ABC

Terapi Insomnia online Ternyata Sukses Atasi Depresi Juga

Sebuah program online dirancang untuk membantu orang mengatasi ganguan tidur insomnia terbukti efektif mengatasi depresi, kecemasan dan pikiran untuk bunuh diri.

Sebuah studi yang dipimpin oleh Black Dog Institute mendapati banyak orang tidak menyadari hubungan antara insomnia dan depresi.
 
Mereka bekerja dengan tim di Universitas Nasional Australia, Universitas Sydney dan Universitas Virginia untuk ujicoba program online, yang hasilnya diterbitkan dalam jurnal Lancet Psychiatry.
 
Penelitian ini mengamati uji coba pada sekelompok orang yang menderita insomnia, tetapi belum didiagnosis dengan depresi, ketika mereka menggunakan program berbasis web.
 
Direktur Black Dog Institute, Helen Christensen mengatakan salah satu gagasan utama yang diteliti oleh kajian untuk mengobati depresi adalah dengan meneliti penderita insomnia.
 
"Karena insomnia tidak terlalu mendapat stigma dan banyak orang yang mengembangkan depresi seringkali mengalami gejala insomnia sebagai tanda-tanda sistem peringatan dini," kata Christensen.
 
Program online ini diberinama SHUTi, yang merupakan kependekan dari  Sleep Healthy Using The Internet.
 
Ini adalah program intensif, layanan selama 6 pekan yang mensyaratkan partisipan untuk mencatat harian tidur mereka,  menjalani terapi perilaku kognitif dan mengubah lingkungan tidur mereka.
 
"Kami menemukan bahwa hasil dari program SHUTi ini mampu secara signifikan mengurangi gejala depresi, meningkatkan kualitas tidur dan keinginan bunuh diri yang lebih rendah, dan dampak ini berlangsung selama enam bulan," kata Christensen.
 
"Terapi perilaku kognitif secara khusus diarahkan pada pikiran-pikiran yang menyebabkan Anda merenung dan merasa khawatir sebelum Anda pergi tidur dan juga jika Anda bangun dan apa yang Anda khawatir berikutnya.
 
"Program ini pada dasarnya semacam teknik yang digunakan dalam depresi, yang berusaha menantang orang untuk menyadari kalau sesuatu yang mereka pikirkan tidak selalu berarti benar atau nyata."
 
Nick Glozier, profesor psikologi kedokteran di Pusat Otak dan Pikiran Universitas Sydney dan merupakan salah satu ketua investigasi dalam riset ini mengatakan insomnia dapat memperparah depresi yang dialami seseorang.
 
"Insomnia membuat depresi lebih sulit disembuhkan dan membuat semakin parah," kata Professor Glozier.
 
"Dan ini juga bermakna Anda besar kemungkinan akan kembali mengalami depresi jika Anda tidak mengobati insomnia Anda,"
 
"Studi ini menunjukkan jkalau hanya dengan menggunakan pengobatan melalui internet yang bertujuan untuk mengobati gangguan tidur, ternyata dampaknya sangat efektif serta mampu memperbaiki tingkat mood, stress dan kecemasan seseorang sambil juga memperbaiki kualitas tidur seseorang,'
 
Meski kesuksesan dan keefektifan porga HSUTi ini sudah terbukti, namun tidak ada dukungan pendanaan bagi mereka yang mungkin tidak mampu membayar biaya pengobatan ini yang mencapai  $175.
 
Christensen mengatakan mereka tidak memiliki mekanisme agar ada perusahaan asuransi yang mau membayarkan orang untuk mengikuti program ini dan layanan ini tidak masuk dalam layanan kesehatan juga.
 
"Ini merupakan contoh upaya yang bisa kami lakukan agar riset kami tidak hanya berhenti didalam buku laporan riset saja, tapi bisa menjangkau masyarakat,"kata Christensen.
 
Bagi Ally Nicolopoulos, seorang mahasiswa psikologi berusia 29 tahun dan kandidat PhD di Black Dog Institute, tidak bisa tidur dengan nyenyak bukan hal aneh lagi baginya.
 
"Tidur saya tidak teratur, saya bisa tidur dengan normal selama beberapa bulan ketika kondisi saya baik, tapi bisa saya berbulan-bulan tidak tidur  sama sekali dan kondisi saya tetap normal walau belum tidur sama sekali," katanya.
 
Meskipun memiliki kesadaran tentang kesehatan mental, Nicolopoulos tidak menyangka insomnia yang dideritanya dapat menjadi gejala dari depresi yang tidak terdiagnosa.
 
Menurutnya dokter umumnya di masa lalu kerap merekomendasikan dia untuk meminum obat tidur ketika dia mengeluhkan insomnia, tapi obat tidur pun kerap tidak bisa membantunya untuk tidur.
 
"Insomnia yang saya alami merupakan pengalaman yang sangat buruk, Anda mungkin mengeluh kalau baru tidur 4-5 jam saja, tapi itu adalah hal yang saya alami terus menerus dalam hidup saya,"