ABC

Tarian Maluku Balabala Ditampilkan di di Australia

Dari kota terpencil Jailolo di Kepulauan Maluku di Indonesia, lima perempuan muda telah melakukan perjalanan ke Australia untuk pertama kalinya. Mereka akan menggelar pertunjukan perdana tarian ‘Balabala’ di kancah dunia, lewat Festival Sydney.

Menjelajahi kekuatan pribadi dibutuhkan bagi mereka untuk menantang hirarki gender. Tarian Balabala adalah penampilan yang menyeimbangkan tarian ‘Cry Jailolo’, perpaduan tari tradisional dan kontemporer yang dilakukan oleh tujuh pria, yang juga berasal dari Jailolo.

Koreografernya, seniman dan penari Eko Supriyanto dari Solo (Jawa Tengah). Ia telah bekerja sama dengan kelima perempuan untuk mengembangkan cerita tentang peran gender di kawasan Indonesia Timur.

“Ini adalah sebuah proses, bukan hanya tampil saja, untuk membangun ruang bagi lima perempuan muda untuk menata ulang sejarah, masyarakat dan pembendaharaan gerakan mereka,” kata Eko kepada Lisa Clark dari ABC Australia Plus.

“Ini adalah bagian dari yang terpinggirkan, bukan dominan, seperti budaya-budaya Indonesia yang sudah dikenal, seperti dari Jawa, Bali atau Sumatera.”

Ketika Eko menemukan foto wanita melakukan tarian Cakalele dari tahun 1960-an, ia tidak tahu tarian ini pernah dibawakan oleh perempuan.

Tarian tradisional Cakalele adalah tarian perang yang didominasi oleh penari laki-laki.

“Saya mulai meneliti lebih dalam, bertemu dengan wanita yang merupakan bagian dari suku yang melakukan Cakalele pada tahun 60-an, dan tertarik untuk bekerja dengan mereka, tapi kami tidak diberi izin,” kata Eko.

Skip YouTube Video

FireFox NVDA users – To access the following content, press ‘M’ to enter the iFrame.

YOUTUBE: Sydney Festival 2017: Balabala

Tonton cuplikan tarian bala-bala karya Eko Supriyanto. Video: YouTube, Sydney Festival

Penolakan tersebut tidak menghalanginya. Di tahun 2012, ia bertemu dengan lima perempuan untuk bisa mengembangkan tarian tersebut.

“Kami mulai bekerja dan berlatih giat dengan lima perempuan pada bulan Oktober 2015, dan berlanjut sepanjang 2016 dengan penampilan perdana di Jakarta pada November tahun lalu,” kata Eko.

"Untuk pertama kalinya perempuan-perempuan itu berada di kota besar, pertama kali mereka di dalam teater, dan pertama kali tampil di hadapan penonton."

Sekarang di Sydney untuk pemutaran perdana dunia, tarian ini akan berfokus pada sembilan peran yang dipercaya menjadi tugas perempuan di Jailolo: suami, anak-anak, dapur, tempat tidur, komunitas, pegunungan dan hutan, laut, ritual dan keyakinan, dan dirinya sendiri.

“Peran rumah tangga dan masyarakat adalah tugas terbesar bagi manusia. Peran yang berdampak besar pada keluarga, masyarakat dan bangsa, tapi tidak dihargai atau diakui,” kata Eko.

Bagi Eko, bekerja dengan penari bukan profesional telah menjadi pengalaman yang membuka mata.

“Saya selalu kagum dengan kekuatan perempuan di Jailolo. Namun banyaknya masalah di Indonesia Timur seringkali membatasi kekuatan ini,” kata Eko.

“Ketika saya bekerja dengan penari bukan profesional, dengan masyarakat setempat, berbagai budaya dan tradisi, memungkinkan saya untuk menyelam lebih dalam budaya maritim, yang menjadi bagian besar dari Indonesia dan sejarahnya. Satu yang tidak pernah saya rasakan sebagai orang Jawa. “

“Ini membuka mata saya untuk melihat seni dan budaya Indonesia, orang-orangnya dan sikap mereka, yang cakupannya lebih luas.”

Setelah bekerja keras mengembangkan tarian ini, Eko sudah tak sabar melihat bagaimana respon Australia soal tarian Balabala.

“Saya sangat senang dan bertanya-tanya bagaimana Sydney dan penonton internasional akan melihat dan menerimanya,” kata Eko.

Balabala
Balabala menampilkan nilai pada seni budaya tradisional, dengan mengangkat isu-isu kontemporer

Foto: Sydney Festival

Tarian Balabala akan digelar di Carriageworks Bay 17, Sydney, sebagai bagian dari Festival Sydney, pada tanggal 10 Januari 2017 pukul 06:00 sore.