ABC

Temuan Feses Kuda Ungkap Misteri Perang Jenderal Hannibal dari Zaman Romawi

Sampel feses kuda yang berusia 2.000 tahun telah memecahkan salah satu misteri paling abadi di masa lalu –yakni bagaimana Hannibal, sang Jenderal Kartago (Carthage) memimpin 40.000 pasukan untuk mengejutkan pasukan Romawi yang tak curiga.

Sejarawan telah lama berdebat tentang bagaimana Jenderal Hannibal, komandan tentara Kartago, menggunakan strategi taktis yang hampir menaklukkan kekuatan Romawi.

Taktik itu, oleh sebagian besar penilaian, merupakan salah satu prestasi militer terbesar dalam sejarah.

Pawai berani ini dimulai dari Spanyol melalui Pegunungan Alpen Perancis dan Italia, dengan tentara yang berjumlah sekitar 40.000 orang bersama dengan ribuan kuda.

Bergabung dengan mereka untuk perjalanan berbahaya itu adalah puluhan gajah, binatang yang dianggap sebagai tank perang klasik.

Bangsa Romawi mengira, semenanjung Italia hampir tak bisa ditembus dari utara sehingga serangan mendadak Hannibal membuat mereka benar-benar tak siap.

Profesor Bill Mahaney, dari Universitas York di Toronto, Kanada, memimpin tim internasional yang berangkat untuk menelusuri kembali perjalanan Hannibal melintasi Alpen.

Rute tepat dari perjalanan itu telah lama menjadi sumber kontroversi.

Tapi penemuan sampel kotoran kuda dari 2.000 tahun lalu -oleh tim tersebut -di pegunungan terpencil yang dikenal sebagai ‘Col de la Traversette’ membuat para ilmuwan yakin bahwa mereka telah menemukan jawaban.

"Ini, sangat mungkin, pertama kalinya kotoran dan bakteri pernah digunakan sebagai artefak," ujar Profesor Bill.

"Salah satu parameter lingkungan utama adalah menemukan sebuah batu jatuh yang menghalangi sisi ini dari gunung, sisi Italia. Itu mendorong saya untuk melihat tempatnya dan lahan yang basah serta mencari tempat makan bagi hewan dan pasukannya," terangnya.

Tim berharap analisa akan mengungkap bukti kotoran gajah

Tim itu kemudian menemukan rawa gambut di sisi sungai dan mulai merekam data dari sana.

"Kami menarik data dan mulai melihat lalu sepengetahuan saya, kami menemukan lapisan yang bergejolak," sebut Profesor Bill.

Ia lantas mengungkapkan, "Hanya ada dua hal yang bisa mengoyak lahan gambut –segerombolan orang atau hewan dalam jumlah besar yang bergerak di di atasnya, atau es.”

"Jadi saya tertarik untuk mendapatkan seorang ahli mikrobiologi dialam tim untuk mulai memeriksa bakteri karena jika binatang yang melakukan hal ini, akan ada banyak kotoran," sambungnya.

Ahli mikrobiologi, Chris Allen, dari Universitas Queen Belfast, mengatakan, setelah menyurvei seluruh situs, hanya sangat sedikit tempat yang bisa ditemukan, tempat di mana Jenderal Hannibal memimpin tentara yang besar.

"Kami sudah mengambil sampel dan menggunakan mikrobiologi serta kimia dan beberapa analisis serbuk sari untuk menunjukkan rute yang ia ambil," tuturnya.

Tim berharap, analisis mereka tentang lumpur bergejolak yang ditemukan di jalur gunung bisa pula menghasilkan bukti kotoran gajah, sesuatu yang akan membungkam setiap keraguan yang tersisa.

Sementara itu, Chris mengatakan, memilah-milah tinja yang berumur ribuan tahun juga telah menghasilkan manfaat mengejutkan lainnya.

"Kami telah belajar banyak tentang bagian mengerikan dari sejarah dan pada saat yang sama, kami telah mampu mengembangkan beberapa teknik yang sangat bagus untuk menganalisis tanah, menganalisis sedimen untuk mikroorganisme kunci yang bisa terlibat dalam banyak hal yang berbeda," ungkapnya.