ABC

Teknologi Realitas Maya 3D Tingkatkan Respon Otak Atlet

Seorang atlet tidak hanya dituntut untuk memiliki tubuh bugar dan ketahanan fisik yang baik, tapi mereka juga perlu memiliki kondisi otak yang prima untuk menunjang prestasinya. Oleh karena itu selain latihan fisik, kalangan atlet juga harus rutin melatih kemampuan otaknya. Saat ini para atlet profesional banyak memanfaatkan teknologi realitas maya 3D untuk melakukan latihan otak tersebut.

 

Teknik baru yang diberi nama 'Pelatihan Persepsi Kognitif Tiga Dimensi'  merupakan salah satu media latihan otak yang saat ini banyak digunakan para altet.

Teknik ini menggunakan perangkat kepala elektronik yang menampilkan gambar realitas maya atau Virtual Reality (VR) untuk mensimulasikan objek 3D yang berterbangan melewati penggunanya.

 
Setiap objek memiliki nomor dan pengguna diminta mengingat angka-angka tersebut ketika mereka bergerak melewatinya dengan cepat.
 
Alat ini dirancang untuk meningkatkan kemampuan otak agar bisa memberikan respon lebih cepat, membuka kemampuan pandangan peripheral dan mungkin juga memberikan manfaat bagi lawan ketika bertanding.
 
Psikolog Olahraga di Cairns, Rob Gronbeck menggunakan simulator otak ini untuk memberikan nilai tambah pada latihan yang dilakukan atlet.
 
Gronbeck mengatakan teknologi 3D ini dapat membantu melatih kemampuan otak atlet dalam memproses informasi visual lebih cepat yang kemudian akan diwujudkan dalam proses yang lebih cepat di lapangan olahraga.
 
"Seperti halnya metode pelatihan lain, seperti berlatih di gym, berlari,  melatih otot tangan, kita juga perlu melakukan pelatihan yang serupa untuk otak kita selama berjam-jam agar bisa bekerja dengan lebih baik,"
 
Dikatakannya latihan otak virtual ini menyasar area di otak yang disebut  superior temporal sulcus yang pada kalangan atlet terlihat lebih besar ukurannya.
 
"Kalangan atlet di dunia karena aktifitas olahraga yang mereka lakukan ternyata otak mereka bekerja pada tingkatan yang sangat berbeda dengan rata-rata pekerja kantor atau mahasiswa, tapi setiap setiap orang bisa melatih kemampuan otaknya dengan menggunakan teknologi ini, "katanya.
 
Gronbeck mengatakan ia telah menggunakan teknologi pelatihan otak ini selama lebih dari tujuh bulan dan mendapati kemampuan otaknya meningkat 200 persen, tapi dia mengingatkan dampak negatif jika teknologi pelatihan virtual ini digunakan secara berlebihan.
 
"Ini memang ide dan alat yang sangat baik untuk melakukan banyak sesi latihan otak dalam waktu beberapa hari saja, saya sendiri melakukan sekitar 10 sesi hanya dalam beberapa hari,"
 
"Saya bahkan sempat mencapai level dimana saya merasa kepala saya berdenyut dan nilai serta kemampuan saya menurun,"
 
"Saya harus beristirahat selama satu minggu penuh untuk menghilangkan denyut dibagian kepala saya itu dan bisa mencapai nilai pada level sebelum saya melakukan pelatihan kelewat berlebihan.
 
Berdasarkan pengalamannya, Robert Gronbeck juga mencatat pentingnya penyesuaian pola makan terhadap kinerja otak.
"Saya memutuskan untuk tidak mengkonsumsi gula rafinasi, mengurangi sedikit konsumsi protein hewani dan minum lebih banyak serta memperbanyak konsumsi makanan segar dan sehat," katanya.
"Setelah itu ternyata kemampuan saya mengingat banyak objek melalui alat 3D ini melonjak hingga 30% lagi,"
 
Gronbeck mengatakan sepertinya gula dapat memiliki efek meredam kemampuan indera manusia, baik indera perasa maupun indera penciuman serta kewaspadaan. 
 
"Ada bukti nyata kalau mengkonsumsi makanan sehat dan segar dan menjauhi minuman bersoda serta minuman energi lainnya bisa memberikan dampak yang sangat luar biasa pada kesehatan dan kemampuan kita,"
 
Gronbeck mengatakan teknologi pelatihan otak semacam ini selalu mengalami perkembangan setiap beberapa bulan dan kini tersedia dengan banyak ragam pilihan.
 
"Dalam upaya mencari bentuk terbaik dari teknologi ini, kita perlu memiliki sesuatu yang dapat mengukur kemampuan atlet dalam berkonsentrasi terhadap banyak hal dan memproses informasi itu dan alat ini merupakan temuan luar biasa yang bisa membantu atlet mencapainya.