Tanpa Kehadiran Anjing Liar, Lahan Pertanian di Australia Lebih Tandus
Anjing liar jenis dingo ternyata berperan besar dalam menjaga vegetasi lahan di Australia. Lahan pertanian yang tidak memiliki hewan liar ini umumnya lebih tandus.
Demikian kesimpulan dari penelitian dan pengamatan yang berlangsung selama tiga dekade terhadap keberadaan pagar penjaga anjing liar yang membentang dari sisi Selatan ke Utara Australia.
Pagar tersebut mulai dibuat pada tahun 1800-an silam dan merupakan salah satu struktur terpanjang di dunia.
Pembuatan pagar ini bertujuan untuk menjaga hewan ternak dari serangan dingo yang terkenal ganas.
Para peneliti dari Universitas New South Wales (UNSW) selama tiga dekade terus mengamati keberadaan pagar yang membentang di timur dan tenggara benua Australia.
Namun bukan struktur pagar kawat itu yang menarik perhatian peneliti Mike Letnic dan Adrian Fisher, melainkan perbedaan vegetasi yang mencolok di kedua sisi pagar.
“Tahun demi tahun, terlihat semakin banyak tutupan vegetasi di lahan yang ada dingo di sisi Australia Selatan dan Queensland,” jelas Profesor Mike Letnic.
Para peneliti telah melakukan studi jangka panjang menggunakan visi satelit NASA yang berfokus pada kawasan Cameron Corner, tempat perbatasan Australia Selatan, Queensland dan New South Wales bertemu.
Menurut Prof Letnic, dingo secara tidak langsung mempengaruhi vegetasi dengan cara mengendalikan jumlah kanguru dan mamalia kecil lainnya.
“Hal ini memiliki efek lanjutan pada seluruh ekosistem,” tambahnya.
Peneliti mengatakan ada perbedaan yang jelas antara vegetasi di Taman Nasional Sturt, yang termasuk dalam pagar Dingo, dibandingkan dengan lahan di Australia Selatan dan Queensland yang memiliki ternak.
“Ada lebih banyak tutupan vegetasi di properti penggembalaan sapi di Queensland dan Australia Selatan daripada di Taman Nasional Sturt, yang penuh dengan kanguru,” jelas Prof Letnic.
Ia menambahkan, dingo membawa manfaat bagi ekosistem namun ada masalah lain yang perlu dipertimbangkan bila ingin membuat keputusan terkait keberadaan pagar dingo.
“Ada pertumbuhan tanaman yang lebih baik, hewan yang lebih kecil tumbuh lebih baik, dan dingo juga menekan jumlah populasi rubah,” kata Prof Letnic.
“Tapi memang lebih rumit dari hal itu, karena kita tidak bisa memelihara domba dengan kehadiran dingo di sekitarnya,” ujarnya.
Peneliti lainnya, Dr Andrian Fisher, melakukan analisis citra satelit untuk penelitian tersebut.
Ia menjelaskan model-model perhitungan vegetasi non-hijau, seperti semak, dan benda-benda kering.
“Satelit mampu melihat gelombang cahaya lain yang tak dapat dilihat oleh mata kita, seperti inframerah,” katanya.
“Dengan menggunakan informasi itu, kami dapat melihat lebih banyak vegetasi, yang sangat penting saat mempelajari lanskap gurun,” jelas Dr Fisher.
Ia menambahkan Australia sangat perlu untuk memiliki infrastruktur luar angkasa untuk berbagai kepentingan di masa depan.
“Kita dapat mengembangkan sesuatu yang lebih cocok untuk lanskap gersang Australia,” kata Dr Fisher.
Diproduksi oleh Farid M. Ibrahim dari artikel ABC News.