif yang mungkin mereka miliki tentang agama Islam.

“Dia orangnya sangat relijius, tapi persidangan ini bukan mengadili agama, melainkan persidangan tentang organisasi teroris,” papar Boucaut.

Terdakwa Zainab (23 tahun) telah menyatakan tidak bersalah terhadap dakwaan yang menuduhnya sebagai anggota ISIS antara Juli 2016 dan Mei 2017.

JPU dalam dakwaannya menyebutkan pada Maret 2016, Zainab berhenti kuliah sains dan teknologi di Universitas Australia Selatan, yang telah dijalaninya untuk menjadi perawat.

Terdakwa, kata JPU, memutuskan untuk “mengikuti jalan berbeda”.

“Pada 13 Juli 2016, tanpa sepengetahuan keluarganya serta dengan menggunakan tabungannya, terdakwa membeli tiket sekali jalan ke Istanbul di Turki untuk keberangkatan keesokan harinya,” ujar JPU Chris Winneke QC.

Dalam persidangan terungkap bahwa terdakwa dicegah sebelum naik pesawat dan dicegah untuk berangkat.

“Terdakwa, dalam upaya meninggalkan Australia dan pergi ke Turki, akhirnya melakukan kontak dengan ISIS dan berencana hidup di wilayah yang dikuasai ISIS,” kata Winneke.

Impulsif dan tolol

Dalam persidangan hari Kamis, pengacara Boucaut menyatakan bahwa jaksa tidak membuktikan kliennya berencana pergi ke Suriah untuk bergabung dengan kelompok teroris.

Menurut dia, kliennya membeli tiket ke Istanbul dengan tujuan mengunjungi sebuah masjid, dan menjajaki peluang untuk kerja kemanusiaan.

“Ini bukan pertama kalinya seorang anak muda melakukan sesuatu yang sangat tolol dan impulsif tanpa sepengetahuan ibunya,” kata Boucaut. “Hal ini bukan sesuatu kejahatan.”

Pihak penuntut mengatakan terdakwa hanya memiliki sedikit barang dan uang, namun hal ini menurut Boucaut, bukan berarti terdakwa tidak baik dan akan pergi ke Suriah.

“Dia mengaku tidak ingin keluarganya tahu dia pergi selama beberapa hari. Kurangnya barang bawaan tidak begitu bermakna apa-apa,” jelasnya.

Bukan persidangan agama

Boucaut mendesak para juri untuk tidak membiarkan emosinya terlibat dalam persidangan ini.

“Dia jangan sampai dipandang kurang oleh Anda karena dia menghadapi dakwaan yang melibatkan konsep emosional dan sesuatu yang kita semua benci,” katanya.

“Kami mendengar semua itu (terorisme di pemberitaan media) setiap hari dalam seminggu. Larangan burqa, dan lainnya,” ujar Boucaut.

Dalam persidangan sebelumnya disebutkan bahwa Zainab melakukan kontak dengan tiga wanita yang kemudian melakukan serangan di Mombasa, Kenya. Serangan itu diklaim dilakukan oleh ISIS.

Boucaut mengatakan, menganggap kliennya “mungkin bersalah” tidaklah baik.

“Jika Anda sampai pada kesimpulan bahwa dia mungkin bersalah, maka putusan Anda haruslah ‘tidak bersalah’, karena mungkin tak terbukti secara meyakinkan,” katanya.

Diterbitkan oleh Farid M. Ibrahim dari artikel ABC Australia.